Tigabelas

54 5 0
                                    

"Lo harus jadi pacar gue." Ucap Iqbal seraya tersenyum sinis.

"Hah? Gak bergetar bibir lo ngomong gitu? Lo pikir pacaran buat main-main?" Tanya Sea yang mulai tidak suka dengan Iqbal.

"Yang mau main-main siapa? Gue mau serius sama lo." Jawab Iqbal mengangkat kedua tangannya memegang kedua pundak Sea. Dengan cepat Sea langsung menepisnya.

"Dengan cara yang kayagini? Gak lucu, Bal. Kita gak tau Bima di luar sana gimana!" Ucap Sea dengan nada membentak. Iqbal hanya diam mendengarkan ucapan Sea.

"Gue pikir, gak salah ya gue terima lo deketin gue."

"Sea." Panggil Iqbal lalu hendak meraih tangan Sea lalu lagi-lagi dengan cepat Sea menepisnya.

"Dan gue pikir, gue bener untuk gak percaya sama omongan Alfin tentang lo. Lo gak sebaik yang gue kira ya, Bal." Ucap Sea seraya menggelengkan kepalanya lalu hendak melangkahkan kakinya keluar kelas.

Baru saja Sea memajukan kakinya satu langkah, tangannya ditahan oleh Iqbal.

"Alfin bilang apa tentang gue?" Ucap Iqbal dengan emosinya yang mulai memuncak.

"Lepas, Bal." Ucap Sea yang sedang berusaha melepaskan cengkraman tangan Iqbal yang semakin kencang.

"Gak! Lo kasihtau ke gue, Alfin bilang apa tentang gue ke lo?" Tanya Iqbal membentak Sea.

"Sakit, Bal." Ucap Sea lalu berhasil menarik tangannya dari cengkeraman Iqbal.

Plak!

Tamparan kuat dari tangan Sea mendarat ke pipi kanan Iqbal. Iqbal meringis kesakitan.

"Lo gak pantes disebut laki-laki, Bal. Yang pantes disebut laki-laki itu adalah dia yang bisa menghargai wanita. Yang bisa menjaga sikap dan emosinya saat sedang marah. Bukan kasar bahkan pake fisik kaya lo gini. Anjing!" Ucap Sea seraya menggelengkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Iqbal yang masih diam berdiri di kelas Sea.

Iqbal masih terdiam dengan tangan kiri memegangi pipi kanannya dan tangan kanan mengepal dengan kuat. Iqbal menendang kursi yang ada di depannya lalu pergi keluar dari kelas Sea.

Sea keluar dari kelasnya menuju toilet sekolah. Tadinya dia ingin menemui teman-temannya di kantin, tapi melihat keadaannya yang sedang tidak baik, dia mengurungkan niatnya. Sepanjang jalan menuju toilet, Sea berusaha keras menahan tangisnya.

Sampai akhirnya dia di toilet, air matanya langsung mengalir deras tanpa suara. Memang pada kenyataannya, menangis tanpa suara sakitnya luar biasa.

Sea tidak pernah menampar orang sebelumnya. Bahkan orang yang sangat Sea benci pun, Sea tidak pernah bermain kasar. Dan tadi, untuk pertama kalinya Sea melakukan itu, hatinya seakan berbicara bahwa Sea adalah wanita yang kasar. Mamanya tidak pernah mengajarkan itu pada dirinya.

Sepuluh menit sudah Sea menangis di dalam toilet. Kini kepalanya seperti dihantam batu yang besar. Dia mulai meredakan tangisnya, namun tubuhnya mulai melemas.

Bug

Tubuh Sea terjatuh di lantai. Syukurnya, ada orang yang mengetahui itu karena dia baru saja masuk ke toilet. Orang itu langsung berjalan ke sumber suara. Dia bisa melihat, tubuh Sea terjatuh dari bawah pintu toilet, tetapi pintunya tidak bisa dibuka karena sudah dikunci oleh Sea. Dia kenal Sea. Tanpa menunggu lama, orang itu keluar mencari bantuan. Sampai dia berada di depan kelas.

Tok tok tok

Seluruh murid yang ada di dalam ruang kelas sontak menatap ke arah orang itu, begitupun guru yang sedang mengajar. Ya, selama sepuluh menit Sea berada di dalam toilet, sudah 5 menit yang lalu waktu istirahat telah selesai juga.

Sea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang