Enambelas

51 7 1
                                    

Bel istirahat berbunyi. Sea tidak ikut dengan teman-temannya ke kantin dan izin ada urusan katanya. Sea melangkahkan kakinya menuju kelas seseorang yang tidak jauh dari kelasnya.

Kini Sea sudah berdiri di ambang pintu kelas itu. Melihat tidak ada orang yang dicarinya, tanpa persetujuan siapa pun, Sea memasuki kelas tersebut. Sea meletakkan sebuah surat di salah satu laci meja. Baru saja Sea ingin berdiri, seorang laki-laki yang juga baru masuk ke kelas tiba-tiba menegur Sea.

"Ngapain, Ya?" Tanya orang itu.

"Em, anu, itu, gapapa." Jawab Sea gugup ditambah masih terkejut karena ditanya tiba-tiba seperti itu.

"Kalo ngomong itu yang bener dong, Ya." Ucap orang itu lagi seraya mengernyitkan keningnya dan tertawa kecil.

"Ini, mejanya, Bima kan, Ntang?" Tanya Sea lagi yang masih sedikit gugup. Orang yang sedang berbicara dengan Sea saat ini adalah Bintang.

"Oh, iya. Kenapa?" Tanya Bintang menatap meja Bima lalu kembali menatap Sea dengan penuh tanda tanya.

"Gapapa, Ntang. Gue balik kelas dulu." Ucap Sea dan langsung kembali ke kelasnya.

Tatapan Bintang mengikuti tubuh Sea berjalan sampai menghilang dari pandangannya. Dia kembali menatap meja Bima lalu berjongkok. Bintang mendapati sebuah surat di laci meja Bima lalu diambilnya.

Bintang berdiri lalu duduk di bangkunya. Perlahan membuka surat itu lalu membacanya.

"Bim, aku minta maaf, aku tau aku salah banget ke kamu. Aku tau kamu capek. Kamu capek minta maaf terus ke aku, kamu capek berusaha terus buat aku, kamu capek berjuang dan berharap ke aku. Tapi aku gak pernah menghargai usaha kamu, i'm so sorry.

Kamu tau gak? Aku nyariin kamu kemarin. Kamu ke-"

"Masih jaman nih surat suratan?" Tanya seseorang yang tiba-tiba saja muncul dengan gerombolannya.

Sontak saja Bintang yang masih membaca surat itu terkejut. Dia langsung melipat suratnya dan menyimpan di saku celananya.

Bintang tidak menyadari jika teman-temannya sudah masuk ke kelas dan berada di depannya. Untung saja mereka tidak tau surat apa itu.

"Ah, ngagetin aja sih." Ucap Bintang lalu berdiri sambil memukul pundak Alfin yang tadi bicara kepadanya.

"Lagian serius amat bacanya. Emang itu apasih? Liat sini." Ucap Alfin berusaha mengambil surat tadi di dalam saku Bintang tapi dihalangi oleh Bintang.

"Bukan apa-apa, cuman tagihan SPP doang." Jawab Bintang berbohong dan masih berusaha menghalang-halangi Alfin mengambil suratnya.

"Lah, sejak kapan tagihan SPP pake kertas buku tulis, Ntang?" Tanya Aldi bingung.

Perasaan Bintang mulai tak tenang sekarang. Tidak mungkin dia memberitahu jika itu adalah surat dari Sea untuk Bima. Teman-temannya akan berpikir macam-macam nanti.

"Udah lah, palingan dari gebetan baru, ngapain diribetin sih. Awas." Ucap Bima yang menyingkirkan tubuh teman-temannya agar dia bisa duduk di bangkunya.

Setuju dengan ucapan Bima, teman-temannya yang lain termasuk Bintang pun kembali ke bangkunya masing-masing, tidak melanjutkan pertanyaan itu pada Bintang. Alfin pun yang merupakan teman sebangku Bintang tidak bertanya mengenai surat itu.

Sea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang