Minggu ke-2 UAS. Semoga dilancarkan UASnya 😭😭.
Bersyukur dikasih waktu buat check Wattpad dan dari kemaren mau up next part gak ada waktu banget. 😭😭SATU LAGI. PRAY FOR INDONESIA.
Belum ada sebulan, kabar-kabar duka sudah menghiasi awal tahun dibulan ini. Semoga di bulan depan kabar-kabar baik menyelimuti kesedihan dibulan ini.
Amiiinnn 😇🤲🙏Aku engga akan bosen buat bilang ke kalian, jangan lupa selalu menjaga kesehatan, pakai masker dan hand sanitizer dan ikuti protokol kesehatan bila keluar rumah dan selalu waspada.
Happy Reading All 😊🥰🥰
----------------------
Kami dalam perjalanan pulang dari rumah nenek, dan nenek juga ikut dengan kami, beliau ingin menginap dirumah Andrew. Beberapa lama pun kami sampai dirumah Andrew, aku dan Andrew pun berjalan kekamar.
"Aku harap kita bisa melewatkan ini semua dengan cepat," ucap Andrew, "aku benar-benar akan seperti mayat hidup disana," ucapnya yang membuat aku tertawa,
"Kenapa kamu ketawa?," ucap Andrew melepaskan pelukan,
"Kamu lebay banget Drew, engga gitu juga Drew, lagi pula.." aku memegang kedua pipinya, "kita masih bisa berkomunikasi kok, 5 bulan itu waktu yang singkat." Ucapku tersenyum menyemangatinya.
"Aku bakalan kangen berat sama kamu," ucap Andrew mencium bibirku dan memelukku.
"Andrew.. Evan ayo kita makan malam dulu," ucap Nenek dari luar kamar,
Kami makan bersama tanpa ayah yang masih berada diluar, Nenek sangat kenal dengan Bi Mirnah dan Pak Wawan jadi nenek mengajak mereka juga untuk makan malam bersama.
Selesai makan, nenek dan Bi Mirnah merapihkan meja makan walaupin Bi Mirnah menolak untuk dibantu nenek tapi nenek kekeh untuk membantu Bi Mirnah.
Andrew membawaku kekamarnya, aku membuka semua pr ku untuk besok, aku mengerjakan pr ku dengan serius agar selesai cepat.
"Ahhh kamu gak asik, padahal besok aku mau pergi," ucap Andrew yang membuatku benar-benar terpukul.
Aku merapihkan semua buku-buku ku menatanya kembali dengan rapih, aku menghapiri Andrew yang sedang berbaring membelakangiku sambil memainkan ponselnya, aku menyentuh pundaknya dan dia berbalik.
"Maafin aku Andrew," ucapku, Andrew membangunkan dirinya lalu duduk, kami saling berhadapan Andrew senyum padaku.
"Aku hanya ingin menghabiskan malam ini bersamamu," Andrew menggenggam tanganku, "nanti selama aku disana kamu jangan nakal," lanjutnya.
'Nakal?' aku bertanya-tanya pada diriku.
Andrew memegang pipi kananku yang membuat aku terasa nyaman, dia mendekatkan badannya lalu mengangkatku kepangkuannya, aku melingkari kakiku di pingganganya kami saling tatap.
CUP
Andrew mencium bibirku sesaat, perlahan aku mendekatkan wajahku untuk menciumnya, Andrew membuka mulutnya sedikit, kita saling berciuman yang menghasilkan suara decikan.
TOK TOK TOK
"Andrew... Evan..." terdengar diluar kamar suara nenek memanggil.
Kami menghentikan kegiatan kami, Andrew berlari untuk membuka pintu, terlihat nenek yang melirik Andrew lalu melihatku, aku sedikit terganggu dengan ekspresinya yang mengangkat alis kirinya lalu beliau tersenyum dan masuk kamar, beliau berdiri didepanku, Andrew berjalan mengikuti nenek dan membawa kursi untuk nenek. Aku dan Andrew duduk dipinggir tempat tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/206731055-288-k681311.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
An Assistant
RomantizmKehidupan seorang anak laki-laki ini berubah drastis setelah diadopsi oleh kedua orang tua angkatnya. Evan Lavian, anak terpintar di panti asuhannya. Ekspetasi yang terlalu tinggi membuat dia kecewa, dia merasa kesepian walaupun kedua orang tua ang...