11. ugd (unggul, ganteng, duda)

31.6K 3.5K 131
                                    

Saus kacang kampret!

Jam dua dini hari perutku tiba-tiba mules nggak karuan. Minta ke kamar mandi mulu dan sakitnya melilit nggak ada ampun. Keadaanku benar-benar kacau sampai subuh. Mata bengkak berkat menangis dua jam dan paha kesemutan karena kelamaan duduk di closet. Rasanya merana banget di kamar hotel sendirian, kesakitan.

Please lah ini siapapun, kirim helikopter kek buat rescue aku yang tak berdaya ini!

Aku udah putus asa nih, ya ampuuun.

Aku terus menangis sambil memaki-maki Gebe. Iya lah. Pokoknya ini salah Gebe. Dia yang mengide membeli sate. Pokoknya salahnya.

Terus-terusan kusalahkan Gebe, sampai aku lupa aku sendiri punya pacar seorang dokter yang mungkin bisa membantuku-setidaknya memberitauku cara-meredakan perang antara saus kacang dengan HCL di dalam lambungku ini.

Kulihat jam di dinding, pukul empat lebih lima belas. Seharusnya Dimas sudah bangun sekarang-ah atau malah dia baru saja tidur. Please, semoga Dimas belum tidur. Semoga kita benar-benar punya ikatan batin, dan kamu tau aku lagi kesakitan parah sampai minta ampun sama Tuhan begini Dimas!

"Dimaaaaaas?! Angkat teleponnya dong! Sakit banget ini perutkuuuuu ...."

Masih hanya bunyi tut tut yang ku dengar.

Aku menangis jengkel. Terduduk lemas di lantai dan bersandar kaki ranjang. "Nggak guna banget lo, Dim, asli."

Putus asa, aku kepikiran untuk menghubungi Pak Banyu. Dan secepat itu datang secepat itu pula aku mengambil keputusan itu tanpa pikir dua kali lagi. Aku meneleponnya.

Tapi tidak diangkat juga. "Kenapa harus dini hari sih nongolnya ini sakit? Orang-orang pada tidur, Oon!"

Aku merangkak ke ranjang dan bersujud rendah menahan sakit perutku. Seperti yang selalu kulakukan saat nyeri datang bulan. Ini seharusnya bisa membantu. Aku masih tersedu-sedu saking sakitnya. Mata berat mengantuk, tapi dinding lambung serasa digedor pakai kapak Wiro Sableng.

Beberapa menit kemudian ponselku menyala saat aku hampir tertidur. Aku segera meraihnya dan duduk bersimpuh di atas ranjang. Benar-benar seperti mendapat berkah saat nama Pak Banyu tertera di sana. Ya ampun, Pangeran berkuda jingkrak akhirnya akan menyelamatkanku.

Segera kutelepon pria yang sepertinya lebih punya ikatan batin denganku dari aku dengan pacarku sendiri itu. Dalam waktu kurang dari enam menit dia ada buat aku, Dim. Kamu harus was-was mulai sekarang!

Panggilan diangkat pada dering kedua. Sumpah, ya, sama sekali tidak pernah mengecewakan. Pak Banyu ini cocok banget jadi kepala BNPB, tanggap banget sama panggilan korban bencana.

"Paaaak," rengekku seperti dengan Mas Rehan.

"Kenapa, Re?"

Nggak tau deh. Pak Banyu bangun tidur atau abis begadang dan belum tidur, suara seraknya seksi banget sampai aku berasa lagi bareng Chris Evans berjemur di pantai cuma pakai celana dalam mini.

"Perutku sakit." Tidak mau berbasa-basi minta maaf, tidak perlu terlalu lama membayangkan Pak Banyu menggantikan posisi Chris Evans di atas pasir pantai, aku butuh pertolongan pertama saat ini juga. Perutku nggak karuan!

"Sakit?" Pak Banyu meningkatkan perhatiannya lewat nada suara. "Kenapa? Datang bulan?"

"Enggak. Sakit ini melilit gitu rasanya. Sakit banget pokoknya." Aku merebahkan tubuh, meringkuk di tengah ranjang.

"Bawa obat pereda nyeri or something yang biasa kamu minum kalau sakit perut?"

"E-enggak," jawabku mencicit.

Jangan, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang