The Stranger (Sequel) 3

2.3K 204 88
                                    

Pip, pintu berkunci hologram membunyikan notif singkat ketika gemboknya berhasil dibuka dari luar membuat kenop dapat diputar. Jaehyung melangkahkan kaki masuk dengan malas, melepas sepatu, dan berjalan di lantai telanjang kaki. Dia memandang sekeliling dalam diam, melanjutkan langkahnya ke ruang terdekat; ruang tamu dan ruang duduk. Dua petak luas dengan satu set sofa, rak pajangan, AC, TV LED, seperangkat pemutar film, dan rak buku sebagai pelengkap interior.

Jaehyung meninggalkan koper serta tas di ruang duduk guna mengecek kamar tidur yang tak jauh beda. Luas dengan almari besar dan toilet ada di sudut ruangan. Pemuda tinggi menghela napas panjang, berjalan masuk kamar lalu menarik selimut bedcover yang tebal dan mengambil satu bantal. Ia membawa keduanya ke dapur, membentangkan selimut di lantai sempit di tengah rak-rak kitchen counter dan meletakkan bantal.

Pria tinggi membaringkan badan jangkung begitu saja, menggeliat sebentar, lantas menutup mata. Sejenak kemudian ia sudah tertidur. 18 jam terbang dari Amerika ke Korea memang sangat melelahkan.
.
.
Tok, tok, tok. Ketukan terdengar di pintu rumah Wonpil.

"Noona~"

Hening. Tak ada jawaban dari dalam.

Tok, tok, tok. Kembali ketukan menggema diikuti panggilan suara bass.

"Noona~" Itu Dowoon, masih memakai seragam dan berkali-kali mengetuk pintu yang sedari tadi tidak jua dibuka oleh pemiliknya.

"Noona, buka pintunya~ aku Dowoonie~" Ujar pemuda berambut hitam seolah Wonpil tidak mungkin mengenali suaranya. Lelaki muda tersebut cemberut.

"Apa Noona tahu aku ke sini mau minta makan, makanya tidak dibukakan pintu?" Dowoon negative thinking.

"Noonaaa~" Dia mengetuk lebih keras, terus memanggil dan mendadak tersentak bagai baru sadar. Dowoon memandang jam di pergelangan tangan.

"Apa mungkin Noona pergi kerja?" Ia baru ingat.
.
.
Drrt, drrt. Ponsel di meja bergetar membuat Younghyun mengulurkan tangan untuk meraihnya. Nama Jamie nampak berkedip-kedip di layar.

"Yes, Jam?" Sapa Younghyun singkat.

"Are you with Jae rite now?" Tanya Jamie.

"No. Wassup?" Balas Younghyun heran.

"I need to consult but I can't call him. You're in the same building as him, right? Can you help me?"

"He died maybe," ucap Younghyun asal-asalan namun tetap bangkit dari rebahannya di sofa dan beranjak keluar pintu kamar apartemen yang akan ia huni selama satu bulan ke depan karena urusan pekerjaan. Pria itu berjalan sepuluh langkah menuju kamar yang berseberangan dengan miliknya lalu mulai memencet bel.

"JAE!" Younghyun memanggil dengan segenap suara dari dasar diafragma. "ANSWER ME IF YOU ALIVE!"

Tentu saja. Senyap.

"He died," ucap Younghyun pada Jamie yang menjawab dengan helaan napas di telpon.

"Kalau kau mendengar ada tanda kehidupan dari dia, bilang padanya aku mencarinya," pesan Jamie sebelum mengakhiri pembicaraan.

"Yuk~" Younghyun menutup telpon, kembali memencet tombol bel rumah Jaehyung dilanjut dengan menggedor pintunya.

"JAE, YOU OKAY?" Suara lantang pria itu menggema. "Tsk. Apa dia hibernasi karena jetlag lagi?"
.
.
"Noona~ Noonaaa~" Dowoon memanggil-manggil begitu melangkahkan kaki masuk minimarket. Dia langsung mendekati Sana yang berdiri menjaga kasir.

"Annyeong, Dowoonie kyeowo~" sapa gadis berpipi chubby, selalu merasa gemas setiap kali melihat pemuda kuliahan itu bersikap layaknya anak kecil kalau dengan Wonpil, kakaknya.

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang