"Semua akan baik-baik saja sayang." Ucap jimin sambil mengelus lembut rambut chae.
Chae menitikkan air matanya. "Sakit sekali oppa."
"Bertahanlah sayang, demi bayi kita." Jimin mencoba menenangkan chae.
Chaeyoung kembali meringis kesakitan,kali ini ia berteriak karena rasa sakitnya semakin menjadi. Ia bahkan mencengkeram kuat lengan jimin,mungkin menancapkan kukunya juga. Jimin merasa itu bukan apa-apa dibandingkan dengan rasa sakit yang chaeyoung alami.
Dokter mengarahkan chae untuk mengambil napas dengan teratur. Sepertinya chae akan segera melahirkan, Bayinya seolah sudah memaksa ingin keluar.
Setelah beberapa jam chaeyoung harus menahan rasa sakit,akhirnya terbalaskan juga dengan kelahiran bayinya. Chae kembali menitikkan air mata terharu. Bayi kecilnya yang dulu selalu ia bayangkan kini ada di hadapannya, menangis begitu kencang.
"Bayinya perempuan." Ucap seorang perawat yang menggendong bayi chae.
Perawat itu membawa bayinya untuk dimandikan dan chaeyoung juga dipindahkan keruang rawat. Selang beberapa menit,perawat kembali membawa bayi chae yang sudah dibedong dengan kain. Perawat menyerahkan bayinya pada chae untuk diberi ASI.
Chae menyambut bayinya kedalam dekapannya. Dikecupinya seluruh wajah bayi itu karena merasa gemas. "Anak mommy sangat cantik." Chae mencium hidungnya, sesekali bayi itu melenguh dari tidurnya karena merasa terganggu. Chae tetap saja menciumi pipi berisi bayi perempuannya.
Alhasil,ia menangis kencang. Chae terkekeh,usahanya membangunkan bayinya berhasil. Mulutnya bergerak seperti ingin menyusu.
Tanpa menunggu,chae menyusui bayinya agar tenang. Chae mengelus pelan pipi bayi perempuannya.
Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian chae dari bayinya. Jimin masuk membawa beberapa makanan. "Sayang."
"Oppa sudah melihatnya?" Tanya chae.
Jimin mendekat lalu mengecup kening chae. "Tentu saja aku sudah melihat bayi cantik kita."
Chae tersenyum. "Apa sudah ada nama untuknya, oppa?" Tanya chae.
Jimin mengangguk. "Nanti akan aku pikirkan lagi setelah kita bisa membawanya pulang."
🌹🌹
Setelah dua hari pasca kelahiran si kecil, chae dan bayinya sudah diperbolehkan pulang.
Jimin menuntun chae yang menggendong bayinya untuk masuk ke apartemen.
"Istirahatlah, kau pasti lelah."
Chae berjalan menuju kamar bersama bayinya. Beberapa menit, keduanya sama-sama tertidur.
Terdengar suara bel berulang kali, jimin segera membukakan pintu.
Lisa dengan senyum sumringahnya langsung menerobos masuk. "Oppa, dimana keponakan cantikku?" Teriaknya karena senang.
Jimin langsung menyusul lisa untuk menahannya lalu membungkam mulut lebar lisa dengan tangannya. "Berisik! Mereka sedang istirahat lisa."
Lisa merengut. "Yah, padahal aku sudah sangat ingin melihat chaemin."
Jimin menyerngit. "Siapa chaemin?"
Mulut lisa terbuka lebar lalu ditutupnya dengan kedua tangan secara dramatis. "Siapa lagi kalau bukan keponakanku."
Jimin tertawa. "Lisaya bukankah 'chaemin' terdengar seperti nama anak laki-laki?"
Lisa memelototi jimin dengan tatapan horor. "Chaemin itu singkatan nama kalian berdua oppa, aku bahkan harus berpikir keras untuk mendapatkan nama itu dan oppa malah mengejeknya."
Terjadi adu mulut antara kakak beradik. Chae muncul menengahi keduanya. "Apa yang membuat kalian berisik seperti ini?"
Jimin baru saja hendak berucap tapi langsung dipotong lisa. "Unnie, oppa mengejek nama chaemin."
Chae menoleh pada jimin dengan tatapan penuh tanya. "Oppa mengejek nama anak sendiri?"
Mulut jimin menganga kaget. Mengapa istrinya tidak protes dengan nama itu, bukankah nama itu terdengar seperti anak laki-laki. Tadinya jimin sudah mempersiapkan nama yang akan terdengar anggun untuk anak perempuannya, seperti Soojin, Chaesoo, Chaeyeon, Anne, dan Jinny. Namun situasi saat ini tidak berpihak pada jimin sepenuhnya, ia tentu akan menuruti apapun keputusan chaeyoung.
"Kau menyukai nama itu, sayang?"
"Tentu saja, lisa sudah bersusah payah memikirkan nama itu."
Jimin menghela napas pelan. "Baiklah, kalau kau juga menyukainya."
Lisa tersenyum lebar,mungkin terlalu lebar. "KYAAA, senangnya. Eoh unnie dimana chaemin-nie?"
"Chaemin-nie?" Sahut jimin yang terdengar kaget.
Lisa menyerngitkan dahinya. "Oppa, aku akan memanggil chaemin dengan 'MINNIE'."
Jimin tidak bisa berkata-kata lagi, ia tidak mengerti dengan jalan pikiran dua wanita dihadapannya ini. Tidak ada jalan lain lagi menurut jimin selain setuju dengan keinginan mereka, padahal bayi kecil itu juga anak jimin, tetapi lisa seolah menjadi orang tuanya.