16. KFC after french kiss

45.7K 3.5K 275
                                    

Bisa-bisa malah aku yang nggak waras gara-gara tetangga semprul yang sayangnya seksi dan mind blowing di hadapanku ini. Seksi dan sekarang intens berlaku manis padaku. Intens melemparku kode dan gombalan ber-template serius. Intens memperhatikanku, perhatian padaku, dan menarik perhatianku. Astaga.

Bakal berapa lama aku kuat menahan godaan ini?

Sekarang aja udah goyah, tinggal nunggu ambruknya aja ini.

Nooo! Nggak, Re! Enggak!

Pak Banyu terkekeh. Masih di tempatnya, menatapku terhibur.

Aku mundur sekali lagi. Nggak mau tiba-tiba ... HAP! ditangkap, dipeluk, didengarkan detak jantungnya. Ahh, Re, apa sih!

"Ngeselin!" dengkusku, sejujurnya menghindari keinginan untuk tertawa. Buat apa tertawa, Re? Nggak ada yang lucu! Enggak! Jangan gara-gara Pak Banyu ketawanya asyik, kamu mau ikut ketawa! "Apa!" bentakku. Dia itu ngetawain kamu!

Tapi ketawanya nular banget, takut nggak kuat nahan. 'Kan aku kesel!

Pak Banyu melangkah maju lagi, masih tertawa. Aku kembali melotot. Dia belum puas? Kami jauh lebih dekat, sampai aku harus mundur selangkah agar bisa mengatasi pening yang menyerangku tiba-tiba. Ini orang punya kekuatan apa sih? "Jangan deket-deket kenapa!"

Aku baru akan kabur dari hadapannya, tapi lebih dulu tersentak saat tanganya mendarat di bahuku. Kami jadi ... terkoneksi.

"Mau coba yang lebih dari itu?" bisiknya dengan tatapan penuh menjanjikan.

Aku menelan ludah susah payah. Takut, tapi ... cukup tergoda. Tawarannya terdengar menggiurkan, walau lumuran dosanya pekat sekali. Seharusnya aku marah 'kan? Dia lagi-lagi mempermainkan insting wanita-ku!

Senyum Pak Banyu tercetak tinggi. Ia segera saja merapat dan tangannya menahan daguku supaya tepat jadi sasaran. Sasaran apaaaaa? "Pa-aak" Aku tergagap memprotesnya. Ini posisi yang aneh, sayangnya ini pas.

Aku memejamkan mata karena malu setengah mati. Pertanyaan "apa ini?" "gimana nanti?" di belakang kepalaku tidak terurus. Menurut seseorang yang sekarang mengendalikanku, itu tidak penting. Yang penting adalah ini, Pak Banyu dan pesonanya yang susah ditolak ... NO!

"Kamu siap sekali, Re," ungkapnya dalam dan mendekat.

Aku meremas kemejanya saat kulitku merespon kedatangannya. Dan ... TAP! Bukan di bibir! Dia menciumku di rahang dan itu luar biasa menyetrumku. Aku membuka mata, reflek melangkah mundur, tetapi Pak Banyu memegangiku.

Aku melotot. Dia ketawa.

Asem banget!

"Sorry," bisiknya jenaka. "Sudah tidak sabar sekali kamu."

Beneran kentang! Ya Tuhan, aku dipermainkan! "I said cuma sekali. Itu kesempatan Pak Banyu satu-satunya," dengkusku tegas.

Ia menyipitkan mata ala orang yang sedang menyelidiki, tapi ekspresinya penuh tawa. "Tapi sepertinya kamu berubah pikiran. Saya melihatnya ... jelas sekali."

Aku melotot. Dia beneran bisa membaca pikiranku atau dia cuma mengasal?

"Apa harus saya teruskan?"

Retoris!

"Bagaimana?" Suara seraknya membuatku kembali asing dengan tetangga dan mantan dosen-ku. "Perlu?" Caranya ini licik sekali, Bodhi!

Ini pertama kali untukku. Terserah mau dikatai apa, karena ... ya, sekarang aku sangat ingin tetangga-tukang-pamer-keseksian-ku ini menciumku. Kalau perlu menciumku habis-habisan sampai aku putus asa dan menyerah di depannya. Alias buat apa bertanya banyu? Sudah pasti kamu harus lakukan! Cium aku! Aku nggak perlu meneriakkan kalimat-kalimat itu 'kan? Mau ditaruh di mana hidungku? Ujung knalpot?

Jangan, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang