Pagi hari pukul 6:00. Aku bergegas bangun, tapi entah untuk apa aku bangun jam segini?. Aku menuju dapur disana sudah ada Bi Mirnah yang sedang memasak.
"Maaf bi, aku bangun kesiangan, ada yang bisa aku bantu?," Ucap ku mendekati Bi Mirnah.
"Gak apa Van, kamu tolong bisa buatin susu vanila hangat 1, eh.. 2 aja, 2 apa 1 yah?," Ucap Bi Mirnah kebingungan sendiri, aku pun juga bingung. "1 aja deh Van, tolong yah." lanjutnya.
Aku pun membuat segelas susu vanila hangat. Pak Arnold pun datang dan langsung duduk di meja makan.
"Kamu taruh ini nasi goreng dan susunya dimeja makan yah Van, bibi mau ke kamar sebentar."
Aku pun membawa makanan dan minuman untuk Pak Arnold. Terlihat Pak Arnold yang baru saja duduk di meja makan.
"Ini pak makanan....,"
"Lho kamu sudah bangun?, selamat pagi," ucap Pak Arnold.
"Eh p..pagi pak,"
"Kamu bangun jam berapa?, saya tidak mendengar kamu berjalan melewati kamar saya?," Ucapnya sambil minum.
"Ah?, lewat kamar bapak?, kamar saya di belakang pak?,"
"Di belakang?, saya sudah bilang, ck! Raihan gimana sih?," Ucap Pak Arnold yang langsung membuka ponsel.
"Raihan!, apa kamu lupa tentang..., kan saya sudah kasih tau, kamar Evan disebelah kamar saya...,"
"Aahh pak maaf memotong pembicaraannya. saya.. saya gak apa tidur di mana saja, yang penting nyaman pak tidak perlu repot-repot,"
"Tidak bisa!, kamu pindah kamar. saya tidak mau tau, hari ini kamu pindah kamar, nanti saya akan kasih tahu Raihan untuk membantu kamu." ucap Pak Arnold sambil makan.
DAAARRR
suara hantaman dari pintu pun terdengar sangat keras. Aku benar benar tidak tau apa yang terjadi.
Terlihat disana ada pria sepantaran ku (lebih tinggi dariku) berjalan begitu lemas, pakaian berantakan seperti tidak terurus.
"ANDREW!." bentak Pak Arnold.
Pria yang Pak Arnold panggil pun menghentikan langkahnya.
"Jam segini baru pulang, darimana saja kamu?!!,"
"main," ucap santai dari pria yang bernama Andrew.
"Jam berapa ini?!, Ayah tidak mau tau, kamu harus siap-siap untuk berangkat kesekolah!. kamu kira ayah tidak malu selalu di panggil ke sekolah karna kelakuan kamu?!!,"
"Evan, kamu juga harus bersiap untuk sekolah, sarapan jangan lupa, kamu dan Andrew berangkat kesekolah bareng, saya berangkat ke kantor sekarang." lanjutnya.
Aku masih terdiam terlihat di depan ku Andrew melihat ku dengan tajam, kemudian dia berjalan menuju kamarnya dilantai 2.
"Ah saya hampir lupa. Ini, simpan ini dan gunakan dengan bijak, saya percaya kamu," ucap Pak Arnold memberi kartu atm.
"Tapi...,"
"Saya tidak mau mendengar penolakan apa pun dari kamu, saya lagi tidak enak suasana hati," ucap Pak Arnold yang bergegas menuju pintu. "Ah satu lagi,..." ucapnya mendekat "semoga kamu mengerti apa yang barusan terjadi pada Andrew." ucapnya sambil menepuk pundak kiri ku kemudian pergi.
Aku menuju kamarku dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Aku bergegas keluar rumah,
"Tuan Andrew," panggilku, terlihat dia menggunakan motor besarnya dan terlihat pas dengan badannya yang ideal untuk ukuran anak sma, dan mukanya yang dingin. aku menghampirinya berlari, "mau berangkat sekolah?" Ucap ku
KAMU SEDANG MEMBACA
An Assistant
Roman d'amourKehidupan seorang anak laki-laki ini berubah drastis setelah diadopsi oleh kedua orang tua angkatnya. Evan Lavian, anak terpintar di panti asuhannya. Ekspetasi yang terlalu tinggi membuat dia kecewa, dia merasa kesepian walaupun kedua orang tua ang...