-Salah Paham

612 58 160
                                    


------

Safira berlutut di ikuti Citra yang berteriak kesetanan. Sementara di belakangnya sang sepupu hanya menggelengkan kepala heran sembari mengusap-usap rambut Adel.

Alun-alun ini cukup ramai, hari minggu hampir semua orang memenuhi seakan tidak ada tempat duduk lagi.

"Kamu nggak cape, kan? Kalo cape sini aku gendong di depan." Rizky merapatkan tubuhnya, merangkul bahu Adel.

"Bentar lagi Lia mau lahiran jadi setidaknya udah siap, perbanyak gerak," sahutnya.

"LO SIH KEBANYAKAN PACARAN LIAT HP MULU, KALAH KAN!" Suara cempreng Citra memenuhi pendengaran. Citra melirik notif paling atas di ponsel Safira terdapat nama Bian di sana.

"Gue kasian liat elo tiap hari kalah. Ini kalah, itu kalah. Main catur segampang kentut aja kalah. Yaudah karena Safira Aulia baik ... sukarela, hari ini bikin hidup lo bersejarah."

Citra menahan diri tak menabok Saifra. Ia mendekati Rizky lalu memeluk lengannya.

"Aku mau kita jalan-jalan, Kak. Berdua!" ucapnya. Pandangan gadis itu memelas pada Adel. "Boleh, kan? Kita berdua udah jarang beli es lilin."

Apa hubungannya?

Adel hendak protes tapi melihat Safira yang memandangnya. Diam-diam Adel teringat hampir tidak pernah jalan-jalan yang dulu biasanya mereka hangout bersama kini seakan tidak pernah hanya disebut kenangan lampau.

"Boleh. Aku sama Fira, kita berdua pengen beli cilok." Adel menyeret kakinya ke samping Safira yang melotot kaget.

"Tap---"

"Kak Rizky tenang aja gue bakal jaga Lia, serius! Dua puluh menit setelahnya kita udah harus kumpul di sini, oke?" potong Safira menggebu, senyuman terukir di bibirnya.

Rizky mendesah pasrah, menampik rasa takut. Bukannya Rizky tidak percaya tapi ia waspada, sementara Citra sudah menarik tangan Rizky membawanya ke tempat penjual es lilin.

~

"Kayaknya kita berduaan bisa dihitung pakai jari. Coba sebelum lo nikah sering banget kan jalan-jalan." Safira buka suara sembari menusuk cilok lalu memakannya.

"Kok aku jijik ya kamu bilang berduaan," jawab Adel menatap horor lawan bicaranya.

Safira memutar bola mata, kenapa lupa ia ini tengah berbicara dengan Adelia Sayana Putri berbicara santai seperti melawak.

"Aduh, perut aku sakit."

"Hah?"

Adel mendelik atas respon Safira yang justru cengo.

"Kak Rizky liat aku kesakitan tubuhnya tegang, mukanya lebih persis liat setan." Kedua tangan Adel bergerak bebas mengusap perutnya.

Safira terbahak.

"Ya... beda. Gue mah sebatas air mancur yang jadi pajangan," desisnya di sela tawa. Safira menggeser duduk lalu menyadarkan kepalanya ke bahu Adel.

"Gue pengen kita kaya gini terus, semuanya berubah setelah lo kenal Rizky. Boleh gak sih gue salahin dia? Apa ini karma karena dulu gue pernah jadiin lo sebatas kaya patung pas sama Bian di kelas sebelas dulu."

"Lupain, sekarang kita berdua udah punya jalan masing-masing. Aku harap kamu sama Bian bahagia walaupun aku pengennya kamu sama Bang Lian."

Adel tidak tau tiba-tiba dadanya sesak, setetes air bening jatuh di pelupuk mata. Ia membuang muka berharap Safira tak menyadari, setiap perkataan yang keluar dari bibir Safira hanya sahutan pelan dan deheman darinya.

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang