12. bukan kebetulan-bukan kebetulan

30.9K 3.2K 88
                                    

Hari ini aku ikut Gata mengajar les renang.

Aku baru tau ini, ternyata Gata menjadi guru les renang di samping ia bekerja sebagai jurnalis. Memang sih Gata itu sudah ulet dan rajin dari dulu. Dari dulu juga, Gata memang jago berenang. Bahkan ia pernah ikut olimpiade renang nasional, walau tidak dapat nomor apapun.

Dia punya beberapa murid yang katanya sudah seperti anak gembalanya sendiri. Dari caranya bercerita padaku, kutebak dia merasa bangga banget punya murid. Aku jadi ikut bangga. Giliran aku bercerita tentang kamalanganku melawan saus kacang basi sendirian di kamar hotel dini hari kemarin, dia terhibur banget.

"Terus tetanggamu datang jam berapa?" tanyanya penuh keingintahuan.

"Tau deh, lupa, belum ada jam lima pokoknya."

Gata tertawa lagi-lagi. "Parah, ya, gercep. Dia emang mau jadiin lo bini kedua kayanya."

"Heh. Dia duda kali."

"Whoopsie, makin jelas tujuannya."

"Jangan begitu lo ah, dia tetangga baik gue," cebikku masam. "Argh. Gue masih kesel banget sama kembaran lo ituuuu!" jeritku kesal kembali ingat rasa melilit di perutku.

Dan aku serius kesal setengah mati pada Gebe. Bahkan aku blokir kontak WA-nya. Kesel banget lah. Kita sama-sama makan saus kacang basi, kok yang sakit cuma aku. Padahal dia makan dua porsi. Seharusnya 'kan dia sakit lebih parah, tapi enggak.

Gimana nggak kesel?

"Ya elah, dia 'kan nggak sengaja juga," belanya.

"Tapi kok bisa-bisanya dia baik-baik aja. Padahal, ya, Ta, habis makan saus kacang basi itu, dia minum! Dua botol ada kali, mabok sampai tepar! Tapi kok nggak apa-apa."

Gata tertawa lebih keras. Pasti karena aku ngomel-ngomel. Senang banget dia melihatku ngomel.

"Kamu kayak nggak tau perut dia itu sakti mandraguna. Abis makan racun tikus aja masih bisa menang lomba lari marathon se-DIY."

Wah bener lagi. "Tikus curut emang itu orang!"

Kami sudah di kawasan kolam renang sebuah hotel yang Gata bilang biasa digunakan untuk melatih. Tidak ada orang selain kami. Aku duduk di kursi pinggir kolam. Gata berganti pakaian.

"Mana murid lo?" tanyaku begitu ia keluar dari bilik ganti sudah dengan pakaian renang.

"Bentar lagi kayanya."

Gata pemanasan di pinggir kolam. "Kamu nggak ikut sekalian?"

Bareng murid-murid dia gitu? Dih, dikira pasangan momong bocah dong kita. "Nggak lah, nanti aja."

Gata mengernyit. "Sekalian aja kenapa?"

Suara langkah kaki dan obrolan terdengar mendekat.

"Tuh, dah datang." Dan mereka pun muncul. Aku menoleh.

What? Ini mah bukan bocah!

Tiga perempuan berjalan mendekati kami dengan senyum tinggi masing-masing. Mereka menyapa Gata manis dan melirikku penuh arti. Gata membalas sapaan mereka tak kalah manis.

Parah, aku curiga ini bukan cuma les renang biasa. Murid-murid lesnya modelan Tatjana Shapira gini. Tuh, tuh kan, pantas les renang saja di hotel bintang empat.

Ini sih namanya kerjaan merangkap hobi dan modus. Dasar Gata!

"Lohalo nakanakku!" sambut Gata ceria.

"Hawhaw, Mas, seysey ken?" balas anak-anak Gata entah dengan bahasa apa mereka berkomunikasi.

Salah satu murid Gata yang berpakaian paling 'menantang' langsung mengedik jail padaku. "Ini siapa, Mas? Kok beda?"

Jangan, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang