Untukmu

802 88 147
                                    

JIKA SUKA VOTMET YA 🌟HAPPY READING..


Adel meraih sesuatu setelah ia sedikit memoleskan bedak tipis diwajah. Undangan berwarna biru terdapat nama cantik diukir di sana.

Acara tunangan sekaligus reuni

Baru sadar bahwa diundangan cetak itu ada dua acara. Wanita mengaku mantan Rizky itu terlihat baik namun memiliki sejuta rahasia dan maksud dalam setiap ucapannya. Adel sadar pertemuan mereka ada yang ingin Bella katakan. Namun, belum ia ungkapkan mungkin menunggu waktu yang tepat.

Sesaat dirinya memejamkan mata. Sudah berapa bulan ia berjuang walaupun begitu perjuangannya tidak sia-sia.

Aku itu bucin yang bermanfaat.

Adel terkekeh geli. Ingatan setiap perkataannya masih membekas---lalu Safira akan mengalah.

"Undangan ini pasti harus punya gandengan. Berarti nanti aku harus siap-siap karena Kak Rizky pasti maksa buat aku ikut." Walau kenyataannya ia yang memaksa Rizky pergi ke acara bahagia Bella.

Berat.

Adel mendonggak menangkap sepasang netra kelabu memandangnya penuh minat. Ia membiarkan begitu saja rambut panjangnya diusap asalkan di kamar ini dirinya tidak berduaan.

"Sejak kapan kalian baikan? Kenapa harus pegangan? Ini bukan pasar," tanyanya beruntun.

Refleks tangan Safira melepaskan genggamannya dengan Bian. Ia baru sadar bahwa cowok itu mencari kesempatan.

"Baru pertama kali gue ke sini. Panti asuhan. Saat di luar sana harta lo banyak kenapa memilih tinggal di sini?" Bian bertanya heran, berharap kebingungannya dijawab.

Entah cowok itu mengalih pembicaraan atau apa, Adel balas berkata, "aku lebih pilih kebahagiaan ... sia-sia hidup jika harta ada, tapi sumber kebahagiaan gak ada sama sekali."

Detik berikutnya Bian terdiam. Seakan ucapan itu berputar balik padanya.

"Tapi gak harus juga lo tinggal di sini. Apa yang buat lo bahagia? Kalo tempat panti ini rame, banyak anak-anak," balas Bian menggebu.

Adel mendengus setelah membenarkan tas ranselnya ia beralih memandang kedua orang di depannya.

"Kita berangkat sekarang, nanti telat."

Tidak semudah itu untuk Bian membiarkan Adel menjauh darinya. Ia menahan pergelangan gadis itu menatapnya tajam.

"Untuk sekarang jangan kepo. Urus dulu itu pacar kamu!" Telunjuk mungil itu mengarah pada bibir Bian menahannya untuk berbicara. "Bisa aja, kan, Fira cemburu pas liat kita kaya gini." Satu tangan Adel beralih mengapit lengan Bian. Gaya centilnya mendadak kumat.

"Gu--gue." Bian tergagap. Arti dari tatapan Safira saja ia paham bagaimana dengan Adel yang sudah lama. Entah kenapa gadis itu memang sengaja membuat sang sahabat marah.

"Dia cuma mantan gue," jawab Safira cuek.

Adel menarik sudut bibirnya ia mendorong Bian mendekat pada Safira lalu bertepuk tangan heboh. "Akhirnya. Kamu dianggap juga pernah pacaran sama Fira walaupun cuma seminggu."

Mendadak kepalanya pening, kadang itu mulut ingin sekali Safira jahit. Ia tidak peduli setelah ini Adel akan mengejeknya lagi tanpa ragu Safira menarik tangan Bian membawanya secara paksa keluar kamar lagipula sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi.

"Tumben kamu bawa mobil."

"Kenapa aku harus di belakang. Eh, itu cowok bajingan kok di samping kamu."

"Bian, kamu lompat! Aku gak bisa diperlakukan kaya gini nanti muntah."

"Sendirian itu nggak enak."

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang