Jimin mengangkat dagu chae agar menatapnya. "Chae tatap aku."
Chae tetap saja menundukkan kepalanya.
"Apa aku harus menyentuh tubuhmu dulu baru kau mau menatapku." Jimin mencoba menggoda chae agar mau menatapnya.
Sontak saja chae menatap jimin takut.
Jimin tersenyum puas melihat chae takut padanya. Jimin menangkup wajah chae.
Cup
Jimin mencium chae.
Chae yang kaget langsung mendorong jimin, ciuman mereka terlepas. Chae terlihat gelisah, dia sangat takut sekarang.
"Chae kau mendorongku." Jimin kesal karna chae mendorongnya hingga jatuh.
"Maaf, aku tidak bermaksud begitu." Chae mencoba menarik tangan jimin agar bangkit.
Jimin yang kesal langsung saja menarik tangan chae kasar. Jimin membawa chae masuk ke kamar dan melempar tubuh chae ke atas ranjang.
"Akhhh sakit." Chae meringis karna pergelangan tangannya sakit akibat ulah jimin.
Jimin merangkak menaiki ranjang, chae refleks mundur hingga menyentuh tembok, chae terus menundukkan kepalanya.
"Tuan maafkan aku." Isaknya sambil menahan sakit.
"Kau sungguh membuatku marah." Jimin memajukan wajahnya hingga chae dapat merasakan deru napas jimin di wajahnya.
Mata jimin teralihkan pada tangan chae yang memerah. Jimin langsung menggenggam tangan chae. "Apa ini sakit?" Tanya jimin dengan lembut.
Chae hanya mengangguk. "Maafkan aku." Jimin mengusap pergelangan tangan chae yang memerah dengan lembut.
"Istirahatlah chae, besok kau harus bangun pagi dan memasak sarapan untukku, aku harus ke kantor besok pagi."
"Ne." Jimin keluar dari kamar chae dan menuju kamarnya.
"Arghhhh ada apa denganku, apa aku menyukainya." Jimin frustasi memikirkan perasaannya pada chae.
🌹🌹🌹
"Apa yang harus kulakukan sekarang." Chaeyoung sangat gelisah sampai ia tidak bisa tidur malam ini.
Chaeyoung baru sadar jika jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Mata chae sudah tidak kuat menahan kantuk dan akhirnya dia terlelap dalam tidur.
Pagi ini jimin terbangun dan segera membersihkan diri. Dia bersiap akan pergi ke kantor.Jimin pergi menuju dapur untuk sarapan tapi dia tidak menemukan chaeyoung di sana.
"Kemana gadis itu?" Jimin berjalan menuju kamar chae.
Dan benar saja chae masih tertidur pulas. "Dia masih tidur, kupikir dia bisa bangun pagi." Jimin mendekati chae untuk membangunkannya.
"Chae,bangunlah ini sudah pagi." Jimin mengguncang tubuh chae agar ia terbangun.
"Hmmm sebentar lagi." Chae kembali menutup rapat matanya.
Terbesit ide jahil di otak jimin. Jimin mendekatkan bibirnya ke telinga chae dan membisikkan. "Kalau kau tidak bangun aku akan menciummu sampai kau bangun chae."
Chae membuka matanya dan terlonjak kaget karena jimin berada tepat di depan wajahnya. "Maaf tuan." Chae menunduk tidak berani menatap wajah jimin.
Jimin tertawa puas setelah menjahili chae. "Kau sangat menggemaskan chae." Ucap jimin sambil mencubit pipi chae.
"Ayo bangun, masakkan aku sesuatu." Jimin beranjak dari ranjang chae dan berjalan menuju pintu keluar.
Chae masih diam di ranjangnya, dia bingung harus bersikap seperti apa. Chae terus berpikir apakah jimin ini berkepribadian ganda. Di satu sisi ia menjadi orang yang baik dan lembut, tetapi disisi lain malah sebaliknya, terkadang berbuat kasar bahkan membentak. Jadi mana yang harus chae percaya.
Tapi bagaimanapun chae tidak bisa memilih,dia sudah terjebak di rumah jimin karena jongin sialan itu.
"Arghhh jongin sialan, awas saja kalau bertemu akan kubunuh dia." Chae terus saja mengumpat.
"Mungkin aku harus bersikap baik di sini, untuk sementara aku harus menuruti kemauan jimin, jika ada kesempatan aku akan kabur dari sini."
Chae sibuk memasak sarapan untuk jimin. Sedangkan jimin hanya memperhatikan chae dari meja makan. "Dia benar-benar cantik." Jimin sibuk memikirkan chae. Entah kenapa chae terus ada dipikiran jimin.
To be continued....