Suasana salah satu coffe shop yang berada di area bandara ini cukup ramai dengan berbagai turis mancanegara dan turis domestik. Sesekali Adel membuang nafasnya kasar, ia jengkel menunggu Kanaya yabg tidak kunjung datang sementara cappucino di gelas Adel sudah tandas tak bersisa. Berganti Adel menatap cowok dengan kemeja flanel warna biru dengan jeans hitam dan sepatu sneakers yang senada dengan warna kemejanya
"Apa lo liat-liat?"
Adel mengernyitkan dahinya, Davino bisa mengetahui Adel sedang menatapnya, padahal pandangan cowok itu jelas terfokus pada ponsel miring di tangannya
"Narsis ya bilang gitu" ucap Adel
Davino hanya mengangkat bahunya tidak mau berdebat daripada game kesayangannya menjadi kalah dan bisa berakibat menurunkan levelnya
"Bisa nggak sih semenit aja nggak game gitu. Nggak di warung es, nggak di kantin, nggak disini. Game terus yang lo urus" kesal Adel yang sedari tadi hanya dikacangin hingga gadis itu menguap-nguap sendiri kemudian berakhir nyaris ketiduran
"Nggak bisalah"
"Nggak bisa darimana nya?"
"Cewek nggak bakal ngerti"
"Cowok juga nggak bakal ngerti gimana cewek nunggu kek gini"
"Lo nunggu gue?" Davino terkekeh setelah menanyakan hal itu
Belum menimpali ucapan Davino. Ponsel milik Adel berbunyi ada notifikasi masuk dari Alan
Alan: pulang jam berapa dek?
Adelia: gak tau. Kak Naya belum keliatan
Alan: lama nggak kira2?
Adelia: ya mana gue tau. Chat aja sana pilotnya yang nyetir. Gue kan cuma bagian jemput bukan bagian nyetir pesawatnya
Alan: cepet pulang nggak usah mampir2
Alan: Reon dirumah nyariin lo. Dan gue mau ekskul futsal
Adel berdecak kesal membaca chat terakhir dari Alan kemudian mengetik pesan balasan disana
Adelia: y
"Gue nggak mau pulang habis ini" ucap Adel
Davino yang telah menyelesaikan game nya beberapa detik yang lalu pun menoleh menatap aneh gadis disampingnya "kenapa?" tanyanya
"Ada Reon dirumah"
"Ngapain?"
"Katanya Alan, Reon nyariin gue. Ya males banget gue"
Davino terkekeh kemudian mencubit hidung Adel dengan gemas "lo diapelin cowok masa nggak mau? Sinting ya lo"
"Ya kalo cowoknya kayak roger danuarta sih oke oke aja. Nah ini kayak Reon. Kalo itu sih males tujuh turunan, lima tanjakan, delapan puluh belokan" ucap Adel yang membuat Davino terkekeh. Majas yang digunakan Adel benar-benar luar biasa humornya
"Cuma perlu satu buku untuk jatuh Cinta dalam membaca dan carilah buku itu lalu jatuh Cintalah" kata Davino dengan menatap lekat manik mata Adel
"Kalo bukunya itu lo gimana?" tanya Adel
"Gu___"
"Hai Del. . ." panggil seorang cewek yang berbalut hoodie hitam pada tubuhnya memotong ucapan Davino
"Kak Naya" ucap Adel antusias kemudian memeluk satu-satunya kakak perempuannya yang sudah tidak ia lihat lebih dari 3 bulan
"Mau pulang sekarang?" tanya Kanaya
KAMU SEDANG MEMBACA
if you're mine
Teen Fiction"Puncak mencintaimu adalah menyerah" Hidup Adelia Ariska Gatari yang biasa berubah 90° saat Davino Bobby Andersen Bagaskara yang lebih banyak diam kini memasuki hidupnya dengan perlahan hingga warna abu-abu itu menjadi berwarna Adelia tidak pernah m...