Kirana 3

5.8K 387 7
                                    

Di luar dugaan Frasta, ternyata pernikahan yang di rencanakan orang tuanya adalah minggu ini. Frasta tak habis fikir kenapa orang tuanya bersikeras menikahkan dia dengan seorang yang sedang koma.

"mending kalau dia sadar kalau engga? Bisa jadi duda mubadzir gue"

runtuk nya dalam hati Frasta yang saat ini sudah duduk manis di hadapan penghulu tepat di samping brangkar yang di tiduri Kirana.

Sehari setelah Frasta bilang setuju untuk menikah ,kedua orang tuanya langsung menyiapkan segala hal yang di butuhkan untuk pernikahan mereka. Frasta hanya memaksakan senyumnya kala melihat ke antusiasan orang tuanya,mereka tampak bahagia dengan keputusan yang dia ambil dan semoga dia tidak menyesalinya,karena melihat orang tuanya bahagia itu yang paling penting.

Ruang rawat yang tidak terlalu besar itu dipenuhi oleh orang orang yang kebanyakan tidak Frasta kenal.
Dinda berkata kalau mereka adalah pegawai di kedai milik Kirana. Frasta hanya mengangguk saja saat Dinda memberi tahukannya karena saat ini dia sedang dilanda kegugupan.

"Apa sudah siap?"

Suara penghulu mengintrufsi nya agar segera fokus untuk bersiap mengucapkan ijab qobul. Frasta mengangguk lalu dengan satu kali tarikan nafas dia mengucapkan ijab nya.

"Sahhh,,,,,,,,,"

Seruan semua orang menyadarkan Frasta dari kegugupannya ,dia menghela napas lega lalu menerima ucapan selamat dari semua yang hadir  Vera lalu menyuruhnya untuk memasangkan cincin ke jari manis Kirana,dengan gugup yang kembali menyerangnya Frasta menyematkan cincin pernikahan ke jari manis Kirana,dan setelahnya penghulu juga ikut menyuruhnya untuk mengucapkan do'a ke ubun ubun Kirana yang di bimbing oleh penghulu itu sendiri.

"Cium kening nya sebagai tanda kalian sudah halal"

Perintah penghulu itu lagi yang membuat Frasta semakin gugup,dengan keberanian yang terpaksa dia ciptakan,Frasta mengarahkan bibirnya untuk mengecup kening Kirana yang sekarang bersetatus istrinya.
Perlahan dan saat kecupan berhasil didaratkan ada perasaan aneh yang menjalar di hati Frasta,selesai dengan kecupan singkatnya Frasta tidak langsung menjauhkan wajahnya dia tertegun sejenak mengamati wajah Kirana yang sudah tidak terhalang alat bantu pernafasan,karena memang kondisinya sudah membaik ,hanya saja Kirana masih enggan untuk bangun.

"Cantik,,,,"gumamnya lalu menjauh saat dokter berkata kalau sudah waktunya Kirana di periksa lagi.

Setelah acara selesai semua orang bergantian pulang,dengan isyarat mata, Tama satu satunya orang yang dia kenal yang juga hadir disana menyuruhnya untuk ikut keluar,sesampainya di taman Tama melihatnya tajam tanpa suara,sampai celetukan garing Frasta ucapkan.

"Tajem banget tuh mata,elo asah semaleman ya?"

"Elo ga ada cerita sama gue,udah main ijab aja!"

"Namanya juga dadakan,tapi elo juga gue undangkan sekarang?"

Belum sempat Tama menjawan suara baru terdengar nyaring menyembur di sisi mereka.

"Lo ga ada niatan jahat kan nikahi sahabat gue yang lagi koma?" Semburnya begitu dia berdiri di hadapan Frasta .

"Emang gue ada tampang penjahat apa?"

Semburnya balik yang tidak terima di teriaki oleh orang yang tidak dia kenal.

"Terus maksud lo apa nikahin Kirana  sedangkan dia masih belum sadar? Apa lo putus asa karena ga laku atau lo setres di tinggal kawin sama mantan lo?"

Kirana (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang