Kirana 6

5.4K 329 2
                                        


Kirana tersenyum saat kakinya menginjak kramik teras rumahnya. Dua hari pasca kesadarannya Kirana merengek minta pulang dengan beralasan kalau dirinya sudah sembuh ,dan karena kekerasan kepalanya dia di perbolehkan pulang dengan syarat harus tetap periksa rutin karena cidera bahu kanannya cukup parah dan masih harus melakukan terapi agar bisa pulih seperti dulu.

Senyum Kirana redup saat melihat Frasta berjalan mendahuluinya, dengan barang yang dibawa dari rumah sakit di kedua tangannya Frasta sedikit kesulitan membuka kunci,tapi akhirnya berhasil juga dan langsung masuk.

Sebelumnya Frasta sudah menawarkan diri untuk memapah Kirana masuk tapi di tolak mentah-mentah dan malah di suruh bawa barang saja,alasannya.

"yang sakit tangan gue bukan kaki gue"

Setelah membersihkan diri masing-masing ,Frasta pergi untuk membeli makanan sedangkan Kirana kembali termenung mengingat kejadian 2 jam lalu,sebelum pulang kerumah Kirana mengantar mamahnya ke bandara.

"Udah dong Kie jangan nangis terus!"

"Aku kan masih kangen mah"

"Iya mama juga,,,,tapi ya mau gimana lagi,! mama janji begitu masalahnya selesai mama langsung pulang"

"Tapi pasti lama ma,,,,"

"Ga lama sayang,cuma ga sebentar"

Kirana tak menjawab lagi dan langsung memeluk Dinda.

Kirana sadar pekerjaan mamahnya sangat penting,sebagai desainer yang bekerja untuk brand terkenal di Paris ,Dinda di tuntut untuk sangat berprofesional terlebih lagi Dinda terikat kontrak yang bila di langgar dendaannya sangat besar,hal itulah yang jadi pertimbangan Kirana merelakan mamah nya pulang ke Paris dan memasrahkan dirinya tinggal berdua dengan Frasta suami yang baru di kenalnya tiga hari.

Kirana menyeka air matanya yang turun entah untuk alasan yang mana,entah karena ke pergian Dinda atau kenyataan dirinya yang harus tinggal dengan seorang yang tidak dia kenal.

Lamunan Kirana buyar saat pintu kamarnya diketuk dan kepala Frasta menyembul.

"Ayo kita makan,,,!"ajaknya dan kembali berjalan ke arah dapur dan di ikuti Kirana dari belakangnya.

Kirana duduk tenang sambil memperhatikan Frasta yang sibuk menata makanan yang di belinya di atas meja makan,Kirana menganga melihat banyaknya makanan yang Frasta beli.

"Kita cuma makan berdua,kenapa beli makanannya banyak banget?"

"Aku ga tahu kamu sukanya apa,jadi aku beli semua,pilih aja yang mana yang mau kamu makan,sisanya kita kasih ke tetangga"

"Tapi ini namanya pemborosan, balikin lagi sana,,,!"

"Ya ga bisa lah sayang,,,,malu-maluin aja,"

Kirana terdiam,sanggahan yang akan dia keluarka dari mulutnya dia telan kembali,selalu ada desiran aneh setiap Frasta mengakhiri perdebatan mereka dengan memanggilnya sayang.

"Jadi kamu mau makan apa?"

Tanpa kata Kirana menunjuk makanan yang ingin dia makan dan Frasta sigap mengambilkan nya lalu meletakannya di atas nasi putih,kemudian mulai menyuapi Kirana yang entah mengapa tiba-tiba jadi penurut,menerima setipa suapan dari Frasta tanpa debatan seperti biasanya.

Setelah selesai Frasta menyeka bibir Kirana lembut untuk membersihkan sisa makanan.Berbeda dengan Kirana yang sekuat tenaga menahan degupan jantungnya yang tiba tiba berasa sedang lari maraton,belum selesai usai menetralkan jantungnya Kirana di buat semakin deg degan kala Frasta tiba tiba mencium pipinya.

"Ko malah bengong? Makannya udah selesai,,,,kamu istirahat aja aku mau kasih ini dulu ke tetangga,"

Ujarnya lalu beranjak tanpa melihat reaksi Kirana yang wajahnya sudah memerah kaya kepiting balado.

Kirana (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang