2.

2.9K 125 7
                                    

Aku mencoba melupakan hal yang berlalu dan memikirkan bagaimana aku kedepannya. Yap sudah ku katakan sebelumnya, aku sekarang bekerja di kantor sebagai office boy (OB) dan aku juga bekerja di sebuah cafe kecil.

Sebelumya aku tinggal di rumah teman ku, hanya seminggu, kemudian aku mencari kontrakan yang murah. Yaaa walaupun sempit tapi luamayan untuk sendiri lagi pula seharian aku di luar dan di kontrakan hanya untuk tidur saja bahkan ngga pulang.

"Van, bikinin kopi buat pak bos?," Ucap Ado, teman kerja ku.

"Pak bos? Pak Arnold?," Tanya aku

"Bukan, Pak Danang noh satpam depan.. Ya iyalah Pak Arnold ya siapa lagi bos disini?,"

"Ehehe... lagian aku kan ngga nyangka aja Di disuruh bikin kopi buat pak bos,"

"Yaelah yang di suruh mah asistennya noh, kan yang dia tau mah yang bikin asistennya aja, padahal mah bukan. Dah ah cepetan lu bikin sana." ucap Ado kemudian dia pergi ke toilet.

'Yaudah bikin cepet cepet, nanti langsung ketemu sama asistennya' gumamku.

"Eh iya nama asistennya siapa yah?..," nanya sendiri. "Ah iya Pak Raihan." jawab sendiri sambil memetik jari ala ala.

Kopi sudah jadi aku berjalan menuju ruangan Pak Arnold yang di depannya sudah ada asistennya menunggu.

"Pak Raihan ini kopi....,"

"Kamu Evan kan?," Tanya Raihan yang memotong ucapanku.

"I..iya benar,"

"Ya sudah.. bawa masuk sana kopinya, Pak Arnold mau bicara sama kamu," ucap Raihan.

Pak Arnold pemilik kantor perusahaan ini mau bicara sama aku? Aku?.. anak kecil yang sebentar lagi menginjak umur 18 yang kerja sebagai OB. Seorang atasan mau berbicara dengan ku yang...

"Mikir apa lagi, cepat masuk sana! bos sudah menunggu!." Ucap Raihan yang memotong guamaman ku.

"I..iya ba..baik."

Membuka pintu ruangan atasan perlahan karna takut ada yang rusak, kalau nanti rusak gaji ku 2 bulan masih gak cukup untuk ganti

Sampai masuk kedalam ruangan kantor atasan, dimeja tersebut terlihat Pak Arnold paras yang tidak terlalu tua walaupun umurnya sudah 48 tahun (sekitar segitu). Beliau sedang fokus melihat monitor, entah dia sedang melakukan apa. Aku kira atasan kerjanya hanya bersantai di sofa empuk, merasakan dinginnya ruangan karna hembusan ac sambil meminum bir dan menonton Netflix, ternyata tidak, Pak Arnold terlihat sibuk dan keliahatan sedikit, sedikit.... acak acakan, sedikit.

"Permisi pak ini...," dipotong lagi

"Ah... kamu Evan, benar?," Tanya Pak Arnold.

"I..iya pak benar,"

"Ahh... akhirnya, sekian banyaknya karyawan di kantor ini, saya hanya hafal namamu ahahaha," ucap Pak Arnold sambil memelukku dan beberapa kali menepuk punggung ku dan melepaskan

"Jadi begini Van,"

Hump. Disini aku seperti tidak bernafas, aku ngga siap untuk mendengar kelanjutan dari kalimat tadi, aku benar benar tidak tau apa kalimat selanjutnya, hanya saja kalimat selanjutnya itu biasanya sebuah kalimat yang benar benar tidak baik.

"Kamu....,"

Dunia terasa melambat seketika

"...akan..,"

Sudahlah aku tau kalimat ini sering aku lihat di tivi dan baca di buku kalau aku akan di pecat.

"...dipekerjakan..,"

An AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang