18. Kembali

230 18 0
                                    

Angin bertiup kencang menyibak tirai kamar Adel hingga gadis itu terbangun. Ia meraba ponselnya, jam masih pukul 6 pagi dan cuaca dingin menusuk sampai ke tulang

Pandangan Adel beralih ke bagian layar ponsel lainnya, ada chat Reon disana terpampang

Kak Reon: davino nggak sebaik kelihatannya

Kak Reon: jangan terkecoh

Adel hanya mendenguskan nafasnya kemudian menyibak selimut dan turun ke lantai bawah. Hanya ada Alan disana

"Kak Naya kemana kak?" Tanya Adel basa-basi

"Keluar kali sama cowoknya"

"Mama papa?"

"Lari pagi di taman"

"Lo putus ya sama Danita?" Tanya Adel

Alan menoleh "iya"

"Baguslah. Dia itu ambisi biar gue jadian sama Reon. Entar juga nyesel kak" kata Adel sembari menuangkan segelas air putih dari galon

"Entah dia atau lo yang akan menyesal gue nggak ngerti. Danita cuma bilang sebelum putus, kalau gue harus jagain lo yang bener Del. Karena dia bilang, lo bakal mengalami penyesalan" ucap Alan kemudian berlalu pergi meninggalkan dapur

Adel menaruh gelasnya yang masih penuh kemudian menyusul langkah kaki Alan

"Tunggu tunggu, maksudnya Danita gimana kak?" Tanya Adel kemudian berdiri didepan tubuh Alan. Menghalangi cowok itu untuk melangkah lebih

"Gue nggak tau Del, yang gue tau Danita sama Reon itu nggak suka sama Davino. Gue juga nggak tau jelasnya gimana. Karena Davino sendiri juga temen gue. Nggak ada klarifikasi dari ketiga belah pihak" jawab Alan "gue juga nggak tau ada masalah apa antara mereka bertiga, ada konflik apa atau ada apapun gue nggak tau. beneran" lanjut cowok berkaos abu-abu itu

"Lo nggak pernah tanya kak?"

"Enggak. Udah ya, sekarang lo minggir dulu. Kalau gue ada info ntar lo gue infoin duluan" ucap Alan sembari memegang bahu Adel dan menyingkirkan pelan dari jalannya

🐞🐞🐞

Satu gelas air putih sudah diteguk habis cowok ber jaket denim hitam dengan setelan celana selutut berwarna cream. Memainkan kakinya yang berbalut sepatu kets. Membaca dengan seksama chat yang baru ia terima

+62858776665××: apa kabar?
+62858776665××: Aira Arbella

Reon menatap layar ponselnya kemudian hendak membalas namun ia urungkan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan duduk bersandar di kursi ruang makan

"Baik" gumam Reon sendiri "sebaik ini setelah kepergian lo" sambung cowok itu bersuara lirih

ponsel warna hitam keluaran terbaru itu bergetar, menampilkan nomor Aira disana. Reon mematung sebentar kemudian mengangkatnya

"Hal__"

"Hai Reon. Apa kabar?"

"Baik"

"Aku di Indonesia" suara riang perempuan terdengar dari seberang sana "Aku ada perlu sama kamu. Bisa ketemu?" Tanya Aira

"Untuk apa?"

"Mau ketemu di tempat biasa atau aku ke rumah kamu? Kalau rumah aku udah pindah di Depok. Atau kamu mau ke Dep__"

"Untuk apa lagi ketemu?" Potong Reon dengan suara sedikit meninggi

"Aku ada perlu"

"Soal apa? Davino?"

Aira bergumam dari seberang sana mengiyakan pertanyaan Reon

"Davino udah punya cewek"

"Aku menyesal Reon"

"Nggak usah"

"Aku tunggu jam 5 di cafe biasa" ucap Aira kemudian memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Memori itu seperti kembali di kepala Reon, momen dimana setahun yang lalu Aira meninggalkan Reon sebagaimana ia meninggalkan Davino dulu. Bukan tanpa alasan Aira meninggalkan Davino. Karena di mata Aira, Davino adalah pribadi yang kaku, cuek dan sulit ditebak. Bukan seperti perkataan Davino tempo hari jika Aira meninggalkan cowok itu demi Reon. Reon dan Aira adalah tetangga bersebelah, teman dari SD sampai SMP. Namun setelah putus dari Davino selama 6 bulan barulah Reon mau mendekati Aira.

🐞🐞🐞

"Udah lama?" Tanya Reon yang baru datang dengan wajah datarnya

"Lumayan Re" jawab gadis berambut sepunggung berkulit putih "lo mau minum apa?" Tanya nya

"Nggak usah. Jadi lo mau ngomong apa?"

"Yang pertama dulu nih, gue mau minta maaf banget soal gue udah putusin lo waktu itu, lo tau sendiri kan gue harus ikut nyokap ke Bangkok dan kita LDR lal__"

"Lalu lo ketemu cowok disana. Klise ternyata, lo jadian sama Davino lo tertarik sama gue. Dan ketika lo udah dapat gue lo tertarik lagi sama cowok Bangkok" potong Reon kemudian cowok itu tersenyum tipis

"Oke. Gue minta maaf sama lo soal itu. Tapi gue bener-bener nyesel Re"

"Davino udah jadian sama cewek lain"

"Gue minta bantuan sama lo buat balikin gue sama Davino lagi. Tolong"

"Gue bukan temen Davino. Lo salah. Dan gue nggak mau bantuin lo dengan cara nyakitin orang lain"

"Gue harus minta bantuan sama siapa?"

"Lo pikirin sendiri kesalahan lo. Dan gue mau balik" ucap Reon kemudian hendak bangkit dari kursinya namun ditahan oleh Aira

Mata gadis itu berkaca-kaca, Reon mendengus pasrah kemudian terduduk kembali mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh Aira setelah ini

"Gue bukan lagi Aira yang suka gonta ganti cowok Re"

"Bisa nggak kita ngomongin nya yang lain. Daripada seputar lo sama Davino atau seputar kita. Mending ngomongin yang lain"

Aira terdiam tak membalas apa yang dikatakan oleh Reon. Yang ada difikirannya saat ini hanyalah bagaimana ia bisa mendapatkan Davino nya kembali. Ia tidak lagi mempedulikan cara pandang Reon terhadapnya atau cara pandang Davino kepadanya. Yang ia tau, Davino bukanlah tipikal yang mudah melupakan orang lain begitu saja. Tidak semudah itu. Dan Aira tau.

"Davino masih tinggal di rumahnya yang dulu?" Tanya Aira

"Mungkin"

"Ceweknya?"

"Apa?"

"Cantik?"

"Cantik. Rupa dan hati" ketus Reon tanpa menatap Aira sama sekali. Bukan ia membenci gadis itu, tapi Reon membenci sifat Aira yang plin plan

"Baik?"

"Sangat"

"Davino cinta?"

"Iya"

"Lo tau?"

"Tau"

"Lo kan bukan temennya Davino"

Reon terdiam tidak menjawab ucapan Aira lagi. Hal itu bukan menjadi urusannya saat ini.

if you're mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang