"Aydan!" Panggil gue saat melihat Aydan berjalan sendirian dari arah yang berlawanan. Dia kemudian merasa terpanggil dan menghampiri gue.
"Dicariin dari tadi, kenapa belum pulang sih? Udah hampir magrib tahu!"
"Ya maap, terus ibu–"
"Lo siapa?" Sahut Yaya dengan raut wajah menantang, melihat itu, Aydan juga jadi memasang wajah sengit. Ya Allah apalagi ini?
"Lo yang siapa?" Aydan menarik gue ke sisinya, membuat Yaya semakin menyatukan alisnya.
"Eh main tarik-tarik cewek orang, sopan-satun lo dimana?"
"Di jidat, udah deh lo mending mundur. Biarin dia pulang bareng gue!"
"Punya mata enggak, dari awal dia maunya balik bareng gue." Serang Yaya sambil menarik gue ke sisinya.
"Kepedean lo, mana mau dia balik sama lo?"
"Lo tuh, ya–" Saat Yaya hampir melayangkan satu kepalan tangan ke wajah Aydan, gue langsung menahan tangannya. Dia melihat kearah gue penuh kebingungan, lalu memalingkan pandangannya kearah samping, enggan melihat wajah gue. Apa sih, dari tadi gue berasa ada di dalam novel percintaan receh. "Lo belain dia Kay? Kalo lo suka balik sama dia, ya udah sana."Dia menghempas tangan gue sampai gue tersingkir ke pelukan Aydan. Sumpah deh, ini udah kayak novel dengan judul IPS 1 yang pernah gue baca.
"Ya, lo tuh, kenapa sih?"
"Gue kenapa? Enggak papa, cuma lo kan, emang lebih suka jalan bareng nih cowok daripada sama gue. Ya udah gue balik, selamat so sweet- so sweetan bareng cowok Lo ya? Semoga langgeng." Hah? Oh gue ngerti sekarang.
"Dia adik gue," kata gue dengan nada datar dan setengah malas menjelaskan. Cuma karena dia enggak tahu status asli Aydan, terus dia langsung marah gitu? Posesif banget, kayak dia pacar gue aja.
"Hah?! Aduuuh, maafin gue ya? Kata-kata gue tadi terlalu kasar ya? Nama gue Arka Elramdhan, lo bisa panggil gue kakak ipar."
"Najis, udah ah gue balik duluan, ada Agera soalnya di rumah."
"Ngapain lagi, masih berusaha ngejar lo?"
"Enggak tahu, tapi dia nanya soal fisika, sih, ke gue. Tahu ah males gue, hari ini kacau banget."
"Lagian lo terima aja, sih, dia. Kasian loh dia udah berusaha sampai sebegitunya."
"Lo enggak ngerti sih, posisi gue mbak. Dia itu... halah udah lah, enggak usah di bahas mending kita pulang. Kalo ibu sampai nyari-nyari kita, bisa gawat."
Aydan berjalan duluan dengan raut wajah frustasi. Gue kenal dengan Aydan dan gue juga kenal dengan hati rapuhnya, dia adalah satu-satunya anggota keluarga inti gue yang jarang banget ngomong. Apalagi senyum dan ketawa, dia punya dunianya sendiri. Lalu ketika ada seorang gadis sotoy yang mencoba menerobos dunia kecil bahagianya, jelas Aydan merasa terancam. Gue sebagai kakaknya sedikit kesal sih, dengan keberadaan Agera yang justru membuat Aydan enggak nyaman. Yaya menyenggol lengan gue membuat gue kaget dan menoleh padanya, dengan wajah kesal.
"Agera itu siapa?"
"Penasaran? Nanti setelah IPS 1 tamat, authornya akan rilis novel baru yang menceritakan tentang Ayadan dan Agera. Makanya follow akun wattpad Author, biar bisa tahu kapan update terbarunya!"
**
Malam ini langitnya mendung, menyebabkan tidak ada bintang dan bulan. Gue bersandar di kasur gue yang empuk banget, ditemani oleh cerita horor dari YouTuber kesayangan gue. Diluar Agera masih nempelin Aydan yang kayaknya sebentar lagi bakalan meledak nih. Soalnya ini si Agera ngeselin banget sumpah, pas baru banget gue sampai rumah aja, dia langsung caper dengan mengambilkan gue segelas minuman dingin. Mungkinkah dia berharap gue akan membujuk Aydan untuk memacari dia, hanya karena dia memberikan gue segelas air? Jawabannya no way! Gue enggak akan semurah itu, apalagi cuma karena segelas minuman doang, cih!
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 1 ✓
Teen Fiction[completed] Nama gue Kayra, cewek bermuka biasa yang nyasar ke SMANSA lewat jalur zonasi. Jujur, kehidupan SMP gue jauh lebih seru dibandingkan kehidupan SMA gue. Tapi gue belum pernah tuh, ketemu manusia jenis Arka (Yaya) yang overprotektif banget...