25. Bohong

225 20 1
                                    

Adel membanting tubuhnya di ranjang. Hari cukup melelahkan akhir-akhir ini. Terlebih otaknya yang terus bekerja karena mulai memasuki ujian tengah semester. setelah diantar pulang oleh Davino, Adel merasa ada yang berbeda dengan Davino hari ini. Kejutannya nyaris sama dengan kejutan permintaan maaf. Begitu aneh

Mata yang semula menatap langit-langit kamarnya kini beralih menatap ke arah rak novel yang disediakannya secara khusus. Rak yang berada di sebelah aquarium kecil dengan diisi seekor ikan kecil menjadikannya segar disana. Adel bangkit dari posisinya, berjalan ke rak novel lalu jemari nya menjamah satu persatu novel dengan berbagai warna namun satu genre yang sama, genre romance favoritnya.

Adel mengambil salah satunya, novel yang dibelinya dari shopee beberapa hari yang lalu. Novel dengan sampul hijau tosca dengan gambar seorang laki-laki yang nampak seperti bad boy. Adel berjalan ke arah meja belajarnya, melihat bagian belakang sampul dimana ada sinopsis disana.

Bercerita mengenai seorang bad boy yang jadian dengan perempuan nerd. Cukup mengesankan dan cukup adil untuk dunia. Bukan si cantik dengan si tampan.

Ketukan pintu mengalihkan perhatian Adel saat gadis itu baru membaca dua halaman. Adel menutupnya kemudian berjalan ke arah pintu, ada Naya yang sedang berdiri dengan memainkan ponselnya

"Ada apa kak?" Tanya Adel

"Ada paket di depan" ucap Kanaya sembari menunjuk dengan jempolnya

Seingatnya Adel tidak memesan barang apapun, lantas paket tersebut dari mana? Adel bergegas pergi ke lantai bawah, memeriksa paket apa yang datang. Dengan langkah tergesa Adel berjalan sampai di ruang tamu. Tidak ada siapapun, hanya buket bunga mawar merah yang tergeletak di atas meja. Kartu ucapan bertuliskan 'Davino'

Lagi-lagi keanehan yang dirasakan oleh Adel. Tapi Adel menepisnya jauh-jauh, mungkin saja Davino ingin mencoba romantis sebagaimana kriteria cowok yang Adel impikan.

🐞🐞🐞

Gerbang yang tertutup membuat Davino turun dari motornya, lalu membukakan gerbang kemudian. Menutupnya kembali dan menjalankan motornya sampai ke garasi. Menaruh helm nya di tangki motor, setelah itu mengaca melalui spion. Davino membenarkan rambut-rambutnya yang rapi.

Langkah biasa, Davino menutup kembali pintu garasi. Berjalan melewati halaman sampai satu pandangan membuatnya berhenti. Aira duduk di kursi yang berada di depan pintu.

"Dav" sebut Aira sembari bangkit dari duduknya. Setelah 2 jam Aira tidak diperbolehkan masuk oleh Vina

"Ngapain lo kesini? Bukannya gue udah ngasih jawaban ya?" Tanya Davino tegas. Ia tidak menyukai kedatangan Aira yang tanpa permisi terlebih dulu

Tiba-tiba Aira memeluk erat Davino. Menenggelamkan wajahnya di bahu cowok itu. Seperti tidak mau kehilangan Davino, padahal Aira sendiri lah yang memutuskan hubungan mereka dulu. Tanpa alasan, lalu kemudian jadian dengan Reon.

"Kita udah putus Ra. Lo yang mutusin. Gue harap lo nggak lupa sama kejadian itu" ucap Davino pelan sembari mendorong tubuh Aira agar terlepas dari pelukannya. Bukan nya terlepas, pelukan itu makin erat dan tidak mau lepas.

Davino membuang nafasnya kasar

"Dav maafin aku. Aku mohon jangan lepasin aku kayak gini. Aku berubah, aku janji. Please"

"Terlambat Ra. Udah terlambat. Gue punya Adel sekarang"

"Aku belum terlambat. Adel masih sebentar. Belum terlambat untuk melepaskan Adel" ucap Aira tanpa melepaskan pelukan tersebut. Aira menyesali semua keputusannya dulu yang terlalu tergesa dan tanpa berfikir panjang

if you're mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang