Duapuluh

54 6 0
                                    

"Bima minggu depan dateng lagi ya, ikut makan malam bareng lagi di sini sama tamu tante." Ucap Mama Sea

Bima hanya melongo mendengar permintaan Mama Sea.

"Heh, diajakin ngomong malah bengong." Ucap Sea yang membuat Bima terkejut, sedikit.

"Aduh, gak enak ah Tante." Ucap Bima seraya tersenyum.

"Ih, gapapa. Biar nanti tante kenalin ke temen-temen tante, kamu itu pacarnya Sea." Ucap Mama Sea santai.

Uhuk uhuk

"Pelan-pelan kali, awas mati aja lo." Ucap Rian yang masih santai memakan makanannya.

"Hus, adekmu ini loh." Ucap Papanya Sea pada Rian. Sementara Sea hanya melotot ke Rian.

"Iyaa, maap." Ucap Rian.

Tentu saja Sea terkejut dengan pernyataan Mamanya. Nyebutnya itu loh, santai, kayak ga ada beban hidup. Gak cuman Sea, Bima juga sama terkejutnya.

"Kenapa sih? Emang gak boleh?" Tanya Mama Sea yang 'masih' santai.

"Bukan gitu Mah, kan gak enak sama Bimanya. Kita kan gak pacaran." Ucap Sea pelan menatap Mamanya lalu beralih menatap Bima.

"Gapapa kok, Ya. Gapapa, Tante." Ucap Bima yang kini juga 'ikutan' santai. Kayak ga ada beban hidup.

Sea makin terkejut dengan jawaban Bima. Dia melotot memandangi Bima.

"Tuh, Bimanya aja gapapa kok." Ucap Mama Sea yang merasa dapat pembelaan.

"Kok gapapa sih, Bim?" Tanya Sea meminta penjelasan.

"Halah dasar lemot, gitu aja gak peka." Sela Rian lalu berdiri untuk mencuci tangannya.

"Emang apaan?" Tanya Sea pada abangnya itu.

"Ya artinya lo bedua uda dapet lampu ijo dari Mama, gimanasih." Jawab Rian

"Hah? Lampu Ijo gimana?" Tanya Sea yang semakin tidak mengerti.

"Ck, Mama uda setuju kalian pacaran." Jawab Rian yang mulai kesal karena adiknya nggak ngerti-ngerti.

"Lah, kita kan gak pacaran." Ucap Sea

"Bodoamat, tanya sama Mama tuh." Ucap Rian yang sudah kesal lalu pergi ke ruang tv.

Sementara itu, Mama, Papa Sea dan Bima tertawa melihat kelemotan Sea. Padahal sebenarnya Sea mengerti maksud pernyataan Rian yang pertama.

Makan malam sudah selesai, Bima pamit untuk pulang setelah selesai bermain PS bersama Rian sebentar karena besok harus sekolah.

"Gak usah dicerna omongannya Abang, gak usah dipaksa juga kalo gamau dateng minggu depan." Ucap Sea di depan pintu rumahnya sedang mengantarkan Bima ke depan.

"Gapapa, kan mau dikenalin calon mertua ke temen-temennya." Ucap Bima menggoda Sea seraya tertawa kecil.

"Ih, Bima! Udah ah sana balik." Ucap Sea kesal.

"Pipi kamu kok merah, Ya? Lagi takut ya?" Tanya Bima dengan ekspresi wajah yang serius.

"Hah? Takut kenapa?" Tanya Sea lalu memegangi kedua pipinya.

"Iyaa, takut kehilangan aku." Ucap Bima lalu tertawa terbahak-bahak.

"Ih, ngeselin!" Ucap Sea sambil memukul-mukul lengan Bima.

"Mukul kok gak ada rasanya sih, takut aku kesakitan yaa?" Tambah Bima lagi

"Bodo ah, sana pulang huss." Ucap Sea dengan gerakan mengusir.

Sea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang