Pintu kamarku diketuk. Tidak perlu menebak-bebak, itu sudah pasti Pak Banyu.
Sekali lagi kuperhatikan penampilanku lewat cermin hanya untuk memuji betapa cantiknya adik Mas Rehan ini.
Serius, aku cantik banget. Warna ungu ini memberi tampilan baru pada kulitku dan sangat cocok. Ini lebih lama semenit aja aku ngaca, aku bisa beneran naksir diriku sendiri nih.
Duh, gila PD-nya.
Segera kuambil clutch dan memasukkan ponsel ke dalamnya. Tak lupa kumatikan AC dan lampu sebelum membuka pintu kamar. Baca doa sebisanya.
Oke. Siap. Pintu kubuka. Dan ... sepertinya napasku ketinggalan di lemari.
Aku tertawa gamang dalam kepala.
So fascinating. So stunning.
Yes. He is.
Tapi tunggu dulu deh. Sebelum aku memuja-mujinya kali ini, ada yang ingin kutanyakan lebih dulu. Ini maksudnya apa, ya? Tolong jawab wahai kalian—siapapun yang membaca! Kira-kira apa motifnya Pak Banyu menyamakan warna pakaian kita begini?
Dia juga pakai ungu! Ungu yang sama! Buat apaaaa? Mau jadi couple gemes di pernikahan orang gitu? Huh?
Oke, dia ganteng banget.
Kita masih bertatap-tatapan. Saling menilai penampilan cukup teliti, kemudian bertemu mata lagi, dan saling tersenyum. Aku tersenyum masam. Pak Banyu tersenyum puas. Konspirasi ini orang tua!
"Cocok banget kita, ya, Pak."
Pak Banyu tersenyum lagi. "Ya. Saya bilang juga apa."
Itu sindiran, Pak Doseeeeen ....
"Nggak usah senyum-senyum!" Bikin aku makin nggak karuan tau, nggak? "Aku lagi bete nih."
"Bete? Kenapa?" tanya Pak Banyu serius.
Aku mengedik singkat. Mana mungkin aku menjelaskan alasanku bete kalau alasanku bete itu adalah dia?
"Apa kita cari boba dulu biar kamu nggak bete?"
Sontak saja aku menjerit malu. "Haaah? Apasih? Nggak nyambung. Udah ayo!"
Aku menghentakkan kaki ke lantai, lalu mendahuluinya. Pak Banyu segera menyamakan langkah. Dan aku kesal karena kami benar-benar seperti couple gemes ungu unyu saat bersisian begini.
Yang lebih ngeselinnya, aku kalah menawan dari Pak Banyu. Kesel banget. Aku cantik pakai banget? Iya! Tapi di sebelah Pak Banyu yang superior, tetap saja ia yang jadi perhatian orang-orang. Kemeja fit badan berwarna ungu muda dan jeans halus hitam yang membuat pantat, paha, hingga betisnya terlihat begitu seksi berhasil membuatnya seribu persen makin memesona.
Bikin ngiler!
Astaga, aku harus rukiyah!
Tenang ... tenang, Renggas, pikirkan pipa rucika! Mengalir sampai jauh. Nah, bagus. Buang napas pelan. Good.
Sekilas info dari Pak Banyu sebelum aku masuk mobil. "Saya agak nggak PD pakai kemeja warna ungu tadinya, tapi ternyata lumayan cocok."
Aku menggelengkan kepala. Nggak usah merendah gitu lah! Situ sadar situ ganteng. Nggak usah sok nggak PD kalau cuma mau dipuji!
"Cocok banget kok," pujiku gatal.
"Cocok sama kamu?"
"Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan, Pak!
General FictionBANYU-RERE (01) [TAMAT-LENGKAP] Kami tetanggaan di Jakarta. Di Jogja, semua berubah.