24. Kejutan

212 23 2
                                    

Jam pelajaran sudah berlalu sejak 20 menit yang lalu namun bangku di sebelah Alan masih kosong, si empunya bangku masih belum memunculkan batang hidungnya bahkan jika ada perizinan, surat pun belum ada.

"Kemana si Davino? Tumben belum dateng" ucap Leo dengan berbisik lirih ke arah Alan karena guru bahasa Indonesia ini terkenal cukup galak

"Nggak ngomong tuh" jawab Alan santai

"Bilang ke Adel kali" sahut Kiki yang duduk tepat disebelah Sendy

"Nggak bilang. Mereka aja nggak chat sejak semalem katanya" jawab Alan

"Astaga si Depino ini kebiasaan" kata Sendy yang ikut nimbrung tak kalah lirih bersuara. Kelas hening sudah menjadi tradisi jika bu Novi yang mengajar. Guru dengan tipikal galak dan menghukum tanpa pandang bulu

"Ganteng-ganteng kok cuek" ucap Kiki

"Hei itu yang di belakang kenapa ngomong sendiri? Udah merasa paling pinter? Kalian berlim___" ucapan Bu Novi terjeda kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, tidak menemukan salah satu anggota yang wanita itu namakan 5 semprul "kemana Davino?" Tanya wanita berumur 40an tersebut

"Nggak tau bu" jawab Kiki dan Sendy kompak

"Kalian berempat kenapa ribut sendiri? ada arisan atau pinjam pulpen lagi?" tanya Bu Novi kemudian menggelengkan kepalanya takjub dengan kelima anak yang selalu membuat onar jika ada kelasnya, mulai dari berbicara sendiri dengan dalih meminjam pulpen, berpamitan ke toilet tidak kembali dan malah ditemukan di lapangan indor

"Si Kiki bu pinjam pensil katanya" jawab Leo cengengesan

Yang merasa memiliki nama menoleh "kok gue lagi sih yang jadi kambing hitam. Kan hari ini jadwalnya Davino, gue masih 2 minggu lagi Le" ucapnya dengan gamblang. Jelas itu membongkar rahasia antara mereka berempat yang tidak pernah muncul di publik tapi dimunculkan oleh Kiki yang polos hari ini

"Bego nya muncul kan" ucap Alan lirih sembari menutup area wajahnya dengan tangan. Semua siswa di kelas langsung memfokuskan pandangan kearah Kiki

"Kiki kita mati bareng Ki" timpal Sendy dengan suara yang hanya didengar oleh Kiki

"Bisa suruh bikin proposal 700 lembar ini Ki" ucap Leo sembari menundukkan kepalanya tidak berani menatap Bu Novi yang berdiri dengan tatapan tajam

"Ya gue kan nggak sengaja" ucap Kiki

"Assalamualaikum" ucap seorang cowok yang baru datang dengan membawa selembar surat. Tak lain dan tak bukan adalah Davino. Tersenyum lebar seolah baru mendapatkan pengumuman beasiswa kuliah di Jerman

"Waalaikumsalam" semua penghuni kelas menjawab kompak dan menoleh ke arah pintu

"Maaf ya bu, saya telat. Ada kerjaan sedikit di rumah" ucap Davino sembari memberikan surat izin masuk kelas setelah menjalani hukuman terlambat di sekolah

"Kamu ini. Belum lengkap ya personilnya makanya ribut sendiri di belakang" sindir Bu Novi kemudian kembali ke meja nya

"Ya kan di ghibahin bu kalo belum dateng makanya ribut. Lupa ya sama adat, punya temen deket kalau 1 nggak dateng ya itu bahan ghibah nya" ucap Viola- salah satu gadis di kelas itu

"Itu kan lo sama geng lo" jawab Davino kemudian melangkahkan kakinya di sebelah Alan yang sudah tersenyum sendiri

"Geng kita itu geng baik-baik nggak ngomongin sesama. Yang ada ngomongin lo" ucap Viola

"Bener tuh" sahut Marisaa yang ikut angkat bicara

"Sudah-sudah jangan ribut sendiri. Kerjakan halaman 20. Dikumpulkan setengah jam lagi" ucap Bu Novi

if you're mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang