Gue cuma terpaku menatap serius ke handpone gue, masih enggak percaya kalau itu adalah temen masa kecil gue, Seok. Gue belum berani pencet notif itu, alhasil gue biarin dulu ajah deh sampai gue siap buka. Tapi kalau enggak di buka, gue penasaran njir. Aduh gue bingung nih, harus gimana? Saking bingungnya, gue jadi kesel sendiri, mumpung kelas sepi gue tendang ajah nih meja.
"Anjing, bangsat, ngapain lo tendang tuh meja, babi? Kaget gue!"
"Salam kagak, apa kagak, masuk langsung toxic kau Ran."
"Enggak peduli gue setan,"
"Woy, iblis gue mau curhat nih."
"Soal apaan?" Kata Rani kemudian mendekat kearah gue.
"Soal cowok."
"Maap gue enggak bisa,"
"Kenapa?"
"Karena lo kayak babi,"
"Dasar remahan kerak telor, kau."
"Rakyat koljem diem ajah,"
"Bodo amat."
Gue kembali telungkup dan memutuskan untuk lupain soal notif barusan, entah kenapa gue belum siap sakit kalau semisal orang itu bukanlah orang yang gue cari. Gue sedikit memijat kepala gue yang pusing, dan sedikit meremas perut gue yang nyeri. Bentar, kok gue ngerasa kayak yang ngompol gitu ya? Perasaan gue enggak enak.
"Kay, kok lo tadi tiba-tiba kabur, sih?"
"Enggak papa Ya,"
"Kalau enggak papa, kenapa kabur?"
"Yah, pengen ajah."
"Jangan bohong Kay,"
"Siapa yang bohong sih? Udah, ah, gue mau ke toilet." Gue bangun kemudian mendahului Yaya, yang masih kesal dan menatap gue dari belakang.
"Kayra,"
"Apalagi?"
"Lo... Ngompol?" Panik, sumpah gue panik banget. Aduh, bisa enggak sih, menstruasinya ditahan dulu? Seenggaknya jangan di depan Yaya juga dong.
"Enggak papa, gue mau ke UKS dulu."
"Gue ikut,"
"Ngapain?!"
"Mau mastiin kalau lo, baik-baik ajah."
"Enggak perlu,"
"Perlu, gue takut kaki lo masih sakit."
"Enggak usah Yaya," gue udah coba cegah dia agar tetap di kelas dan enggak usah ikutin gue, tapi dia Keukeh mau ikut. Dia yang keras kepala, kemudian nyusul gue, tapi kakinya kesandung meja terus jatuh dan enggak sengaja nyenggol pantat gue. Njir malu banget gue.
"Kay, gue enggak maksud— Kay, pantat lo berdarah!" Aduh, dia malah histeris, untung ajah kelas sepi. Tanpa ngomong lagi, dia langsung tarik tangan gue, enggak tahu deh mau dibawa kemana. Tapi sepanjang kita lari, banyak orang yang liatin kita. Ya ampun suntik mati ajah gue, setelah beberapa menit kita lari-larian, akhirnya dia berhenti di UKS.
"Bu, darurat!"
"Eh, kenapa? Kamu tenang dulu, jelasin yang benar!" Omel Bu Fara, yang ikutan panik.
"Kayra! Dia pantatnya berdarah, nih, darahnya nempel di tangan saya Bu!"
"Ya sudah sebentar, ibu tulis surat ijin sakit dulu buat dia."
"Aduh, sempat-sempatnya nulis surat ijin sakit ya, Bu!"
"Harus sempat lah, siapa namamu?"
"Arka Elramdan Bu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 1 ✓
Teen Fiction[completed] Nama gue Kayra, cewek bermuka biasa yang nyasar ke SMANSA lewat jalur zonasi. Jujur, kehidupan SMP gue jauh lebih seru dibandingkan kehidupan SMA gue. Tapi gue belum pernah tuh, ketemu manusia jenis Arka (Yaya) yang overprotektif banget...