12.

512 55 20
                                    

Malam ini setelah mandi dan makan malam, gue duduk di meja belajar sambil membuka buku geografi, sosiologi, sejarah minat dan sejarah wajib yang mana adalah pelajaran wajib untuk siswa IPS. Hari Senin depan adalah hari pertama gue ulangan, makanya gue mulai nyicil belajar biar naik kelas. Nilai gue selama sekolah di SMANSA, lumayan bagus, karena selalu berada di kisaran 7 dan 8. Tapi rangking gue nih, yang selalu anjlok. Bikin ibu selalu banding-bandingkan sama anak tetangga yang katanya, rangkingnya enggak pernah turun dari 1 2 3.

Saat gue lagi kesel ingat tentang rangking, tiba-tiba jendela didepan gue berbunyi. Hal itu jelas membuat gue kaget, tapi setelah kaget, gue jadi males buka jendela. Karena gue sudah tahu siapa orang di balik jendela itu, ngapain lagi sih, nih bocah di tengah hujan dan rencana belajar gue, datang? Sudah kayak jelangkung aja. Terpaksa gue buka nih jendela, takut dia hipotermia kelamaan kena hujan. Sekalian mau pukul muka dia pakai buku paket sosiologi yang tebalnya 363, halaman.

"Apaan sih??" Kata gue sambil pukul pala dia yang nongol dari jendela.

"Aduh, jangan dipukul dong, nanti muka gue enggak ganteng lagi!"

"Heh, kebiasaan banget sih, dateng ke rumah orang lewat jendela? Lo enggak tahu, kalau ada benda yang namanya pintu?"

"Enggak tahu, soalnya bukan bapak moyang gue yang nyiptain!"

"Terus lo ngapain kesini, enggak tahu ya kalo gue lagi belajar?"

"Enggak tuh, aduh Kay! Ini darurat, lo jangan santai gitu, napa?!!"

"Darurat apaan, sih? Lo mau boker tapi WC rumah lo, mampet?"

"Kay, jangan ngelawak gitu dong."

"Terus ada apa, Ardina Gama Saputra?" Kesel banget, kesel banget, kenapa nih cowok harus lahir kalau ujungnya nyusahin doang?

"Dara ngajak ngedate!"

"Yah terus?" Gue sudah mulai males ngobrol sama dia, jadi gue jawab sekenanya aja.

"Baju gue buluk semua, pinjam baju bapak lo dong!"

"Ngelawak si anjing,"

"Hehe bercanda Kay, biar lo ketawa aja."

"To the point please! I'm busy you know?"

"Ke rumah gue yuk?" Si kunyuk dasar, udah gue dengerin ocehannya, eh dia ngelunjak nyuruh gue kerumahnya. Tahu di luar hujan deras campur petir, angin ribut, gitu. Gue menatap mata dia dengan mata malas, masih diam biar dia tegang nunggu jawaban gue.

"Males."

HAHAHAHA! Ketawa kan, gue dalam hati!

"Besok, gue kasih hotspot untuk nonton drama Put Your Head On My Shoulder." Cih, dia pikir gue wanita murahan? Yah kalau disogok gituan sih, gue mau. Ya udah iya, gue ngaku gue murahan kalau disogok pakai drakor, yah gimana? Dia memberi gue penawaran yang sulit. Dengan sebel, gue melangkah cepat keluar rumah dan langsung transformasi ke rumah Gama yang letaknya cuma di samping rumah gue pas. Di kamar dia, gue di suruh pilih salah satu baju terbaik diantara tumpukan sampah, eh baju maksudnya.

"Gua pakai warna pink bagus enggak?'

"Idih pink, kayak oppa Korea kagak, kayak babi iya."

"Lo juga kayak babi,"

"Enggak lah, gue kan pakai kaos hitam,"

"Babi hutan warna hitam kan?"

"Pulang ah,"

"Kayraaa!"

Gue menatap tumpukan baju diatas kasur, lalu memilih dengan hati-hati dan tepat. Soalnya kalau enggak begitu, nanti dia pasti ngomel. Gue menyocok kan baju yang akan dikenakan Gama, dengan cuaca dan pencahayaan malam ini. Karena malam ini hujan turun deras, gue menyarankan dia untuk pakai sweater warna coklat dan kemeja putih yang dipadukan dengan celana jeans. Di cuaca dingin begini, bakal lebih mendukung dengan memakai sweater, bukan hanya untuk model tapi juga bisa melindungi diri dari dingin. Gue pilih warna coklat yang tidak terlalu gelap, tapi tidak terlalu terang, agar warna nya sesuai dimalam hari yang gelap. Udah cocok, belum, gue jadi fashionista?

IPS 1 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang