Davino membawa motornya membelah jalanan yang ramai. Sementara Adel hanya terdiam merangkul pinggang Davino dengan erat.
Sesuai permintaan Adel, sore ini mereka berencana untuk menikmati makanan di pujasera yang baru dibuka semingguan
"Del, kamu suka bunga?" Tanya Davino tiba-tiba
"Bunga apa?"
"Bunga mawar atau apa?"
"Lebih suka bunga bank" kata Adel kemudian terkekeh dan langsung disusul oleh Davino
"Pinter banget jadi cewek" katanya
"Pinter dong" balas Adel
Belum Davino menimpali apa yang dikatakan Adel, ponsel milik cowok itu lebih dulu bergetar yang diiringi dengan rington bawaan ponsel
Davino meminggirkan motornya kemudian merogoh ponselnya, nama Vina terpampang disana
"Angkat aja Dav. Siapa tau penting" suruh Adel saat melihat Davino akan me- reject telepon dari kakaknya
Cowok berhelm hitam itu pun menurut kemudian menggeser tombol hijau dan mengeraskan suara daripada harus melepas helm nya
"Halo Dav. Mama udah sadar" ucap Vina dari seberang sana
"Nggak usah ngibul lo" ketus Davino
"Beneran. Gue beneran. Sumpah deh. Mama udah keluar dari ICU sekarang dipindah. Papa masih di Kuala Lumpur. Mama nyariin lo. Nanti gue sms dimana mama pindah ruangan" ucap Vina
"Oke. Gue ke rumah sakit sekarang" Davino langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak
"Aku minta maaf nggak bisa nurut permintaan kamu, Kamu mau aku antar pul__"
"Aku ikut" potong Adel yang langsung mendapatkan anggukan dari Davino
🐞🐞🐞
Setelah memarkirkan motornya dipelataran yang luas, Davino pun menarik tangan Adel menyusuri koridor yang ramai, melewati berbagai ruangan bermacam-macam hingga cowok itu berhenti tepat didepan kamar inap 'Kenanga' yang berada di lantai 5. Menghembuskan nafasnya sebentar, meneteskan air matanya, mengusapnya kemudian memasuki ruangan itu dengan tegar.
Davino berjalan pelan kearah wanita yang sudah membuka matanya, tersadar dari koma lamanya, wajah pucat namun tetap memperlihatkan aura kecantikan yang luar biasa. Adel mengikutinya dari belakang. Sementara Vina sudah terduduk di sofa yang berada didalam ruangan
"Mama" ucap Davino yang langsung menghambur ke pelukan wanita paruh baya itu
"Davino, anak mama. Mama tidurnya lama ya?"
"Iya ma. Davino kangen banget sama mama"
"Itu siapa?" Tanya Heni-mama Davino sembari menatap kearah Adel yang berdiri mematung di belakang Davino
"Itu pacarnya Davino ma. Namanya Adel" ucap Davino. Adel pun maju satu langkah mendekatkan wajahnya dan menyalami tangan Heni
"Cantik ya" puji Heni
"Terimakasih tante. Semoga cepat sembuh ya tan"
"Terimakasih cantik" ucap Heni kemudian tersenyum tipis
"Kak Vina ngomong apa aja sama mama?" Tanya Davino
Yang merasa disebut namanya pun menoleh lalu mendengarkan dengan seksama
"Vina baik. Dia minta maaf sama mama, bahkan dia nangis tadi. Bener-bener nyesel katanya" ucap Heni
Davino mengangguk "mama istirahat ya. Papa udah perjalanan pulang dari Kuala Lumpur" ucap cowok itu kemudian menutup tubuh mamanya dengan selimut hingga ke leher
Davino berjalan, duduk disebelah Vina yang juga diikuti oleh Adel. Cowok itu terdiam tidak tau harus membuka pembicaraan darimana. Selama 2 tahun terakhir memang Davino sangat jarang berkomunikasi dengan Vina. Jika Vina dirumah maka Davino lebih memilih mengunci diri di kamar, tidak makan dan tidak bertegur sapa sama sekali. jika Vina sudah pergi ke kamarnya atau keluar rumah, Davino baru mau keluar dari zona nyamannya. Davino beralasan jika ia tidak mau menambah dosa dengan memaki Vina atau berucap ketus kepada gadis itu
"Gue minta maaf" kata Vina terlebih dulu kemudian gadis itu menghembuskan nafas "gue tau gue salah. Gue mau hubungan kita baik sebagaimana kakak dan adik. Gue juga udah minta maaf sama mama. Selama 2 tahun ini gue banyak belajar, mama juga sayang sama gue. Nggak ada pilih kasih apapun, gue baru sadar setelah mama koma. Gue bener-bener nyesel Dav" sambung gadis itu kemudian terisak dan memeluk adik satu-satunya yang ia miliki
Davino menatap Adel sebentar dan dibalas anggukan oleh gadis itu.
Davino pun membalas pelukan Davina "gue maafin lo. Asal jangan perlakuin mama kayak dulu. Mama juga sayang sama lo sebagimana mama sayang sama gue. Lo juga dianggap anak kandungnya"
"Iya Dav. Maafin gue"
"Iya kak"
"Kita bisa kan kayak keluarga utuh lainnya setelah ini?" Tanya Vina kemudian melepaskan pelukannya
"Bisa. Lo kenapa di rumah sakit hari ini?"
"Setiap hari gue ke rumah sakit. Nemenin mama tanpa sepengetahuan lo. Karena gue tau, kalo lo tau maka lo bakal marah besar sama gue"
Davino mengangguk-angguk saja. Hatinya lebih tenang untuk sekarang. Menerima apa yang dikatakan Vina dengan baik, memaafkan lebih banyak dan membuka lembaran yang lebih baik untuk sekarang. Bersama keluarga yang rukun sama seperti keinginannya sejak kecil
"Jagain Davino ya Del. Dia itu bandel" ucap Vina kepada Adel
"Iya kak. Pasti"
"Tapi dia baik"
Adel terkekeh kemudian mengangguk
"Gue balik dulu. Ada kuliah setelah ini. Nanti gantian aja jagain mama" ucap Vina kemudian berdiri dadi duduknya, meminta izin kepada Heni dan mencium kening wanita itu sebentar membuat Heni tersenyum, mendapatkan perlakuan baik dari anak tirinya yang sejak dulu membencinya.
"Kata dokter, kalau mama baik selama 2 hari. Mama bisa pulang. Tapi mama harus belajar jalan lagi" ucap lirih Vina kepada Davino
"Iya gampang. Yang penting mama sehat dulu"
"Papa nanti malam juga paling udah sampai sini. Gue pergi dulu. Jagain mama"
"Iya iya bawel"
"Duluan ya Del" pamit Davina
"Iya kak hati-hati di jalan"
KAMU SEDANG MEMBACA
if you're mine
Teen Fiction"Puncak mencintaimu adalah menyerah" Hidup Adelia Ariska Gatari yang biasa berubah 90° saat Davino Bobby Andersen Bagaskara yang lebih banyak diam kini memasuki hidupnya dengan perlahan hingga warna abu-abu itu menjadi berwarna Adelia tidak pernah m...