"Oppa bangun!!" Panggil chae
"Sayang,tidurlah ini masih pagi" sahut jimin dengan mata tertutup
"Oppa,aku ingin minum susu pisang" rengeknya
"Besok saja ya,sekarang ayo tidur lagi"
Chae tiba-tiba menangis. Jimin segera bangun mendengar istrinya menangis. "Hey kenapa menangis?"
"Oppa tidak sayang denganku!" Rengeknya karena jimin menolak membeli susu pisang yang ia mau.
Jimin menghela napas pelan. "Baiklah,akan kubelikan tapi berhenti menangis dulu"
Chae tersenyum puas lalu memeluk jimin. "Terimakasih oppa"
Jimin mengecup kening istrinya lalu pergi ke mini market untuk membelikan susu pisang sesuai permintaan chae.
🌹🌹
8 month later...
"Chae jangan berlari!" Teriak jimin dari bawah.
Chae tetap berlari dari dalam kamarnya untuk menghampiri jimin.
Sudah seminggu jimin pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan.
Chae memeluk erat jimin. "Bagaimana jika kau terjatuh,sudah kuperingatkan untuk lebih berhati-hati!" Tegur jimin
Chae menekuk bibirnya. "Aku sangat merindukan oppa,tapi oppa malah memarahiku."
Jimin terkekeh. Baru tiga hari ia keluar kota karena pekerjaan,chae sudah merindukannya. Hormon kehamilan memang menguntungkan bagi jimin.
"Bukan begitu sayang,aku hanya takut terjadi sesuatu padamu dan juga bayi kita."
Chae mengangguk tanda mengerti dengan kecemasan jimin. "Oppa,lihatlah aku semakin gemuk." Rengek chae
Jimin melepaskan pelukannya. Ia tersenyum lalu mengecup bibir chae. "Itu wajar sayang. Lihatlah pipi mu semakin berisi." Jimin mencubit pipi chae yang semakin berisi karena kehamilannya yang sudah menginjak 8 bulan.
"Oppa,aku tidak sabar ingin melihatnya" ucap chae sambil mengelus perut buncitnya.
Jimin ikut mengusap lembut perut chae. "Daddy juga sudah tidak sabar menunggumu." Jimin berbicara dengan perut chae.
Chae tersenyum melihat jimin berbicara dengan bayi didalam perutnya.
"Apa oppa tidak penasaran dengan jenis kelamin bayi kita?" Tanya chae.
Jimin terkekeh lalu mengusap rambut panjang chae. "Tentu saja aku penasaran,tapi aku tetap akan menunggunya sampai ia lahir." Ucap Jimin sambil mengusap perut buncit chae.
Chae menekuk bibirnya. "Tapi harus menunggu satu bulan lagi oppa."
"Tidak akan lama lagi sayang, bersabarlah."
Akhirnya chae hanya menuruti perkataan jimin dan mengurungkan niatnya untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi mereka.
Menurut jimin,apapun jenis kelaminnya yang terpenting adalah bayinya dan juga chae sehat.
🌹🌹
"Oppa,berhentilah menelponku terus!" Omel lisa ditelpon.
"Tidak! Sampai kau benar-benar ada disini." Sahut jimin telak.
Lisa mendengus kesal disebrang sana, jimin sangat cerewet hanya untuk menyuruh lisa datang ke apartemen mereka demi menemani chaeyoung. Jimin khawatir jika harus meninggalkan chae sendirian.
"Oppa aku tidak masalah sendirian disini" ucap chae yang sudah kesekian kalinya.
Jimin tidak menghiraukan ucapan chae. Ia tetap menunggu lisa datang untuk menemani chae.
Jimin mendapat tugas mendadak yang tidak bisa ia abaikan. Ia harus pergi ke busan. Diusia kandungan chae yang sudah menginjak 8 bulan itu,membuat jimin terus cemas jika harus meninggalkan chae sendirian,jadi ia menyuruh lisa datang, setidaknya jika terjadi sesuatu, maka lisa ada disamping chae untuk membantunya.
Tidak lama lisa akhirnya datang, Jimin menyuruh lisa masuk. Belum lama lisa duduk disofa sudah begitu banyak perintah keluar dari mulut jimin.
Jangan lengah--jangan meninggalkan chae sendirian--selalu mengaktifkan ponselnya agar jimin bisa menghubungi--bla bla bla...
Lisa memutar bola matanya. "Ckk.. Oppa berlebihan sekali." Cibir lisa yang sudah tidak tahan melihat kakaknya yang cerewet.
Setelah selesai,jimin memeluk chae lalu mengecup bibirnya. "Jaga dirimu."
Chae tersenyum lalu mengangguk.
To be continued...
Lama ga update hehe
Semoga masih ada yang nunggu😃