Kirana 19

4.2K 168 3
                                        

Bab 19

Robi terus bolak balik ke wc untuk muntah,wajah nya sudah pucat dan badan nya juga sudah terlihat lemas.
Tapi permintaan Kirana masih belum di selesai kan.

"Udahin aja lah yang,,,kasihan, muka nya udah kaya hantu Jepang gitu?"
Frasta mencoba membujuk Kirana.

"Engga,mama aja ngasih dua tamparan,aku cuma minta dia ngabisin satu mangkuk doang!"
Kirana tetap dengan kekeras kepalaan nya.

Robi kembali berlari ke wc, dokter Sarah tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menatap prihatin kepada suaminya,dan sesekali menghela napas pasrah melihat penderitaan Robi.

"Udahin aja lah kak,,,kasihan?"
Flora ikut membujuk Kirana agar mau menghentikan permintaan sepelenya pada Robi.

Kirana tetap tak bergeming,dia hanya memangku tangan di dada,matanya memicing saat Robi kembali ke meja, wajah nya semakin pucat,tapi Kirana masih belum puas.Senyuman sinis di tampilkan nya,matanya mengisyarat kan Robi untuk memakan kembali pai durian yang amat sangat di benci oleh Robi.

Tangan Robi terulur untuk meraih sendok,matanya mulai berair kembali  menandakan dia menahan mual, dokter Sarah mengusap punggung Robi lalu mengangguk, pertanda Robi harus segera memakan pai durian yang membuatnya muntah sampai lemas.

"Itu syarat,kalau lo emang mau gue maafin,ayo makan lagi,,,!"
Kirana menegur Robi yang tak kunjung memakan pai durianya yang sudah dia sendok dan siap di suapkan.

"Kenapa ga suruh suami kamu gebukin aku aja sih? Hah,,,dari pada harus makan ginian" Robi mencoba bernego,tapi Kirana tak acuh dan malah semakin melotot agar Robi segera memakan pai nya lagi.

"Bi,,,makan aja, ga apa-apa, anggap aja itu hukuman buat kamu,ya, ayo makan lagi biar cepat habis!"
Dokter Sarah ikut membujuk Robi agar cepat menghabiskan pai nya, agar mereka bisa cepat pergi.

Robi kembali menyuapkan pai durian kedalam mulut nya,matanya terpejam rapat menahan mual yang sangat luar biasa,saat sudah tertelan,saat itu pula Robi kembali berlari ke wc.

"Biar saya saja yang menghabiskan pai nya,saya juga bersalah dalam hal ini,jadi,saya juga harus di hukum"
Dokter Sarah menyerukan pendapat nya,berharap agar Kirana mau meringan kan hukuman Robi.

"Dokter ga tega lihat Robi menderita seperti itu?"
Kirana malah balik bertanya.

"Iya"

"Dokter ikut merasa sakit,melihat Robi kesakitan seperti itu?"
Dokter Sarah mengangguk menjawab pertanyaan Kirana.

"Berarti,dokter juga ikut tersiksa melihat Robi,dan itu lah hukuman untuk dokter!"

Skak mat,ucapan Kirana mematahkan pemikiran dokter Sarah dan yang lain nya,sehingga mereka diam dan tak lagi membujuk Kirana agar menghentikan hukuman nya pada Robi.

Robi kembali lagi,wajah nya semakin mirip setan Jepang,langkah nya gontai dan tangan kanan memegangi perut nya.Robi kembali duduk di samping dokter Sarah yang matanya sudah berkaca-kaca,menatap perihatin pada suaminya.

"Cuma tinggal satu suap,kalau lo memang laki-laki sejati,lo ga akan biarin cewek lo menangisi kelemahan lo!" Kirana berbicara santai,tangan nya sudah tak di pangku di dada tapi berpindah ke samping tubuhnya, punggung nya dia sandarkan di sandaran kursi,tapi matanya tetap memicing tajam ke pada Robi.

Merasa di sindir,Robi langsung menyuap kan pai durian yang tinggal satu sendok lagi,dan yang terakhir ini Robi tak berlari ke wc,sekuat tenaga Robi menahan mual nya sampai pai itu lolos dia telan.Dokter Sarah menghela napas lega,tangan nya terulur untuk menyeka keringat di sekitar wajah Robi.

Kirana (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang