Satu

441 21 4
                                    

"Pagi Ma" ucap seorang gadis yang baru keluar dari kamarnya dan segera menuruni anak tangga menuju meja makan. Tangannya langsung mengambil dan melahap roti yang sudah diisi selai blueberry kesukaannya.

"Pagi sayang. Duduk dulu, gak baik makan sambil berdiri" ucap wanita paruh baya kepada putrinya yang sudah cantik dan rapih dengan seragam sekolahnya.

"Makan pelan-pelan, Ya. Awas keselek" ucap seorang lelaki yang sedang menikmati sarapannya.

Dia hanya mengangguk dan duduk di kursi makan sesuai perkataan Mamanya, "Sea makan satu aja Ma, nanti kalo laper makan di sekolah aja, takut telat" ucapnya sambil meminum susu yang sudah di depan mata dan menghabiskan rotinya.

Mama dan Abang Sea yang mendengar kalimat "takut telat" langsung mengerutkan kening. Takut telat? Padahal jam masih menunjukkan pukul 06:40, sedangkan bel masuk sekolah jam 07:15. Ah, mungkin Sea lagi piket kelas atau ingin mengerjakan sesuatu pikirnya.

Dia beranjak dari tempat duduknya hendak pergi ke sekolah. Tak lupa menyalami Mama dan Abangnya yang sedari tadi menikmati sarapannya.

"Pergi dulu ya Ma, Bang. Assalamualaikum" pamit Sea pada Mama serta Abangnya dan langsung berlari kecil keluar rumah.

Sea keluar dari rumah dan kembali menutup pintunya. Saat hendak membalikkan badan, terdengar bunyi klakson motor yang dia sudah hafal siapa pemiliknya.

Tiin tiin

Ah, rasanya Sea ingin kembali ke dalam rumah daripada harus bertemu dengan orang itu. Padahal ia sengaja berangkat pagi-pagi seperti ini agar tidak bertemu dengan orang itu. Tetapi rencananya gagal. Menyebalkan!

Mau tidak mau, Sea membalikkan badannya dan berjalan keluar tanpa menghiraukan seseorang yang tidak ingin ia temui. Sampai akhirnya jarak Sea dengan orang itu hampir dekat, tetapi Sea langsung menjauhkan dirinya dari motor dan pemiliknya itu dengan berjalan lebih cepat.

"Buru-buru banget, masih lama bel masuk" ucap seorang cowok yang merupakan pemilik motor itu. Dia mengikuti Sea berjalan dan menuntun motornya.

Sea hanya diam, tidak menjawab apa yang dibicarakan cowok itu kepadanya. Menurutnya, tidak penting.

"Ayo bareng, biar lebih cepet sampenya" lanjut cowok itu tanpa menunggu jawaban dari Sea. Sepertinya dia tau, omongannya tak akan di hiraukan.

Sea masih diam tetapi menambah kecepatan jalannya, seakan hampir berlari. Dia sudah muak dengan cowok yang terus mengikutinya.

"Lo masih marah sama gue?" Tanya cowok itu dengan tatapan serius. Sepertinya, pertanyaan itu sudah sering ia lontarkan kepada Sea.

Sea masih tetap diam, tapi sedikit melirik ke arah cowok itu dan langsung memalingkan wajahnya ke arah depan, masih terus berjalan.

"Lo kenapa sih Ya, udah gede, masalah dulu lo perpanjang sampe sekarang" ucap lelaki itu yang sepertinya sudah lelah menuntun motornya mengikuti Sea. Siapa suruh? Gak ada yang suruh.

Perkataan cowok itu berhasil membuat langkah kaki Sea terhenti. Sea mundur mensejajarkan tubuhnya dengan cowok itu. Dengan raut wajah seperti singa yang ingin menerkam mangsanya.

"Masalah dulu gue perpanjang? Denger ya, Aditya Bima Nugraha. Dulu lo udah buat gue kecewa berkali kali. Dan menurut lo, gue gak sakit hati gitu? Lo kira gampang ngelupain kesalahan lo yang udah lo buat dulu?" Jelas Sea panjang sambil memiringkan senyumnya. "Udah ya, gue gak punya waktu untuk bahas itu. Gak penting" lanjut Sea dan kembali jalan sedikit lagi hingga sampai ke depan kompleks perumahan menunggu angkutan umum lewat.

Ya, walaupun Sea anak orang mampu, tapi dia tidak pernah mau diantar pake mobil kecuali sudah mendesak.

Bima yang tadi mendengar penjelasan Sea hanya terdiam dan menatap punggung Sea yang mulai menjauh. Bima tersenyum, dia berharap jika ia dan Sea akan baikan seperti dulu.

Sea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang