"... Sehubungan dengan jatuhnya hari pertama puasa besok, bapak akan memberikan kalian libur pertama puasa selama tiga hari–"
"Yeaaaay!"
"Muantap pak!"
"I love you pak Dedi!"
"Eh malah berisik, bapak belum selesai bicaranya, sudah diam! Yang masih bicara, nanti liburnya akan bapak batalkan!" Mendengar itu, kompak kami semua diam dan sibuk memperhatikan apa yang ingin beliau sampaikan. "Baik terimakasih atas perhatiannya. Liburan ini hanya berlaku tiga hari, setelah itu kalian kembali bersekolah untuk menjalankan ujian."
Setelah beliau menyampaikan pengumuman mengenai libur pertama puasa, beliau kemudian menutup penjelasannya dan membubarkan barisan. Lalu kami semua bubar ke tenda masing-masing untuk membereskan barang-barang kami dan pulang ke rumah masing-masing. Dua hari menginap di sekolah bersama teman-teman, adalah dua hari paling berkesan untuk gue. Benar kata orang, SMA itu adalah masa-masa terindah. Enggak nyangka sudah dua tahun gue bareng-bareng sama mereka semua dan satu tahun lagi kami lulus.
"Gais kita fotbar dulu gais, terus kita posting di Instagram kelas, biar kayak kelas lain." Ujar Putra dengan kamera yang sudah siap ditangannya. Dia memang orang yang paling bersemangat mengajak satu kelas foto bersama setiap ada acara-acara besar di SMANSA, apalagi hasil jepretannya juga lumayan bagus. Sementara Putra sibuk memainkan kameranya, Yaya sibuk mengatur barisan agar semua dapat muncul di foto.
"Yang pendek di depan, Ran sini, Ran!lo di depan, kan lo pendek."
"Heh!" Kata Rani sambil memelototi Yaya dengan tangan yang terkepal, siap menghantam perut Yaya.
"Maksud gue, lo di depan aja, biar fotonya nampak istimewa."
"Halah tai embek!" Yaya terkekeh kecil, lalu melanjutkan aktivitasnya mengatur barisan ala paskibraka. Gue ditempatkan dibarisan tengah karena katanya tinggi gue standar, enggak terlalu tinggi dan enggak terlalu pendek. Amil yang sudah tidak sabar menunggu giliran diatur, lantas berdiri disamping gue.
"Amil, jangan disitu, itu tempat udah gue booking dari sebelum SMANSA lahir!"
"Cih, dasar bucin-nya Kay!" Kemudian dia pergi ke barisan paling belakang, yang lalu diprotes kembali oleh Yaya. Katanya dia enggak cocok menempati barisan dibelakang, karena tingginya tidak memenuhi standar laki-laki. Jadi Yaya menempatkan Amil di barisan tengah, diujung dekat dengan Teresa.
"Udah siap, kan gais?" Tanya Putra, yang lalu dijawab siap oleh kami semua. "Hoy, adik kelas yang cantik dan imut, tolong potoin kita ya?!"
Kedua adik kelas yang sedang melewati kami pun, hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Putra.
"Kalau gue bilang 11 IPS 1, kalian jawab; 'Manusia pintar, bukan Purba!' Gitu ya?" Tanya Putra lagi yang diiyakan oleh satu kelas. "11 IPS 1?!!"
"Manusia pintar, bukan Purba!" Teriak kami semua, dibarengi oleh jepretan kamera dihadapan kami. Setelah rentetan kenangan sudah kami buat dalam bentuk photografi, kami pun pulang ke rumah masing-masing. Menjalankan ibadah puasa bersama dengan keluarga masing-masing, meski diantara kami ada satu orang yang sudah tidak lengkap lagi keluarganya.
**
"Sahur ora sahur sekarep mu! Sahur ora sahur sekarep mu! Sahur ora ora sahur sekarep mu!" Begitulah nyanyian sahur pertama yang gue dengar pagi ini. Gue duduk dimeja makan sambil menunggu ibu selesai memasak di dapur.
"Aydan, kamu tengok Gama gih, sana. Takutnya dia enggak ada lauk untuk sahur, suruh dia sahur bareng kita aja." Kata ibu. Seminggu yang lalu, kedua orang tua Gama sudah resmi bercerai, dengan hak asuh Gama yang jatuh ke tangan ibunya. Semenjak itu juga lah, ibu Gama jadi jarang pulang karena harus mencari nafkah untuk kebutuhannya dan Gama. Sudah dapat dipastikan bahwa, malam ini pun, ibunya pasti belum pulang. Kasihan Gama, gue enggak akan kebayang gimana rasanya sahur sendirian tanpa keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 1 ✓
Roman pour Adolescents[completed] Nama gue Kayra, cewek bermuka biasa yang nyasar ke SMANSA lewat jalur zonasi. Jujur, kehidupan SMP gue jauh lebih seru dibandingkan kehidupan SMA gue. Tapi gue belum pernah tuh, ketemu manusia jenis Arka (Yaya) yang overprotektif banget...