6. Luka

557 32 0
                                    

Lagu Ali Gate yang berjudul it's you terdengar keras di telinga Adel, gadis itu menatap keluar jendela nya dengan malas. dirumah sendirian, mama papa nya bekerja, Alan sedang pergi dan Adel tidak mempunyai teman sekarang. sangat menyedihkan

gadis berambut terikat acak itupun meraih ponsel yang berada di meja sisi kirinya, hendak meminta Tiara-teman barunya untuk datang kerumah. namun Adel mengurungkan niatnya, siapapun tidak boleh tau jika ia dan Alan adalah sekandung.

bel rumah yang ditekan 2 kali membuat Adel yang sedang dalam mode magar pun bangkit dengan perasaan malas. tidak kah mereka bisa bertamu untuk nanti, setidaknya tunggu Adel memiliki mood untuk sekedar bergerak. dengan langkah gontai Adel membukakan pintu dan menemukan Alan berdiri cengengesan membuat mood Adel semakin buruk

"ngapain tuh muka bete banget? nggak seneng dek lihat gue yang ganteng super ini pulang?" tanya Alan sembari memasuki rumah dan menutup pintunya. sementara Adel sama sekali tidak mempedulikan apa yang dikatakan Alan dan memilih untuk kembali ke kamarnya.

Baru menginjakkan kaki di anak tangga kedua, bel rumah kembali ditekan, Adel memutarkan bola matanya "bukain pintunya" suruhnya terhadap Alan dan cowok itu hanya patuh

"Del, paket" teriak Alan dengan suara keras bak memberi pengumuman lomba puisi di perempatan yang ada tukang bakso nya.

Adel yang sudah sampai didepan pintu kamar pun membelalakkan matanya antusias dan langsung berlari turun ke lantai 1, paket yang ditunggunya sejak 3 hari yang lalu akhirnya datang sampai kerumahnya. mood gadis itu pun seperti terisi penuh kembali.

"tumben lama pak" kata Adel sembari menandatangi tanda serah terima paket miliknya

"Iya teh, ini lagi overload" Jawab kurir yang datang dengan jaket hitam khas kantornya

"Terimakasih ya pak" Ucap Adel kemudian menatap paket seberat 3 kilogram ditangannya

"Itu apaan Del?" tanya Alan yang penasaran dengan paket di tangan adik perempuannya

"Paket dari Bandung. novel koleksi gue nih dibeliin Eyang dulu. Kan sayang kalo nggak diambil" jawab Adel sembari duduk di sofa ruang tengah lalu membuka bungkusan paketnya yang hanya ada dua lapis. novel berbagai jenis, berbagai penerbit dan berbagai tokoh sudah di tangannya kembali

"kurang kerjaan banget sih lo kertas pake acara dipaketin segala"

"suka-suka gue dong. Ini itu kesayangan gue kak. Kenang-kenangan dari eyang nih" cibir Adel. gadis itupun beranjak pergi ke kamarnya daripada harus mendengarkan kejulidan Alan yang tidak berguna.

🐞🐞🐞

Berbagai perawat dengan baju khas warna putih berlalu lalang didepan Davino dengan membawa baki atau beberapa berkas. Cowok yang masih berseragam SMA Mentari itu pun tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya memasuki area gedung rumah sakit, memasuki setiap lorong yang hampir 4 hari tidak dikunjunginya

"Mas Davino" sapa seorang perawat bernama Silvi yang sudah sangat hafal dengan Davino yang 2 tahun belakangan selalu berada di rumah sakit ini

Davino tersenyum paksa begitu tipis "gimana keadaan mama?" tanya nya dingin sembari menatap ruang ICU yang tertutup rapat

"Tetap. Tidak ada perubahan mas" jawab Silvi canggung

"Papa sering kesini?" tanya Davino lagi, kini kedua tangannya telah masuk kedalam saku celana

Silvi menggeleng "Pak Pram terakhir kesini, seingat saya masih bulan lalu" jawabnya

Davino mengangguk, ia tau jika kepedulian papa terhadap mama nya sudah berkurang begitu banyak semenjak kejadian kecelakaan 2 tahun yang lalu dan mama nya jatuh koma sampai dengan detik ini

"Oh iya mas, saya permisi" pamit Silvi dan hanya dijawab iya oleh Davino

Selang beberapa waktu, Davino pun masuk di ruang ICU dimana mama nya dirawat. Davino merasa rapuh, mama nya pucat, badan yang kurus dan rambut sebahu yang dibiarkan terurai

Davino memejamkan matanya rapat sembari duduk di kursi sebelah kanan ranjang mama nya. Memorinya tentang kecelakaan keluarga kembali terputar dengan kejam. Awal mulanya, Papa, Mama, dan Davino hanya mengikuti permintaan Vina untuk liburan di Bali. Gadis yang saat itu berusia 17 tahun rewel, dan memaksakan untuk tetap liburan meski mama nya sedang tidak sehat saat itu dan sudah memiliki firasat tidak baik.

Alhasil, mereka tetap berangkat menuju Bali karena Vina yang tidak bisa diberi pengertian. Belum sampai bandara, mobil yang dikendarai papa nya oleng dan menabrak sebuah truk besar yang terparkir di pinggir jalan.

Vina dan Laras-mama Davino memang memiliki hubungan yang sangat tidak baik. Davino dan Vina hanya sama papa namun berbeda Mama. Mama Vina, sudah meninggal sejak Vina masih bayi berumur 2 bulan, Pras-papa nya pun menikahi Laras, dan memiliki anak yang diberi nama Davino

Selama ini perlakuan Vina terhadap Laras memang selalu semena-mena. Tidak pernah menganggap Laras sebagai mama nya meskipun wanita itu sudah merawat Vina sedari kecil sampai sekarang, dan yang Davino tau, Vina malah menganggap Laras sama halnya pembantu, diminta ini itu, bahkan Vina selalu marah-marah saat Laras melakukan kesalahan kecil.

"Ma, mama kapan sadar?" tanya Davino sembari memegang erat jemari mama nya.

Cowok itu masih tidak habis fikir, kenapa Papa nya tidak lagi mau melihat kondisi mama nya. Tidak lagi mau peduli. Saat Davino protes, papa nya selalu mengatakan jika ia sibuk mencari uang untuk membayar perawatan rumah sakit

Davino mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, berbagai alat terpasang rapi di tubuh mamanya, mulai dari berbagai kabel yang tidak Davino mengerti, Elektrokadiogram yang mendeteksi detak jantung mama nya yang masih ada dan beberapa alat bantu pernafasan mama nya. Davino tau, jika saat ini pasti mama nya merasakan kesakitan yang luar biasa, oleh karena itu mama nya dibuat koma agar tidak merasakan penderitaan tersebut

"Ma, mama tau nggak, Davino sayang banget sama mama. Mama cepat sadar ya ma, Davino janji, Davino nggak akan membiarkan Kak Vina jahatin mama lagi dan Davino akan melindungi mama terus" kata Davino. Cowok itu pun menenggelamkan wajahnya pada lengan mama nya. Wanita yang telah melahirkan dan merawatnya dengan sebegitu baik, wanita yang mengajarinya untuk menjadi laki-laki yang kuat. Dan semua wanita sama, terkecuali mama nya.

"Davino tau, pasti mama kangen banget sama Papa kan? Tapi papa nggak pernah kesini lagi ya ma? Papa lagi cari uang untuk pengobatan mama. Mama yang sabar ya ma, Davino pasti sesering mungkin kesini tengok Mama. Kalau begitu Davino pamit ya ma Assalamualaikum" ucap Davino kemudian mencium tangan mama nya yang sudah keriput termakan oleh waktu

Cowok itu pun keluar dari ruang ICU, Silvi sudah beridiri di depan pintu

"Mbak, titip mama ya. Kalau ada apa-apa langsung kabari saya" ucap Davino yang dibalas anggukan oleh Silvi.

Davino pun berlalu pergi meninggalkan rumah sakit, menaiki motor sport miliknya dan membelah jalanan Jakarta. Setiap setelah menjenguk mama nya, Davino merasakan luka yang kembali menganga harus tersiram air panas. Ia membenci Vina untuk saat ini.

if you're mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang