Hari ini gue sekeluarga untuk sementara waktu pindah ke Bandung, tempat dulu kami tinggal, karena Corona semakin mengkhawatirkan di Jakarta. Kalian harus tahu alasan kenapa dulu kami pindah ke Jakarta, enggak lain enggak bukan, karena rumah ini menyimpan cerita horornya sendiri.
"Yah, yakin kita mau tinggal disini lagi?" Tanya Alea pada Ayah kami, yang baru dipulangkan dari tugasnya untuk mencegah penyebaran virus Corona.
"Untuk sementara, iya."
Gue menatap rumah ini lagi setelah sekian lama, dan gue enggak percaya akhirnya kami akan kembali lagi kesini. Setelah meyakinkan diri cukup lama, gue sekeluarga akhirnya masuk ke rumah lama kami, yang sebenarnya lebih besar daripada rumah kami yang di Jakarta. Kamar gue di loteng atas dengan cat berwarna kuning bergradasi hijau dan biru muda, kamar yang lebih bagus daripada kamar gue di Jakarta. Mungkin untuk sementara waktu gue akan senang tinggal disini, lalu tentang kejadian mistis yang gue alami di masa kecil, mungkin benar bahwa itu hanya halusinasi gue aja. Gue kemudian merapikan baju dan bergegas ke bawah untuk mengambil peralatan bersih-bersih, karena debu di kamar ini super tebal membuat gue berkali-kali bersin.
Saat sampai lagi di kamar, yang pertama gue lakukan adalah menggebuk kasur dan mengganti sprei, lalu menyapu dan mengepel, baru setelahnya gue menaruh beberapa buku pelajaran di lemari belajar. Akhirnya gue selesai dan kembali kelantai bawah untuk mengembalikan semua peralatan bersih-bersih. Gue sampai lagi di kamar gue dan langsung tidur sampai terbangun saat azan magrib berkumandang, dibarengi dengan suara azan itu, ada suara ketukan ranting pohon yang tertiup angin dari luar jendela gue. Berisik, nanti mau minta ayah untuk di potong aja deh rantingnya.
Gue jadi ingat masa kecil gue yang selalu sembunyi di bawah selimut karena takut mendengar ketukan dari jendela, yang ternyata selama ini hanya ranting kayu biasa. Gue kemudian turun untuk makan malam bersama, tanpa mandi dulu. Iye, gue jorok, terus kenapa? Enggak buruk kok.
"Ayah, besok ranting kayu dekat kamar Kay di potong aja ya? Berisik soalnya, ketuk-ketuk jendela Kay terus setiap ada angin."
"Oh, ranting pohon rambutan itu ya? Iya deh ayah potong besok."
"Pohon rambutan itu deket sama kamarnya Alea yah, bukan Kay." Sahut Alea membuat gue sekeluarga diam dan menatap kearahnya. "Loteng kita itu terlalu tinggi, untuk digapai sama pohon rambutan yang tingginya cuma 500 cm."
"Oh gitu, mungkin tadi cuma anak tetangga aja kali, iseng lempar batu ke jendela kamar Kay. Ya udah makan yuk," ajak gue untuk mencairkan suasana, kalau tadi bukan suara ranting kayu terus apa dong? Masa sih, yang gue dengar waktu kecil itu juga bukan halusinasi gue doang.
Selesai makan, gue balik ke kamar dengan badan yang sudah harum karena gue sudah mandi, iya ibu yang nyuruh gue. Gue melewati ruang keluarga untuk bisa sampai di tangga menuju kamar gue, bersamaan dengan langkah kaki gue, terdengar pula suara kaki yang lain. Masa sih, setan lagi. Mau banget gue memastikan kalau di belakang gue ini manusia, tapi gue terlalu takut untuk melihat ke belakang.
"Mbak!" Gue menoleh dan benar ternyata itu cuma Aydan, ya ampun padahal dari tadi rasanya mau mati karena enggak berani nengok kebelakang.
"Apaan?"
"Gue mau pinjem flashdisk lo dong, mau nonton film nih, gue."
"Ya udah ayo." Gue kembali menoleh ke depan untuk melanjutkan jalan, namun kemudian Aydan kembali memanggil tapi kali ini dengan suara yang terdengar cukup jauh.
"Mbak!" Gue menoleh dan mencari sosoknya yang tadi berada tepat di belakang gue, namun sekarang hilang. Dan tiba-tiba dia sudah berada di bawah tangga, dekat dengan sofa di ruang keluarga. Karena takut, gue buru-buru menghampiri Aydan di bawah.
"Kay! Lagi ngapain, kok sampai lari-lari begitu?" Tanya ibu yang baru sampai dan langsung duduk di sofa di sebrang gue.
"Lagi nyamperin Aydan Bu,"
"Hah? Aydan kan, lagi mandi?"
Seketika gue pucat pasi dan enggak tahu mau mencerna semua kejadian ini bagaimana lagi, yang jelas malam ini gue enggak berani tidur sendiri. Gue memilih untuk tidur di kamar Alea saja, karena gue beneran merasa takut banget sekaligus bingung. Antara ini tuh, beneran terjadi atau cuma halusinasi gue aja karena gue kecapekan, who knows?
**
Gue menyalakan handphone dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, tapi gue masih terjaga akibat dua kejadian horor yang baru saja gue alami setelah gue kembali menginjakkan kaki di rumah ini. Gue berusaha percaya bahwa semua itu hanya halusinasi gue aja, akibat perjalanan melelahkan yang sudah gue lalui.Drrt drrt!
You have a new chat
Today
Mr. Bawel
Kay, udah nyampe?Kay
Udah.Mr. Bawel
Gimana, lo betah?Kay
Yah gitu...Mr. Bawel
Vc yuk?Kay
Enggak.Mr. Bawel
:"(Drrt drrt!
Kebiasaan, gue suruh jangan video call, malah video call. Udah tahu kamar gua gelap, males juga gue nyalain lampu.
"Hallo?" Kata gue dengan suara pelan, sambil membenarkan posisi duduk gue.
"Kok gelap Kay?"
"Soalnya lampunya mati,"
"Nyalain dong, gue kan video call lo buat lihat muka lo. Bukan kain jemuran putih di luar jendela Lo!"
"Kain jemuran putih? Ya, gue enggak suka main-main"
"Maksud lo Kay? Gue lagi enggak bercanda, di luar jendela lo emang ada kain putih." Tanpa pikir panjang lagi, gue langsung masuk kedalam selimut. Gue enggak mau sok-sok ngintip untuk melihat sosok yang di lihat Yaya, gue tahu sejak dulu rumah ini memang angker. Dan fiks, yang gue alami di masa kecil itu bukan sekedar halusinasi gue aja, semua itu nyata.
"Ya, dengerin gue, gue baru aja sampe disini jam 2 siang. Enggak mungkin kan, ibu gue langsung jemur baju?"
Mendengar penjelasan gue, Yaya terdiam sambil sedikit berpikir.
"Positif thingking aja, mungkin itu jemuran tetangga lo yang terbang."
"Ck, besok gue ceritain deh tentang keanehan rumah ini. Sekarang jangan matiin telponnya, lo harus tungguin gue sampai ketiduran. Baru lo boleh tidur!"
Gue memejamkan mata, memaksa untuk cepat terlelap, meskipun rasanya jantung gue enggak terkontrol setiap detakannya. Gue mau pulang ke Jakarta, gue takut tinggal disini lebih lama.
"Yaya gue takut, gue mau pulang ke Jakarta."
"Mau gue jemput sekarang?"
"Jangan, nanti ortu gue pasti marah."
"Udah, jangan takut lagi. Kan ada gue?"
**
Hihihi, suka enggak saya menyelipkan sedikit genre horor di cerita ini? Hitung-hitung untuk sedikit menghibur kalian, tapi saya tetap tidak akan mengubah genre awal kok.
Terakhir nama saya greentea dan jangan lupa untuk selalu bahagia serta sehat tentunya! See you on the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 1 ✓
Teen Fiction[completed] Nama gue Kayra, cewek bermuka biasa yang nyasar ke SMANSA lewat jalur zonasi. Jujur, kehidupan SMP gue jauh lebih seru dibandingkan kehidupan SMA gue. Tapi gue belum pernah tuh, ketemu manusia jenis Arka (Yaya) yang overprotektif banget...