Sejak 15 menit yang lalu, Adel sudah mondar-mandir di ruang tamu dan ruang makan, naik-turun tangga seperti orang kebingungan, saat Naya atau Alan menanyakan selalu dijawab 'kakak nggak tau diem aja'. Berakhir Naya dan Alan diam meskipun Adel nampak sedang mencari sesuatu.
Adel menyingkap selimut, membalik bantal dan memutar berbagai pajangan yang ada di kamarnya secara berulang. Adel kesal, ponselnya yang diingatnya ada di atas tempat tidur kini raib begitu saja. Di bawah kolong tempat tidur, kolong meja semuanya nihil.
"Nyempil dimana sih sayangku?" Tanya Adel sembari membuka seluruh isi tas nya
"Perlu di tahlilin apa slametan aja ya biar nggak ilang-ilangan. Doi aja nggak ilang-ilangan. Hp malah ilang-ilangan. Nasib" gerutu Adel yang mulai kelelahan mencari benda kesayangannya tersebut
"Udah ya pe hape, gue mau berangkat sekolah dulu. Nanti kalau lo udah selesai sembunyi, nyusul aja ke sekolahan. Gue bosen nyariin lo" ucap Adel dengan lantang sampai menggema di seluruh kamarnya seperti sebuah pengumuman akbar.
Adel menyambar tasnya, meninggalkan kamarnya yang hanya mengeluarkan bunyi detik jam. Menuruni tangga dengan gontai, tidak ada semangatnya memang tidak ada ponsel di tangannya. Berbeda, seperti tidak termotivasi sama sekali.
"Del nih. Tadi kak Naya nitipin, dia berangkat duluan soalnya" ucap Alan sembari bangkit dari duduknya lalu memberikan ponsel Adel yang dititipkan Kanaya kepadanya
"Hah?" Adel menatap ponselnya cengo. Ini Kanaya yang sengaja mengambil dari kamar Adel atau ponsel tersebut berjalan menemui Kanaya. Adel mulai pusing dengan spekulasi bodoh yang diciptakannya sendiri
"Kak Naya ambil dari kamarnya Adel?" Tanya Adel
Kini Alan yang berganti cengo mendengar pertanyaan yang Adel ajukan kepadanya. Cowok berbalut seragam yang sama seperti Adel berdeham "kan lo yang nitipin hp ke Kak Naya sebelum mandi. Kata lo tadi, kalau ada telpon dari Davino, kak Naya suruh angkat. Tapi untungnya nggak ada" perjelas Alan. Karena Alan ada disebelah Kanaya saat Adel menitipkan ponselnya
"Masa?" Tanya Adel dengan mengingat-ingat kejadian sebelum dirinya mandi. Karena dalam ingatan Adel, hanya sebatas menaruh ponsel di ranjang lalu bergegas mandi tanpa adegan menitip-nitipkan kepada Alan ataupun Kanaya.
"Makanya jangan pikunan" ketus Alan
"Tapi seingat Adel, hp nya Adel itu di kamar. Bukan disini"
"Ya karena lo pikun aja. Beruntung masih inget punya cowok Davino. Kalo lupa, bisa disamber orang lain tau rasa. Tadi ditanya nyari apa malah nyolot. Salah siapa?"
Adel berdecak "ya udah salah Adel. Ayo berangkat kak" ucapnya
"Apa hp Adel punya kaki ya?" Gumam Adel pada dirinya sendiri saat Alan berjalan di depannya
"Punya sayap kali. Makanya terbang ke Kak Naya" sahut Alan tanpa menoleh kearah adik perempuannya yang masuk dalam kategori pikun dan pelupa akut.
Adel memutar bola matanya, memilih menunggu Alan di depan pagar dari pada saat gadis itu menggerutu, Alan akan langsung menyambarnya.
****
Tidak mau ambil pusing dengan semua spekulasi yang menguasai dirinya, Adel memilih memakan semangkuk soto dan minum sekotak susu rasa cokelat. Memiliki otak pelupa memang melelahkan, berusaha mengingat apa yang tidak diingatnya. Mungkin saat pembagian otak jaman bayi, Adel masih tidur dan tidak datang.
"Ngelamunin apaan Del?" Tanya Tiara yang sudah menghabiskan soto di mangkuknya
"Ngelamunin apaan ya?" Tanya Adel balik. Entah kenapa kelemotan menghampirinya dengan mudah akhir-akhir ini. Terlebih tiba-tiba Adel lupa pada apa yang ada di otaknya atau pada apa yang baru dilakukannya
KAMU SEDANG MEMBACA
if you're mine
Teen Fiction"Puncak mencintaimu adalah menyerah" Hidup Adelia Ariska Gatari yang biasa berubah 90° saat Davino Bobby Andersen Bagaskara yang lebih banyak diam kini memasuki hidupnya dengan perlahan hingga warna abu-abu itu menjadi berwarna Adelia tidak pernah m...