Penganggu

919 123 197
                                    

JIKA SUKA VOTMET YA 🌟HAPPY READING...KALO ADA TYPO KASIH TAU YA ✔

❤❤❤❤



GAGAL

Satu kata itu yang pantas saat kejadian tadi sore. Adel sudah memasuki mobil, tapi anehnya Rizky belum juga masuk. Dengan terpaksa ia kembali turun dan sialnya ban mobil Rizky kempis saat itu.

"Yaudah, nanti pas malam gue bakal bawa lo jalan-jalan."

Janji itu di tepati.

Rizky menatap Adel dari atas sampai bawah. Pakaian piyama melekat di tubuhnya, rambut dibiarkan tergerai begitu saja, satu tas kecil bersampir di bahu.

"Lo imut...," gumam Rizky.

"Aku emang imut mirip Doraemon." Adel meringis malu. Sadar bahwa ucapannya salah Rizky merutuki diri sendiri.

"Imut dari mana? Yang ada makin jelek, masa malam-malam begini serba biru." Rizky mendesis sewot, melangkah lebih dulu memasuki kafe.

Gadis itu mengelus dadanya, seperti biasa. Ia mengekor di belakang Rizky. Adel berharap tangan itu mau digandeng lagi.

"Makan gratis lagi, Kak?" Adel sumringah ia duduk berseberangan dengan Rizky.

"Iya. Lo emang bukan cewek matre tapi pemburu gratisan," sindirnya.

Adel nyengir, pandanganya berbinar melihat dua pelayan membawa nampan. Makan besar.

"Selama Kak Iki kaya aku bakal selalu di samping Kakak."

"Itu artinya lo matre, punuk unta." Rizky geram sembari mengacungkan sendok di wajah Adel.

"Jangan sama, kan, aku sama Safira."

Cowok itu menghela napas. Membiarkan keheningan, fokus makan. Pengunjung kafe 'Arnay' hanya beberapa orang ini mungkin karena satu jam yang lalu hujan, jadi tidak terlalu ramai padahal biasanya kafe saudaranya itu setiap malam selalu ramai.

"Boleh nambah?" bisik Adel.

"Nggak. Lo udah makan dua menu sekaligus," sahut Rizky.

"Nasinya dikit, badan aku emang kecil. Tapi perut aku besar, Kak."

Rizky menahan napas termenung menatap netra iris coklat itu yang memelas penuh harap.

"Oke."

Adel girang, bukannya memanggil pelayan ia justru berdiri dari kursinya. Paham dengan tatapan Rizky. Adel berkata, "pengen sekalian ke dapurnya."

Beberapa menit kemudian...

Senyumannya memudar. Rizky tertawa dengan seorang cewek selain dirinya bahkan gadis itu terlihat sengaja duduk di samping Rizky. Hati Adel terasa tertohok, kedua tangannya terkepal kuat di balik piring yang ia bawa.

"Hai, Adelia," sapaan manis itu membuat Adel mengerjap, ia lalu mendekat kembali duduk

"Kak Bella," kaget Adel.

Tidak apa-apa pura dihadapan orang lain itu lebih baik.

"Ketemu lagi." Bella tersenyum lebar sembari menarik kursinya.

Siapa juga yang pengen ketemu.

Entah perasaan Rizky suasana mendadak canggung. Untuk ke sekian kalinya Rizky berdehem, melirik Adel lewat ekor mata yang tengah menikmati makananya.

"Tiga adik gue katanya kangen sama lo!" ucap Bella ia memiringkan wajahnya untuk lebih dalam melihat Rizky.

"Beneran?"

"Iya. Terakhir kita ketemu lima bulan yang lalu, pas acara reuni. Seminggu akrab. Lo lupa ya? Pernah kerumah gue," tajam Bella.

"Kayaknya gue lupa, deh."

"Kalo gitu kita balikan, gimana? Pasti tiga adik gue seneng." Bella tertawa pelan merasa lucu sendiri.

Adel yang tengah minum, menyemburkan jus jeruk tepat di wajah Bella. Seberani itu cewek centil pada calon suaminya. Adel menyorot malas, bodo amat dengan teriakan histeris Bella.

Rizky gelagapan tangannya meraih tisu buru-buru memberikannya pada Bella. Adel mengulum bibir berusaha untuk tidar tertawa sekarang.

Bisa dipasti kan bedak Bella hancur.

Aneh. Rizky tidak paham perlakuan Adel yang secara tiba-tiba pada Bella. Itu jelas tidak sopan.

"Lo kenapa?" tanya Rizky heran.

"Gak tau." Adel mengedikkan bahunya.

Bella menyerangai. "Kayaknya dia nggak suka gue deket sama lo, dengar ya. Lia, kalo lo takut gue ambil Rizky dari lo. Jelas nggak cocok! Lagi pula gue bentar lagi tunangan yang lebih royal dari pada Rizky," jelasnya terkekeh.

****

Nayang bertopang sesekali menguap, gadis di sampingnya terus berbicara tanpa henti. Saat awal keluar dari dapur kafe ia sudah di suguhkan perdebatan kecil antara teman lamanya dengan Adel.

"Menurut kamu Rizky itu kaya apa?" Nayang mendesis parau, sebenarnya ia ingin pulang tapi tidak enak hati.

"Tembok," balas Adel asal.

Netra yang setengah terpejam itu terbuka lebar. Nayang menatap Adel geli, "tembok terlalu elit kalo buat dia mah."

Adel tertawa kecil memandang lurus ke depan. Ia tau ada yang tengah menguping pembicaraannya dengan Nayang, seseorang di balik tembok. Adel marah, iya. Rizky lebih memilih menemani Bella membersihkan wajahnya dari pada bersamanya.

"Ini udah hampir tengah malam. Aku pulang Kak," ujar Adel bangkit dari kursinya.

Nayang menggeleng. Tidak mungkin ia membiarkan gadis seperti Adel pergi begitu saja, terlalu bahaya untuknya.

"Kamu pulang sama Rizky." Nayang memohon, "atau sama aku aja sekalian nanti ikut sama Mas Arka."

"Aku udah biasa sendiri, cuma Safira yang peduli." Adel menunduk sebentar. Tidak ada yang peduli dengannya hanya Safira.

Kembali lagi jika ujung-ujungnya ia pulang sendiri, lebih baik Adel memilih bersama Safira.

****

Disetiap part emang pendek. Semoga kalian makin suka dengan cerita ~RizAd

Tunggu aja karena semakin part akan banyak kejutannya ❤

JANGAN LUPA VOTMET 🌟

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang