Kirana 22

3.4K 211 2
                                        

Bab 22

Kirana terus merenungi obrolan nya bersama dokter Sarah tadi siang. Dia bahkan tak sadar kalau sudah hampir tengah malam dan Frasta belum pulang.

Tadi sore suaminya itu menelepon dan memberitahunya, bahwa ada rapat yang sangat penting dan mengharuskan dia pergi ke Bandung bersama Bima dan beberapa kariawan lain nya. Frasta bilang tidak sampai menginap,tapi kalau sampai jam sebelas ini dia masih belum  pulang, tidak menutup kemungkinan kalau suaminya itu akan menginap di Bandung.

Sadar dari renungan nya. Kirana membuka chat terakhir bersama Frasta. Di kolom status terlihat Frasta mengapload status baru sekitar sepuluh menit yang lalu. Kirana hampir saja membanting telepon genggamnya setelah dia melihat status barunya Frasta, kalau saja dia tidak ingat berapa harganya itu.

Kirana mengeratkan gigi nya,raut wajah nya mengeras dan tatapan nya menajam saat dia melihat kembali poto Frasta bersama seorang perempuan yang sedang saling bersalaman disertai keteranga.
'Kembali bersama, dan semoga ini yang terakhir'. Entah apa maksud Frasta, tapi dia berhasil membuat Kirana sedih dan galau pastinya.

Kirana menyentuh perutnya dan memejamkan mata untuk menghalau air matanya jatuh, walau percuma, karena saat matanya kembali terbuka tangisnya pecah dan air kepiluan itu meluncur deras di pipi Kirana. Sebisa mungkin Kirana meredam tangis nya agar isakan nya tidak terdengar oleh Dinda.

Entah sampai jam berapa Kirana menangis,tapi yang pasti pagi ini saat dia bangun, matanya sangat bengkak.

"Mata kamu kenapa bengkak gitu? Habis nangis ya? Nangis kenapa? Kamu di apain sama Frasta? Kamu di kasarin sama dia?" Dinda memberondong Kirana dengan pertanyaan yang bertubi saat Kirana duduk di hadapan nya di meja makan.

"Nanya nya satu-satu kali ma,,,!
Aku ga apa-apa,ini cuma karena aku kurang tidur, semalam nungguin mas Fras,ternyata ga jadi pulang!"
Kirana mencoba mengelak,dan menutupi kejadian semalam agar mama nya tidak khawatir.

Dinda mengangguk,lalu menyantap sarapan nya dan tak bertanya lagi.
Kirana memang masih kesal dan marah pada Frasta, tapi dia bukan seorang pengadu dan orang dangkal yang akan langsung menghujat tanpa mendengar penjelasan.

Kirana punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalah nya, jadi dia akan menunggu suami nya pulang, mendengar penjelasan nya lalu membuat keputusan tentang apa yang harus dia lakukan.

"Yakin kamu ga apa-apa?"
Dinda tiba-tiba bersuara kembali setelah dia menghabiskan sarapan nya.

"Hem,,," Kirana hanya bergumam,dan kembali menyantap sarapan nya setelah beberapa saat melamun.

"Wajah kamu aga pucat, kamu sakit ya?" Dinda menatap khawatir kepada Kirana.

"Engga ma,,,aku cuma kurang tidur, kan tadi aku udah bilang!" Kiran mengelak lagi,padahal dia sedang menahan mual yang luar biasa, tapi Kirana terus menahan nya, dia tidak mau mamah nya curiga.

Kirana masih belum mau memberitahukan perihal kehamilan nya pada Dinda. Kirana mau orang pertama yang dia beri tahu adalah Frasta,tapi mengingat kejadian semalam, kayanya pemberitahuan itu pun akan di tunda.

"Assalam mualaikum?"
Suara Frasta terdengar di ambang pintu,langkah kaki nya langsung menuju ke arah dapur. Senyum manis Frasta lihatkan ke arah dua perempuan yang sedang menatapnya dan menjawab salam nya.

"Pagi ma!" Sapanya sambil menyalami mertuanya.

"Pagi,,," Dinda menjawab dan beranjak pergi karena sarapan nya memang sudah selesai.

"Pagi sayang!" Frasta beralih ke pada Kirana, seperti biasanya kecupan di kening dan pipi Kirana dia daratkan lalu duduk di sebelah Kirana.

"Kamu sakit ya?wajah kamu pucat banget?" Kirana tak acuh dengan pertanyaan Frasta,walau sebelum nya dia bertekad untuk mendengarkan penjelasan Frasta,tapi nyatanya, setelah dia melihat suaminya ini, amarah nya bangkit kembali.

Kirana (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang