5. Perempuan Gila

596 35 3
                                    

Tulisan yang sudah sama seperti cakaran ayam, dengan kecepatan kilat Adel mengerjakan PR yang baru diketahuinya dari grup kelas pagi ini. Semua benar-benar berantakan hanya karena hukumannya kemarin. Mulai tidak punya teman hingga ia harus mengerjakan PR nya super kilat

"Dek, taksi kamu udah datang didepan. Mama berangkat dulu ya sama papa. Jangan lupa pintunya di kunci" ucap mamanya sembari mengetuk pintu kamar Adel. Gadis itu pun segera mengemasi PR nya yang belum usai dan memasukkan perlengkapan sekolah yang sudah ia siapkan sejak semalam

"Iya ma bentar. Hati-hati" kata Adel sembari memakai sepatu nya dengan tergesa. Beruntung kamarnya sudah rapi sebelum ia tinggal. Jika tidak maka mama adalah orang pertama yang akan mengomelinya habis-habisan

"Nggak di sekolah, nggak di rumah. Sial mulu gue" gumam Adel kemudian  terburu keluar dari rumah, Alan tidak ada, mama dan papa nya juga sudah berangkat. Tentu di jam sesiang ini, Alan sudah berangkat lebih dulu atau bahkan kakak laki-lakinya itu telah berada di kelasnya, duduk anteng dan tinggal menunggu gurunya

"Ayo pak jalan. Agak cepet ya, lewat jalan yang anti macet. Saya udah terlambat banget" ucap Adel kepada sopir taksi yang hanya dijawab dengan kata iya.

🐞🐞🐞

Minuman soda rasa cola di dalam kaleng yang sedang digenggam Davino tinggal setengah. Cowok itu masih terdiam di parkiran bersama dengan siswa lain yang tentu sangat malas bertemu dengan jam pelajaran pertama. Sama halnya dengan Davino

Dengan rasa malas yang menggerogoti jiwa, Davino tetap melangkahkan kakinya untuk memasuki kelas yang berada di ujung koridor, berdekatan dengan mushola. Belum sampai di kelas, cowok itu melihat Adel berdiam di depan tangga seperti bingung memikirkan sesuatu

Davino berdecak "bukan urusan gue" gumamnya kemudian ia berlalu begitu saja

"Beby" tentu itu adalah suara Adel. Davino pun lantas berhenti, memutar bola matanya lalu berbalik arah

"Ya tuhan harus berapa kali hamba bilang sama orang gila ini kalo hamba bernama Davino bukan beby" batin Davino. Ia tidak lagi tau cara menghadapi Adel yang kolot memanggilnya beby

"Apa bocil?" tanya Davino sarkastik

"Bocil?"

"Iya lo bocil"

"Gue udah gede ya"

Tidak ada jawaban, Davino justru berlalu pergi tidak menanggapi apa argumen dari Adel

"Beby tunggu. Gue lupa kelas IPA 2 dimana?" tanya Adel

"Lantai 2. Dasar bocil pikun" ketus Davino "kenapa sih lo gangguin gue mulu? Lo mau bilang suka sama gue? Udah banyak. Nggak usah" tanya Davino dengan rasa bangga nya

Adel yang mendengarkan pertanyaan itu melongo tidak percaya "gue? Suka sama lo? Lo ngarep gue suka sama lo beby?" tanya Adel

Davino tersenyum miring "yang pertama, nama gue Davino bukan beby, yang kedua gue kakak kelas lo, panggil gue kak dan yang ketiga jangan sok kenal" tegas cowok itu yang justru membuat Adel terkekeh mendengarnya. Jika di telinga orang lain perkataan Davino itu menyeramkan. Bagi Adel, perkataan Davino justru seperti lawakan di terlinganya

"Ngapain lo bocil ketawa?" tanya Davino sarkastik

"Ya suka suka gue dong kak beby" jawab Adel yang masih dengan tawanya

if you're mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang