19.

315 36 0
                                    

Setelah hari pertama masuk sekolah kemarin, hari ini kepala sekolah mengadakan acara 'bermain diluar' untuk menyambut kembali bumi yang sudah bebas dari virus. Seluruh siswa kecuali kelas 12, akan melaksanakan camping selama 2 hari satu malam. Setiap kelas dari mulai kelas 10 MIPA, 10 IPS, 11 MIPA dan 11 IPS sibuk membangun tenda mereka masing-masing. Setiap kelas mendapat empat tenda untuk dibangun, 2 tenda untuk perempuan dan sisanya untuk laki-laki. Lalu keempat tenda itu dibangun berhadapan dengan tujuan mempererat hubungan sesama teman sekelas, sementara untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, setiap kelas diberikan 2 guru pembimbing. Satu guru pembimbing laki-laki untuk di tenda laki-laki dan satu guru pembimbing wanita untuk di tenda perempuan, yang akan ikut menginap di malam hari.

Acara pagi hari ini dibuka dengan pidato kepala sekolah yang lumayan panjang, lalu dilanjutkan dengan lomba oper sarung antar kelas. Kelas gue pun sekarang lagi berisik banget untuk menentukan siapa yang akan mewakili kelas dalam lomba ini.

"Lo aja Put, lo kan jago pakai sarung 10 detik bebas melorot 10 jam." Kata Gama

"Cih, itukan pakai sarung, bukan oper sarung!" Putra yang gemas, lantas meninju perut Gama pelan. "Gimana kalo elo Ya?"

"Ogah ah, gue mau ikut lomba nangkep kodok aja!"

"Cemen lo!" Ejek Amil.

"Kalau lo merasa hebat, lo aja Mil." Sahut Yaya enggak terima.

"Udah, udah! Jangan ribut terus, mending Kang Daniel aja yang maju." Katanya sambil menaikkan kerah jaket hitam miliknya, yang lalu disambut tatapan terkejut dari kita semua. Akhirnya diputuskanlah bahwa yang akan maju bertanding mewakili 11 IPS 1 adalah Daniel, Putra, Gama dan Amil. Empat serangkai yang mau enggak mau, dipaksa maju oleh Rani yang mengancam akan meninju mereka jika mereka tidak mau maju-kecuali Daniel. Kemudian dimulailah pertandingan setengah hati yang dipersembahkan oleh IPS 1 melawan MIPA 1, dimana kedua kelas ini selalu bersaing untuk mencapai trending topik di SMANSA.

Kedua belah tim maju dengan tim kami yang dipimpin oleh Daniel, sementara tim lawan dipimpin oleh Syarif. Ngomong-ngomong soal Syarif, dia adalah cowok paling terkenal di 11 MIPA, begitupun dengan Daniel yang merupakan trend center anak 11 IPS. Jadi ya begitu, mereka saling melempar tatapan sinis diikuti dengan suara penonton yang saling meneriaki kedua nama tersebut.

"Mungkin followers gue lebih sedikit 1 orang dari punya lo, tapi kali ini gue gak akan kalah lagi!" Seru Daniel, makin memecah suasana.

"Cih, jangan banyak gaya deh kalau enggak mau banyak tekanan!" Balas Syarif tidak mau kalah. Suasana makin tidak karuan hanya karena kata-kata dua prince of MIPA and IPS itu. Beberapa menit kemudian pak Asep meniup peluit tanda permainan sudah dimulai, masing-masing pendukung tim heboh mengelilingi lapangan tempat dimana permainan berlangsung.

"Daniel homo woy, pegang-pegang tangan gue!" Teriak Amil yang kayaknya risih dipegang-pegang tangannya oleh Daniel.

"Emang harus pegangan bodoh, kalau enggak nanti kita kalah!" Kata Daniel sambil terus melanjutkan permainan. Kelas kami berteriak heboh sambil memberikan dukungan untuk mereka, tapi mereka yang diberikan dukungan justru terlihat tidak peduli.

"Aduh, duh, sarungnya nyangkut di leher gue!"

"Emang begitu Putra!!" Sahut kami satu kelas kompak.

Priiiit! Suara peluit kembali berbunyi, menandakan permainan sudah berakhir. Dengan kelas kami yang kalah, suara kekecewaan dari pendukung Daniel pun, turut mendominasi saat kami beranjak pergi.

"Udah, enggak usah sedih begitu. Kalah atau menang kan, biasa dalam permainan," kata Daniel sok bijak sambil menepuk punggung Putra. "Jangan pada lemes gitu dong gais, gue traktir es kocok deh!"

"Serius gak nih?" Tanya Gama dengan penuh selidik.

"Serius dong, Yaya yang bayar!" Sahut Daniel yang lalu disambut sorak-sorai anak kelas, kecuali Yaya yang lantas cemberut mengetahui nanti dompetnya pasti akan ludes. Kita semua beramai-ramai ke kantin sekolah dan memesan masing-masing satu es kocok seharga Rp. 1000, jika ada yang membeli lebih dari harga yang ditentukan, maka akan ditinju oleh Rani. Hehehe, mantap juga nih si Yaya bikin peraturannya.

**

Malam hari tiba, kelas kami sedang duduk melingkar didepan api unggun yang padam. Jelas padam, soalnya tidak ada yang bisa menyalakan apinya. Alhasil tumpukan kayu yang tadinya untuk membangun api unggun, kini ditancapkan sebuah senter milik Putra. Katanya sih, biar kelas kita punya api unggun LED. Seharian tadi kami sudah sangat kelelahan karena mengikuti sederet lomba dan tidak ada satupun lomba yang kami menangkan, memang kelihatan payah sih, tapi tetap seru kok.

"Cerita-cerita yuk?" Usul Yaya.

"Ih burik banget sih, ide lo kalau lagi gabut?" Sahut Gama.

"Sabar Dede mah, dihina-hina terus."

"Jijik Ya, dengernya."

"Astaga Lia, kamu jangan ngomong yang kasar-kasar dong! Masih kecil tahu,"

"Cih, geli dengernya!" Sahut Rani tidak mau kalah menghujat Yaya, gue ikutan juga ah.

"Tahu lu ya,"

"Dih, Kay ikut-ikutan." Goda Yaya dengan senyum absurdnya. "Ya udah gue diem,"

"Eh jangan dong Kay, lo tuh imut kalau lagi ngomong sama ngomel!" Mendengar itu, satu kelas kompak bilang 'ciye' dan membuat gue geli sendiri mendengarnya. "Apaan sih, Lo pada?"

"Ya, gue mau tanya, apa sih yang bikin lo suka sama Kay?" Tanya Gama tiba-tiba.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

"Yah, lo kan tahu, Kay itu sahabat gue dari Zaman kita masih di alam kandungan. Jadi gue enggak mau dia di sakitin gitu," geli sumpah, tapi gue tahu kok, kalau Gama tulus bilang begitu. "Ahay romantis beut, gue!"

"Seperti yang sama-sama kita tahu, Kay itu unik. Kalau diajak ngobrol, pasti selalu cari kesalahan kita dan ngajak ribut. Padahal maksudnya dia cuma pengen berteman aja, karena itulah caranya dia berteman dekat dengan seseorang."

"Benar banget, Kay itu kalau sama cowok galaknyaaa~ minta ampun. Tapi gue peka kok, kalau emang begitu caranya dia berteman sama cowok!" Ujar Amil membenarkan ucapan Yaya, emang gue begitu ya?

"Biar galak-galak begitu, sebenernya dia perhatian kok. Kayak pas gue kalah bertanding silat dan babak belur, dia yang mau repot kesana-kesini cari obat lah, telepon Yeri lah,"

"Gue setuju, dulu juga waktu gue jatuh dari sepeda dan enggak berani pulang karena takut diomelin emak, Kay justru nyeret gue kehadapan emak gue. Jelas lah, gue dimarahin! Tapi itu semua dia lakukan biar luka gue cepat diobati dan enggak infeksi." Kata Gama buat gue makin terharu dan sadar enggak sadar, gue mulai menitikkan air mata. Hahaha lebay!

"Jelaskan? Gue jatuh cinta sama Kay, karena semua yang ada pada dirinya, bikin gue sulit menolak cinta yang dia tawarkan!"

**

Update lagi nih, biar saya makin semangat nulis, tolong tombol 🌟-nya ditekan dong! Terakhir nama saya greentea dan jangan lupa untuk selalu bahagia serta sehat tentunya!

IPS 1 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang