17. Tak Diundang

290 23 1
                                    

Lengkap dengan seragam yang masih membalut tubuhnya, Adel dan Davino berhenti di sebuah rumah makan yang cukup sepi, untuk cuaca sepanas ini pasti lebih banyak orang memilih berdiam diri di dalam rumah dengan menikmati kipas angin yang berputar keras

Davino dan Adel terduduk di sudut ruangan seusai memesan makanan. Davino sudah berjanji untuk menceritakan semua masalahnya kepada Adel yang sudah dianggapnya sebagai sosok sahabat, teman sekaligus pacarnya

"Jadi gimana ceritanya? Bisa-bisanya kamu musuhan sama kak Vina?" Adel memulai pertanyaannya

"Aku sama kak Vina beda mama tapi satu papa. Mama nya kak Vina udah meninggal sejak dia kecil dan mama lah yang merawat kak Vina setelah itu. Papa, dia nggak pernah pilih kasih antara aku atau kak Vina, begitupun dengan mama yang juga sama menyayangi kak Vina seperti mama sayang sama aku. Tapi kak Vina selalu benci sama mama, menganggap kalau dunia ini nggak adil buat dia, aku punya seorang mama sedangkan dia enggak, yang dia punya hanya mama tiri. Selama ini dia selalu memperlakukan mama seperti pembantu, menyuruh mama ini itu tanpa mama tolak sama sekali. Sampai pada akhirnya saat liburan kami ke Puncak sempat ada kendala dan kak Vina bener-bener marah karena mau ditunda. Berhubung mama yang merasa bersalah, mama pun membujuk papa untuk mengiyakan, dan akhirnya kecelakaan 2 tahun itu terjadi. Sampai sekarang mama koma. Sejak itu aku membenci sosok yang selama ini aku sebut mama. Kak Vina benar-benar menginginkan penyetaraan antara aku dengan dia. Kalau dia nggak punya mama, maka akupun juga nggak boleh punya mama" kata Davino. Adel mendengarnya dengan sangat baik. Ia memang tidak pernah ada dalam posisi Davino seperti ini, tapi ia mengerti jelas bagaimana Davino menutupi kesedihannya saat bercerita

"Mama kamu pasti sembuh. Kamu harus rajin berdoa. Mendoakan kesembuhan mama kamu" ucap Adel sembari tersenyum tipis

Ponsel gadis itu bergetar menandakan ada chat masuk. Nama Kanaya tertera jelas pada layar

Kak Naya: dirumah ada Reon. Nungguin lo kayaknya. Alan lg keluar dan gue mau ada les. Gimana? Masa gue biarin dia dirumah sendiri?

Adel: masih makan sm Davino nih kak

Kak Naya: setengah jam lagi bisa kan sampai rumah? Uda gue suruh pulang juga, maunya nungguin lo

Adel: iya kakak kuuu

Kak Naya: alan putus tuh sm cewe nya

Adel: oh iya? Syukurrrrr. Emang ngga ada baik2 nya itu cewe

Kak Naya: durhaka lo wkwkw

Adel tidak lagi membalas chat kakaknya, ia justru beralih menatap Davino dengan wajah super bahagianya. Membuat yang ditatap mengernyitkan dahinya

"Alan putus sama Danita. Gila nggak" ucap Adel

"Seriusan?"

"Iya Dav"

"Pantesan"

"Pantes apa?"

"Dia jadi Pendiem dari tadi pagi"

"Danita emang nggak pantes buat cowok sebaik kak Alan. Dan, kita harus cepet pulang setelah ini"

"Kenapa? Katanya kamu mau beli es krim dulu?" tanya Davino. Pasalnya sejak pagi tadi Adel merengek meminta ice cream rasa strawberry vanilla, bahkan sepulang sekolah pun gadis itu masih memohon-mohon kepada Davino

"Kak Reon di rumah. Dan Kak Alan lagi pergi, terus setengah jam lagi kak Danita ada les buat persiapan ujian nasional"

🐞🐞🐞

Setelah melepas helm lalu meletakkannya di spion kiri Davino, Adel pun melangkahkan kakinya memasuki area rumah diikuti dengan Davino. Di ruang tamu sudah ada Reon yang langsung tersenyum melihat kedatangan Adel, membuat mood gadis itu kacau

"Udah lama kak Re?" tanya Adel dengan senyum paksanya

"Lumayan Del. Baru pulang?"

"Keliatannya gimana?"

Reon hanya mengangguk-angguk bingung

Adel berbalik kemudian menatap Davino lalu bertanya "Kak Davino mau minum apa?"

"Terserah. Teh boleh" jawab Davino

"Del gue juga mau"

"Itu disitu ada air mineral tinggal ambil" jawab Adel sembari menunjuk air mineral yang berjejer rapi diatas rak sudut ruang tamu yang memang disediakan mama nya jika ada tamu tapi tidak sempat membuatkan air minum

"Bentar ya kak Davino"

Sementara Adel berada di dapur, Davino dan Reon justru saling bertatapan. Reon menatap Davino dengan tatapan sinis, sedangkan Davino menatap Reon dengan tatapan biasa tapi senyumnya miring menandakan sebuah kemenangan disana yang sama sekali tidak disukai oleh Reon

"Masih lama lo disini?" tanya Davino

"Kepo banget sama urusan orang"

"Bukannya kepo, sebenernya gue pengen pulang. Tapi ntar lo ngapa-ngapain Adel"

"Ngaco" jawab Reon kemudian mengambil ponselnya

"Kenapa lo masih berusaha dapetin Adel, Adel aja lebih milih gue daripada lo"

"Kalo lo pengen pulang ya pulang aja"

"Apa kabar Aira?" tanya Davino tiba-tiba membuat kepala Reon yang tadinya mulai memainkan ponsel berubah mendongak menatap lurus tepat pada manik mata Davino

"Bukan urusan lo lagi" ketus Reon. cowok itu paling tidak suka jika privasi nya diganggu, atau dimasuki orang lain

"Gue nanyanya baik-baik. Masih banyak pertanyaan tentang Aira yang udah lo rebut dari gue"

"Aira yang mau sama gue. Bukan gue yang rebut Aira. Nggak usah halu"

"Kenapa lo nembak Adel waktu itu? Aira kemana?"

"Gue bilang bukan urusan lo"

Reon memakai jaketnya, menggendong ransel di punggungnya kemudian ia pergi tanpa pamitan. Davino benar-benar merusak mood nya untuk saat ini.

Mungkin ia memang bersalah, membuat Aira, gadis tinggi dengan mata belo yang dulunya adalah kekasih Davino beralih kepada nya. Dan sejak satu bulan yang lalu Reon telah memutuskan hubungan itu atas dalih ia merasa bersalah dengan Davino dan Reon sudah meminta Aira untuk kembali kepada Davino. Dua minggu setelahnya, barulah Reon menembak Adel ditengah lapangan.

Disisi lain, Adel sudah membawa dua cangkir teh di tangannya. Berjalan hati-hati agar tehnya tidak membuat percikan di tangannya

"Kak Reon kemana?" tanya Adel saat matanya tidak menangkap sosok Reon disana

"Pulang Del. By the way,  password wifi nya apa Del?''

"Mau game ya? Gamau. Nanti aku kamu cuekin"

"Bentar Adel"

"Transmart carefour.  Tanpa space"

"Ini transmart?" tanya Davino kemudian terkekeh

"Yang punya transmart" jawab Adel asal "emang nyokap akhir-akhir ini senengnya belanja di transmart makanya di kasih password itu. Dan baru diganti setelah nyokap punya rekomendasi tempat belanja lainnya. Yang pastinya password wifinya akan nama tempat. Kalaupun diganti oleh yang lainnya nyokap, nyokap bisa ngambek 5 hari baru kelar" sambung gadis itu. Yang terheran sendiri dengan kelakuan mama nya

"Kamu serius?"

"Limarius"

"Kocak ya mama kamu"

"Aneh kali maksudnya"

Davino hanya terkekeh mendengar celotehan Adel sembari memainkan ponselnya

"Mama kamu gimana kabarnya Dav?" tanya Adel

"Masih belum ada perkembangan Del"

"Kamu nggak kesana?"

"Besok mungkin"

"Aku boleh ikut?"

"Boleh. Jam 8 pagi aku jemput kamu"

if you're mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang