30. I Love You

3.1K 243 17
                                    

Empat tahun kemudian....

Minnie terus tertawa dipangkuan jimin. Gadis kecil itu berhasil mewarnai rumah baru mereka dengan suara tawanya yang begitu merdu ditelinga.

Sudah satu bulan sejak kepindahan mereka ke sebuah rumah yang cukup besar untuk keluarga kecil itu.

Awalnya chae menolak untuk pindah dengan alasan tidak mau tinggal di rumah yang terlalu besar untuk mereka bertiga saja. Kemudian jimin terus memaksa chae agar mau pindah. Akhirnya chae menyerah dan setuju.

Minnie juga setiap harinya mampu membuat chae kehabisan waktu luangnya hanya untuk sekedar istirahat.

Jimin terkadang merasa cemburu dengan minnie, karena waktu bermesraannya dengan chae dicuri oleh gadis kecilnya.

"Mommy." Teriak gadis kecil itu kala melihat kedatangan ibunya.

"Sweetie." Ucap chae sambil berjalan menghampiri gadis kecilnya yang sudah melebarkan kedua tangannya minta digendong.

Chae mengambil alih tubuh minnie kedekapannya. Jimin memperhatikan wajah cantik istrinya yang terlihat lelah. Terdapat warna hitam dikantong matanya.
"Biar aku yang menjaga minnie, kau bisa istirahat, sayang."

Chae tersenyum, "Baiklah, kalau oppa mau."

Baru saja akan menyerahkan minnie pada jimin, gadis itu merengek sambil menggenggam lengan baju chae. "Siroe."

Gadis kecil itu terus merengek, agar ibunya menuruti kemauannya. Minnie sejak kecil memang suka menempel pada ibunya, jika ada yang ingin mengendongnya saat ia sedang bersama chae, maka minnie akan menangis dengan keras.

"Minnie, biarkan mommy istirahat. Ayo kemari bersama daddy!"

Minnie terus menggeleng dengan wajah kesalnya yang terlihat imut.

"Minnie mau sama mommy bukan daddy." Ucap minnie dengan logat khas anak-anaknya.

Jimin menghela napas pelan. Bicara dengan anaknya ini butuh kesabaran ekstra. Menurut jimin, minnie terkesan tidak nyaman jika bersama dengannya. Entahlah, mungkin karena minnie adalah anak perempuan jadi lebih dekat dengan ibunya.

~~

Setelah sekian lama membujuk minnie, akhirnya gadis kecil itu mau bermain dengan ayahnya. Chae masuk ke kamar lalu istirahat seperti saran jimin tadi.

"Minnie, mau bermain apa?" Tanya jimin lembut.

Gadis kecil itu masih merengut, "Minnie tidak mau main!"

Jimin menghela napas pelan. "Lalu minnie mau apa? Mommy?

Minnie mengangguk cepat, mendengar kata 'mommy'.

"Tapi mommy harus istirahat, sayang." Ucap jimin sambil mengelus lembut rambut pendek minnie.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar?"

Mata minnie berbinar mendengar ajakan ayahnya. "Minnie mau beli coklat, daddy."

Jimin tersenyum, lalu menggenggam tangan kecil minnie untuk diajak berjalan bersama. "Minnie hanya boleh membeli satu coklat saja ya."

Minnie merengek ingin membeli lima coklat dengan bentuk yang berbeda-beda. "Tapi minnie mau bentuk bunga dan hewan dad."

"Andwae! Mommy akan marah jika minnie terlalu banyak makan coklat."

Mata gadis kecil itu berair, menandakan bahwa ia akan segera menangis. Jimin yang menyadari hal itu langsung membujuk minnie agar menurut. "Sweetie, kita beli susu coklat saja ya."

Minnie mengusap air matanya yang jatuh lalu memgangguk setuju. "Tapi yang banyak!"

Jimin tersenyum lalu mengangguk.

🌹🌹

Chae terbangun dari tidurnya. Ia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, chae berjalan menuju dapur untuk memasak makan malam. Ia tertidur dengan pulas sampai hari pun sudah gelap.

Menyadari kesunyian di rumah itu, chae berjalan menuju ruang tamu. Tidak ada siapapun di sana.

"Oppa!" Panggil chae.

Merasa tidak ada sahutan, chae terus mencari keberadaan suami dan anaknya. Sesampai di depan pintu kamar minnie. Chae membuka pintunya. Minnie tertidur dipelukan jimin,bahkan jiminpun juga ikut terlelap. Chae tersenyum melihat kedekatan ayah dan anak yang jarang terjadi itu.

Chae memilih tidak membangunkan keduanya. Ia kembali ke dapur untuk memasak makan malam lalu setelah selesai, chae berniat membangunkan keduanya untuk sekedar mengisi perut sebelum tidur.

Chae memotong beberapa sayuran dengan telaten lalu memasukkannya ke dalam panci yang sudah di panaskan.

Chae tercekat, ketika seseorang memeluk erat tubuhnya. "Eoh oppa sudah bangun."

Jimin berdeham,ia mencium lama leher istrinya. Mencium aroma harum dari tubuh chae.

"Aku sedang memasak oppa!"

"Memasaklah, aku tidak akan mengganggumu."

Chae mendelik, tidak mengganggu seperti apa yang jimin maksud. Sekarang saja ia menggesekkan hidungnya ke leher chae lalu kembali mengecup bahkan menggigit.

Chae berbalik hendak menghentikan aksi suaminya yang mengganggu aktivitas memasaknya.

Kesalahan besar. Chae seharusnya tidak berbalik, jimin mengira istrinya itu sudah mengerti apa yang ia inginkan. Jimin mencium rakus bibir manis chae.

Chae tidak diberi kesempatan untuk menolak,tangannya terus mencoba mendorong pelan jimin agar berhenti,tapi jimin seolah tidak merasakan penolakan dari chae.

Akhirnya chae memilih tidak melanjutkan memasaknya. Suaminya ini sedang lapar, tapi bukan menginginkan makanan lezat. Bagi jimin chae lah makanan terlezat di dunia ini.

Baiklah chae menurut untuk kali ini,lagipula jimin pasti sudah menunggu cukup lama untuk ini.

Kegiatan yang seharusnya sudah sering mereka lakukan, kini malah terasa seperti baru. Jimin masih mengagumi semua yang ada pada chaeyoung.

"I love you, Park Chaeyoung."

Chae mengecup singkat bibir jimin lalu memeluknya. "I love you too, Park Jimin."

Malam yang indah bagi jimin, karena akhirnya ia bisa kembali mendapatkan apa yang ia sukai, melihat bahkan menyentuhnya.


My Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang