14.

1.6K 102 16
                                    

Kami sampai dirumah Dodi yang begitu besar, yang menurutku mungkin sama luasnya dengan rumah Pak Arnold.

"Ayok masuk, tenang aja semua barang aku yang bawa," ucapnya

Aku tidak enak hati dengan Dodi, aku takut kalau aku merepotkannya (tapi aku sudah bikin dia repot).

"Maaf yah rumahnya berantakan, lagi pula di rumah sebesar ini aku hanya sendiri, sama bokap sih tapi dia pulangnya malem, berangkat kerja pagi, yaa begitu terus setiap hari." Ucapnya.

"Eh iya kamu minum apa?" Ucap Dodi berjalan kedapur aku mengikutinya. "Aku ada coklat hangat, kamu mau apa?" Ucapnya.

Aku menangis aku hanya butuh seseorang untuk bersandar.

-DODI POV-

"Hiks..."

BUG 'Evan meluk gue sambil menangis'

"Ka..kamu kenapa Van?" Tanyaku yang membuat dia menangis di dadaku, dia menggelengkan wajahnya.

"Oke oke, kamu nangis aja dulu, keluarin semua, nanti kalau sudah mulai baik kamu boleh cerita sama aku," ucapku menenagkan Evan dan menngelus kepalanya.

Beberapa lama kami berdiri di dapur, akhirnya tangisan Evan pun mereda, walaupun masih sesenggukan.

Aku membawa Evan ke kamarku,

"Kalau aku boleh tau, kamu kenapa Van?," Tanyaku.

Dia menatapku dengan mata sebamnya,

"Kamu mau mendengar ceritaku?, tapi kamu jangan berubah pada aku, karena bagiku kamu satu satunya teman yang baik bagiku," ucapnya.

Dia menceritakan semua kehidupannya, dari dia keluar dari panti asuhan, sampai dia bekerja pada Pak Arnold. Sampai cerita Andrew yang sekarang berpacaran dengan mantan terb***sat-Cintya.

Kali ini dia benar-benar bodoh, membuang orang yang sangat berarti. Gua gak akan kalah lagi.

Tidak terasa sekarang pukul setengah 10 malam,

"Kamu lapar?," Tanyaku

Evan mengangguk pelan,

"Kalau gitu kita delivery order aja," ucapku

Kami memesan makanan junk food, hampir satu jam makanannya pun datang,

"Sekarang kamu makan aja Van, ini aku traktir. Tenang aja,"

"Terima kasih banyak Dodi, kamu emang paling baik." ucapnya.

-EVAN POV-

Aku juga tidak sampai kapan berlama-lama disini, aku harus mencari tempat untuk aku tinggal, aku tidak mau bergantung pada orang lain, itu akan merepotkan.

Semalam aku sudah bertemu dengan ayahnya Dodi, dan beliau mengizinkanku untuk tinggal dirumahnya, "itung-itung bisa menemani Dodi." candanya.

Pagi ini aku berangkat kesekolah bersama Dodi jam setengah 7 pagi kami sudah sampai disekolah yang masih sepi. Aku merasa pertemananku dengan Dodi semakin dekat, sedari pagi tadi Dodi selalu bersampingan denganku.

Pelajaran pun dimulai, seperti hari biasanya, tidak ada kejanggalan yang terjadi, tapi perasaanku tidak enak seperti ada sesuatu yang mengganjal. Hampir detik-detik istirahat pertama, guru BK pun datang kekelas ku.

"Pagi, maaf menggangu kegiatan belajarnya, apa ada siswa bernama Evan Lavian?," Tanyanya.

Seluruh teman kelasku melihat ke arahku,

An AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang