Hari Senin ini gue di rumah aja sambil tengkurep di sofa dengan segala kemalasan gue. Harusnya hari ini gue ada ujian di sekolah, tetapi karena ada Corona, sekolah terpaksa diliburkan sementara. Asli gue bosen banget, dari kemaren kerjaan gue cuma bangun tidur, mandi, sholat, makan, bantu ibu sebentar, tiduran, check tugas, buka Ig, mager-mageran, bantu ibu sebentar, tiduran sampai ketiduran, nonton tv tapi akhirnya jadi di tonton sama tv, begitu aja terus. Seakan dunia ini enggak punya sisi seru dan asik, lalu dipenuhi dengan segala kebosanan serta ke-monotonan hidup.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum, Kay!"
Astaghfirullah kaget gue, siapa deh, yang datang di jam 11 begini?
"Kay, bukain pintu gih!" Hadeuh, kenapa enggak ibu aja sih. Gue males banget jalan ke ruang tamu. Tapi ya udahlah turutin aja, kalo gue bantah nanti ibu malah marah-marah. Gue kemudian beranjak dari sofa ke ruang tamu yang jaraknya enggak jauh, setelah itu gue jawab salamnya walau sebenarnya udah telat. Begitu pintu dibuka, gue kaget dengan sosok Yaya yang sudah berdiri di mulut pintu dengan kaos putih dan celana Jogger hitam, serta topi warna coklat pastel. Salah alamat kali ya, rumah gue kan enggak punya track lari, ngapain dia disini?
"Kok Lo pake piyama, sih?"
"Hello~ sekalipun gue cuma pake swimsuit, itu bukan urusan Lo."
"Ck, lupa ya?"
"Lupa apaan?" Tanya gue heran. Ini orang udah gila apa gimana sih, ujuk-ujuk dateng pakai baju olahraga. Dikira rumah gue GBK?!
"Lo kan janji mau lomba lari, untuk buktiin slot sama kura-kura tuh lebih cepat yang mana."
"Lo sendiri lupa ya, kalo sekarang tuh kita enggak boleh keluar. Ada Corona tahu!"
"Lo takut sama Corona?"
"Iya lah!"
"Udah enggak usah takut, gue aja takut sama lo, apalagi Corona?"
"Mau mati ya?"
"Udah sana ganti baju, enggak usah banyak alesan."
Gue menghentakkan kaki gue kesal, lalu masuk kedalam untuk ganti baju. Setelah selesai, gue dan Yaya bergegas ke taman yang letaknya enggak begitu jauh dari rumah gue. Suasana di taman sepi banget, persis kayak di kuburan.
"Lo yakin Ya, mau lomba lari?"
"Emang kenapa?"
"Masalahnya ini sama sekali enggak ada tukang jajanan, kalo gue haus gimana?"
"Elah minimarket banyak kali." Mata gue berotasi, karena sebenarnya dari tadi tuh feeling gue enggak enak banget, berasa kayak bakal ada sesuatu yang akan terjadi. Yaya menarik tangan gue ke track lari kemudian menjelaskan rute-rute yang harus dilewati sebelum sampai ke tempat semula lagi, gue hanya manggut-manggut sambil mendengarkan. Selesai bicara, Yaya lalu menghitung mundur dari 3, pertanda bahwa pertandingan akan segera dimulai.
Saat hitungan sudah sampai dihitungan ke 1, kami sama-sama berlari dengan Yaya yang mendahului gue. Gue enggak terima dan berusaha lari lebih cepat lagi, namun secepat apapun gue berlari, Yaya tetap lebih cepat di depan gue. Setelah beberapa lama Yaya sudah tidak terlihat lagi, gue berhenti sambil memegangi lutut dengan napas yang terengah-engah. Gue terlalu capek untuk kembali lari, tapi enggak berapa lama, Yaya lari kearah gue dengan wajah panik banget.
"Lari woy! Ada Satpol-PP!"
"Hah?!" Gue mencoba mencerna ekspresi dan suruhan Yaya, tapi karena gue kebanyakan bengong, alhasil Yaya menarik tangan gue dan membawa gue lari sekencang-kencangnya. Gue benar-benar kesulitan untuk menyamai langkah kaki Yaya yang panjang dan cepat, sampai sempat beberapa kali gue kesandung lalu menubruk punggung Yaya. Gue berhenti sambil menarik tangan Yaya, isyarat untuk meminta istirahat sebentar. Enggak ada kata-kata yang keluar dari mulut kita, selain desahan napas yang memburu.
Yaya melirik keadaan sekitar, lalu mengajak gue untuk bersembunyi di atas pohon ceri. Dia mempersilakan gue untuk naik keatas terlebih dahulu, namun kondisi pohon yang basah dan licin, membuat gue kesulitan untuk naik. Langkah Satpol-PP yang mengejar kita semakin keras terdengar, sementara gue dan Yaya masih belum bisa bersembunyi. Ekspresi pasrah nan menyerah, terpampang di wajah Yaya. Diikuti oleh gue yang juga sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa.
"Ck, ck, ck, dasar anak muda jaman sekarang. Pacaran juga ada waktunya, enggak tahu apa, sekarang lagi ada Corona? Bisa-bisanya malah pacaran ditempat umum, LDR bentar emang enggak bisa apa?" Mati gue disangka pacaran sama Yaya lagi, mending gue disangka abis maling semut tetangga dah, lebih rela gue. "Ikut saya kantor sekarang!"
"Kalo bapak mau tangkap saya, ya udah tangkap saya aja. Tapi jangan tangkap pacar saya!" What the?
"Ohohoho, sungguh naif kau wahai anak muda. Sebesar apapun pengorbanan mu untuk melindungi pacarmu, tetap saja saya juga akan membawa dia bersama mu!"
"Anda tidak boleh membawanya juga pak, dia tidak bersalah!"
"Cukup!" Etdah, kenapa gue jadi ikut-ikutan drama begini. "Pak, bawa aku bersama mu."
"Jadi kamu lebih memilih Satpol-PP ini daripada aku, wahai Kayra?"
"Cih, enggak usah kebanyakan drama, kita tuh salah. Udah tahu suruh social distancing di rumah, malah jogging ke taman. Ya udah terima aja kalo ditangkap Satpol-PP."
Jam 5 sore, kita baru boleh pulang setelah seluruh ceramahan Satpol-PP sudah kami dengarkan. Capek banget, apalagi kita harus jalan kaki untuk sampai ke rumah gue, karena kami tadi ke taman tidak menggunakan motor. Gue berjalan pelan sambil memandangi langit sore yang begitu cerah dengan warna jingga yang memenuhi langit. Kapan ya, terakhir kali gue jalan kaki sambil memandangi langit sore? Mungkin udah lama banget, saking udah lamanya, serasa ini adalah pertama kalinya gue melihat pemandangan begini.
"Kay, lo marah ya?"
"Kenapa harus marah?"
"Oh lo gak marah? Bagus deh."
"Halah kunyuk dasar, gue kira lo bakal kayak cowok lain yang ngasih tahu alesan kenapa gue harus marah. Ternyata enggak,"
"Hehehe," Yaya tertawa kecil. "Oh iya, jangan lupa video call gue, setiap hari ya?"
"Dalem mimpi Lo!"
"Heh, lo lupa sama saran pak Sarmin tadi?" Fyi gais, pak Sarmin itu Satpol-PP yang tadi menangkap kita.
Tadi sebelum kita pulang.
"Jangan lupa kalian sering-sering video call, biar enggak pengen ketemu terus. Anggap saja cara terbaik untuk menghapus rindu saat ini, ahay!"
Uuuuh, bikin merinding aja kata-kata pak Sarmin tadi. Coba deh kalian bayangin gue sama Yaya video call setiap hari, kalian merinding juga kan?
"Aydan?"
**
Long time no see ya? Kali ini aku update dengan tema Corona nih, seperti yang sama-sama kita ketahui, Corona ini mengakibatkan penderitanya mengalami peneunomia. Jadi teruntuk para readers saya jaga kesehatan ya, makan-makanan yang bergizi, minum yang banyak, sering mencuci tangan, dan jangan lupa untuk tidur yang cukup.
Makasih banyak juga untuk antusiasnya pada cerita ini. Berkat vote dan antusias kalian kepada cerita ini, membuat saya yang tadinya ingin berhenti menulis, kembali semangat untuk menulis.
Part selanjutnya akan ada cerita tentang Aydan yang berantem sama Yaya, so stay tune! I love you.
Terakhir nama saya greentea dan jangan lupa untuk selalu bahagia serta sehat tentunya!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 1 ✓
Teen Fiction[completed] Nama gue Kayra, cewek bermuka biasa yang nyasar ke SMANSA lewat jalur zonasi. Jujur, kehidupan SMP gue jauh lebih seru dibandingkan kehidupan SMA gue. Tapi gue belum pernah tuh, ketemu manusia jenis Arka (Yaya) yang overprotektif banget...