Cinta tuh banyak ujiannya, kayak lo yang cemburu tapi gengsi mau bilang!
-Arka ElramdhanKemarin sore gue diantar oleh Yaya dengan selamat sampai rumah, tidak ada percakapan antara gue dan dia kemarin sore. Hingga hari ini pun, gue masih belum mau membuka mulut padanya. Biarin aja, suruh siapa kemaren bikin gue malu? Gue termenung di atas meja sambil memikirkan waktu yang tepat untuk belajar, soalnya hari Senin gue sudah melaksanakan ujian akhir semester 1.
"Kay, ada kak Malik."
"Hah, ngapain dia?"
"Mau ketemu lo, katanya."
Gue mengangguk dan memenuhi panggilan tersebut, saat sampai di ambang pintu, mata gue terarah pada kak Malik yang sudah menunggu di bawah pohon mangga. Salah satu tempat paling terkenal di SMANSA, karena itu tempat emang asyik banget buat nongkrong. Selain udaranya segar, itu tempat romantis banget. Malahan hampir seluruh cogan SMANSA, nembak pasangannya disitu. Dan Alhamdulillahnya mereka langgeng sampai sekarang, katanya sih kalau nembak disitu hubungannya bisa awet.
"Ada apa kak?"
"Enggak papa, pengen aja ketemu kamu. Mumpung kakak masih bisa main-main kesini,"
"Oh, gimana, kakak jadi lanjut ke PTN mana?"
"UNS dek,"
"Di solo?"
"Iya,"
"Jauh banget, emang enggak papa kuliah sejauh itu?"
"Ya enggak papa, emang kenapa?"
"Maksudnya tuh, emang ortu kakak mengijinkan?"
"Ortu kakak mah, gimana aja dek."
"Oh enak dong? Ortu aku mah, enggak akan mengijinkan kak, soalnya itu jauh banget."
"Kalau pergi jauhnya bareng kakak, tetep enggak boleh?"What the fuck? Gombal nih, haduh malu. Udah mana ini orang gantengnya minta ampun, alhasil gue cuma tersenyum kikuk sambil menunduk. Gini ya, rasanya digombalin cogan?
"Kayra?" Yah, penganggu datang, sebelnya diriku ini. Siapa lagi kalau bukan Yaya?
"Apa?"
"Lo tahu enggak? Berduaan dibawah pohon sama cowok tuh, nanti yang ketiganya setan loh!"
"Iya, lo setannya." Kata gue dengan penuh nada penekanan.
"Nih, beliin gue minum. Beli air mineral 3 biji,"
"Air mineral enggak ada bijinya,"
"Tiga botol maksudnya." Gue jalan ke kantin meninggalkan dua cowok itu berduaan dibawah pohon, biar mereka dikira lagi pacaran. Setelah selesai membeli, gue balik lagi ketempat semula membawa 3 botol air mineral dan menyerahkan semuanya kepada Yaya.
"Nih kak," kata Yaya sambil menyerahkan satu botol pada kak Malik, satu lagi untuk gue, dan sisanya untuk dia. Kemudian gue dan kak Malik menerima minuman itu, dengan susah payah gue membuka tutup botol itu, tetapi tidak berhasil. Kenapa dah, gue enggak bisa buka ini-itu? Lemah banget. Melihat itu, kak Malik langsung mengambil botol di tangan gue dan membukanya. Oh my God, gentleman banget.
"Makasih udah repot-repot bukain," kata Yaya sambil menyerobot minuman ditangan kak Malik, lalu membuka botol minuman miliknya dan diberikan pada gue. Ini dia apaan sih? Melihat itu gua dan kak Malik saling pandang dan diam, sementara Yaya tersenyum bangga.
"Dek, hari Senin kamu ujian kan?"
"Eh iya kak, tapi aku belum belajar. Apalagi matematika, pusing deh."
"Mau kakak ajarin?"
"Boleh?"
"Iya dong, sini bawa bukunya."
"Bentar," gue lari kedalam kelas lalu mengambil buku matematika dan langsung kembali lagi. "Ini kak,"
"Jadi kamu enggak ngerti dimana nya?"
"Di bagian ini, kak." Kata gue sambil menunjuk ke salah satu soal, bersamaan dengan itu Yaya ikut mendekat dan ikut melihat soalnya.
"Yaelah masa begini aja lo enggak tahu? Mau gue ajarin?" Terus dia langsung mengambil pensil ditangan kak Malik, lalu mulai mengerjakan soalnya. "Pertama lo kali dulu bagian ini, kemudian di masukin ke persamaan X1=Y2, setelah itu dibagi X², baru deh ketemu hasilnya!"
Bodo amat Ya, gue nyerah, modus gue gagal gara-gara lo. Enggak lama kemudian, bel masuk berbunyi bikin gue sedih harus pisah sama kak Malik.
"Dek, udah bel, masuk gih. Kakak juga udah harus pulang, mau persiapan ke solo."
"Kakak, aku mau bilang sesuatu," mungkin ini adalah akhir pertemuan gue dengan kak Malik, gue mau banget bilang ini dari dulu sama dia.
"Apa?"
"Kay, bentar lagi guru datang loh!" Bosen hidup ya, nih, orang?!
"Kakak jaga kesehatan ya, disana? Jangan sampai sakit," akhirnya gue enggak jadi ngomong, karena menurut gue, biarlah soal perasaan ini gua aja yang tahu.
"Pasti dek." Di tersenyum lalu perlahan pergi, dua tahun gue pendam semuanya sendiri. Disaat gue cuma punya satu kesempatan terakhir, gue enggak bisa bilang apa-apa. Dari jarak yang sudah jauh ini, gua masih tetap memandang dia sampai dia benar-benar sudah enggak kelihatan.
"Lo suka dia?"
"Kenapa emang?"
"Lo harus move on Kay,"
"Lo tahu layang-layang kan?"
"Iya, tahu,"
"Terkadang cinta itu kayak layang-layang Ya. Susah-susah diterbangin, dijaga agar jangan sampai putus, dan dipertahankan walau yang memegang juga sudah lelah. Sebenarnya si pemegang bukannya tidak bisa melepasnya, hanya saja dia tidak rela."
"Kalau gue putusin tuh benang, Lo pasti rela kan?"
"Coba aja, nanti gue bakalan bunuh Lo."
"Biarin aja, asal lo melepaskan apa yang membuat lo lelah!"
"Terserah lo deh Ya," dia kemudian mengambil ranting yang terjatuh disebelahnya.
"Pegang nih,"
"Buat apa?"
"Buat kita pegangan,"
"Hah?"
"Kalo pegangan tangan dosa, belum muhrim. Atau lo mau gue halalin hari ini juga?"
"Ngaco Lo!"
**
Maaf ya cuma 814 words, saya lagi enggak punya ide cerita soalnya. Mau enggak update, tapi takut readers pada kabur.
Makasih yang udah vote, komen, dan baca. Greentea sayang kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 1 ✓
Fiksi Remaja[completed] Nama gue Kayra, cewek bermuka biasa yang nyasar ke SMANSA lewat jalur zonasi. Jujur, kehidupan SMP gue jauh lebih seru dibandingkan kehidupan SMA gue. Tapi gue belum pernah tuh, ketemu manusia jenis Arka (Yaya) yang overprotektif banget...