Duabelas

54 7 2
                                    

"Sea."

Sea yang merasa namanya dipanggil, langsung berdiri dan berjalan menuju seseorang yang sedang berdiri di depan pintu kelasnya.

"Ada apa, Lex?" Tanya Sea dengan raut wajah bingung. Pasalnya, Alex terlihat seperti habis berlari. Nafasnya tidak beraturan.

Tidak hanya Sea, teman-teman Sea yang melihat dari jauh juga merasa bingung dengan datangnya Alex yang terlihat panik itu, terlebih lagi Alexa yang merupakan adik kembarnya Alex.

"Bima." Ucap Alex yang masih berusaha mengatur nafasnya.

"Kenapa?" Tanya Sea dengan raut wajah datar.

"Oke, mungkin menurut lo ini informasi yang gak penting. Tapi menurut gue, lo harus tau ini." Ucap Alex dengan nafasnya yang mulai tenang.

"Ya apa, Lex?" Tanya Sea lagi dengan raut wajah yang 'masih' datar.

"Tadi nyokapnya telfon gue, nanyain Bima ada di rumah gue apa enggak. Soalnya Bima pergi malem tadi sampe sekarang belum balik. Gue bilang enggak ada di rumah gue, tapi gue bilang nanti gue tanya ke anak anak yang lain."

"Trus?" Ucap Sea yang mulai panik.

"Trus, tadi gue tanya anak anak, katanya ga ada juga. Gak ada yang ngeliat Bima." Lanjut Alex yang juga panik.

Sea terdiam dan mengingat tadi malam dia melihat Bima pergi dengan motornya ketika Sea hendak ke rumah Bima. Sea menghilangkan rasa paniknya lalu kembali menatap Alex.

"Oh." Jawab Sea singkat.

Alex menghela nafasnya lalu memegang pundak kanan Sea.

"Yang penting gue udah kasih tau ini ke lo dan lo udah tau. Mudah-mudahan gue gak salah ngasihtau ini ke lo. Gue balik ke kelas dulu." Ucap Alex lalu menurunkan tangannya dan pergi dari hadapan Sea.

Sea masih diam berdiri di depan pintu kelasnya. Dia mengumpati dirinya sendiri di dalam hati. Sea tidak ingin terlihat panik di depan Alex, padahal kenyataannya Sea sangat panik sekarang.

Sea kembali ke kursinya dan dia sudah tau, pasti sudah banyak pertanyaan pertanyaan yang ada di pikiran teman-temannya sekarang.

"Pliss, biarin gue sendiri. Gue lagi gak pengen diajak ngobrol apalagi ditanya-tanya." Ucap Sea sebelum teman-temannya lebih dulu bertanya.

Sea kembali diam memainkan pulpennya. Mencoret-coret bukunya, menggambar-gambar abstrak, terkadang menenggelamkan wajahnya di meja. Seperti itu Sea sepanjang pelajaran. Dia tidak bisa fokus belajar.

Teng teng

Suara lonceng tanda istirahat berbunyi. Alexa, Kinan, Tasya dan Karin sudah bersiap untuk pergi ke kantin, tidak dengan Sea. Mengingat ucapan Sea tadi, teman-temannya ragu-ragu ingin berbicara kepadanya.

"Ya? Kantin gak?" Tanya Kinan dengan sangat hati-hati.

Sea masih melamun sambil memainkan pulpennya. Melihat Sea yang melamun, Kinan mendekati Sea.

"Sea." Panggil Kinan menepuk pundak Sea.

Sea sontak terkejut lalu menatap keempat temannya yang sedang menatap ke arah dirinya. Dia kembali menatap ke arah Kinan.

"Iya, kenapa?"

"Kantin gak?" Tanya Kinan

"Enggak, gue sini aja." Jawab Sea menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

"Yakin? Gak laper?" Tanya Alexa meyakinkan Sea.

"Enggak, beneran." Jawab Sea menatap Alexa yang masih tersenyum.

Sea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang