Sekedar Teman

1.1K 148 214
                                    

JIKA SUKA VOTMET YA 🌟 SELAMAT MEMBACA


Adel setengah berlari mengejar Safira yang tengah berjalan di antara koridor IPA. Untuk dirinya sangat jarang, berjalan di area tempat ini. Terlalu horor.

"FIRA!"

"IYA. AKU TAU KALO AKU ITU JOMBLO, TAPI JANGAN DI TINGGALIN JUGA, KEK!"

Gadis berkucir satu itu sudah memperlambat larinya, namun Adel yang terus berteriak memanggilnya seakan lambat berjalan.

"Kamu mau ke mana? Itu yang ada di tangan apaan? Jangan bilang itu bom, kalo stress gak gini juga," cerocos Adel.

Safira mendengus kuat. Ia mengangkat kepalanya melihat seksama kelas yang bertulisan XII- IPA 3. Sudah yakin ia melangkahkan kakinya masuk, tepat berdiri di depan papan tulis, sementara Adel mengikuti dari belakang. Tanpa rasa malu dirinya duduk di kursi guru sambil menyengir lebar.

"Aku di sini temenin dia mau cari napi katanya, jadi nggak papa kan, kalo ganggu sebentar."

Safira mengulum bibir saat Adel berbicara. Ia sedang mencari Bian, cowok yang selalu menghantui pikirannya akhir-akhir ini.

Tidak ada yang menjawab semua pasang mata menatap keduanya dengan kening berkerut, kecuali seseorang yang tengah tertidur di atas meja paling belakang.

Bian yang duduk di tengah, bangkit dari kursinya menghampiri Safira. Tanpa ia duga Safira langsung melemparkan yang ada di tangannya. Bian yang belum siap, benda itu terjatuh tepat di hadapannya.

Safira tersenyum masam, di liriknya sebentar dress selutut itu.

"Gue nggak mau!" ucapnya dingin.

"Kenapa? Aku kasih hadiah ini buat kamu, harus ya dengan cara seperti ini mengembalikannya?" Bian berucap tanpa eksperesi. Ia merasa di jatuhkan oleh Safira.

Adel menelan ludah susah payah. Tidak ada ucapan lembut yang biasanya Bian tunjukkan pada Safira, kini hanya tatapan dingin atau mungkin yang lain.

"Berapa kali gue bilang jangan sok kenal, lo siapa sih? Kita itu emang kenal udah lama tapi nggak seharusnya sok akrab. Cukup tau sekedar nama," balas Safira menantang.

Semua yang ada di kelas itu hanya diam, sebagai saksi pertengkaran keduanya. Mereka juga baru tau bahwa Bian, cowok yang selalu bermasalah itu mempunyai hubungan khusus dengan Safira.

"Gue lebih suka diri gue sendiri, apa adanya. Lo jangan kasih hadiah begituan ke gue. Sekalipun harganya mahal," lanjut Safira emosi.

Bian mengembuskan napasnya kasar. Ia tersenyum tipis, mendekat pada Safira lalu menariknya pelan keluar kelas. Safira tidak berontak. Ia memilih mengikuti Bian, karena ini urusannya dengan Bian. Tidak ada yang boleh tau.

Adel terperangah. Baru sadar dirinya di tinggalkan, dengan kikuk Adel berjalan keluar kelas yang menurutnya terlalu horor. Baru di ambang pintu sebuah tangan mencegatnya.

"Veron...," ucap Adel kaget

Cowok itu terlihat acak-acakkan dengan rambutnya yang berantakan. Kemeja tanpa jas itu terlihat kusut.

"Kenapa lo ninggalin gue kemarin," untuk pertama kalinya Adel bingung harus menjawab seperti apa.

"Aku---" Adel seketika gugup netra itu terlihat memandangnya kecewa. "Kita bicara di luar, aku risi kalo di sini," ucapnya setelah lama terdiam.

Veron mengangguk. Keduanya berjalan berdampingan. Adel semakin bingung saat cowok di sebelahnya ini berjalan sempoyongan. Sadar akan menuruni tangga, Adel meraih tangan Veron lalu ia letakkan di bahunya.

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang