Intermezzo

2.3K 186 46
                                    

Sore yang tenang. Wonpil sedang duduk di lantai beralas karpet sambil melipat pakaian yang baru diangkat dari jemuran, kedua mata mengarah pada layar televisi menonton drama seraya sesekali mengalihkan pandangan pada dua bayi kecil berkepala bulat yang juga tengah bermain dengan baju-baju ibunya.

"Kalian mau membantu Mama melipat?" Tegur Wonpil membuat kedua bayinya menoleh bersamaan dan menyunggingkan senyum lebar menenggelamkan sepasang mata yang sipit.

"Begini caranya melipat baju. Perhatikan Mama ya~" Wonpil memperlihatkan bagaimana baju yang ia pegang dilipat satu per satu sisinya.

"Sudah jadi~" gadis itu menunjukkan pakaian yang terlipat rapi sambil tersenyum, kembali membuat kedua anaknya terkekeh. Salah satu dari mereka mengulurkan tangan seolah meminta baju yang dipegang ibunya.

"Ayo dicoba. Coba melipat seperti Mama tadi." Wonpil menyerahkan pakaian pada buah hatinya yang memegang kuat menggunakan kesepuluh jari gemuk. Dengan penasaran bayi itu mengamati baju di tangan, seolah merasa takjub benda yang tadinya terlihat besar bisa tiba-tiba jadi lipatan lebih kecil. Ia mengibaskan pakaian hingga lipatannya terlepas dan kembali nampak besar. Jelas terlihat kedua alis anak tersebut mengerut.

"Uh?" Dia menyodorkan baju kembali pada Wonpil yang sedang memandang TV sementara saudaranya sudah asyik menekuk-nekuk pakaian seolah melipatnya.

"Uh," bayi berkepala bulat masih menyodorkan baju pada sang ibu yang terlampau fokus menonton drama. "Aaa!" Ia mendadak berteriak mengejutkan Wonpil.

"Oh, lipatannya lepas ya? Sini sini, Mama lipatkan lagi." Gadis mungil meraih baju dari tangan anaknya dan kembali melipat, sedangkan bayinya yang lain ikut menyerahkan pakaian yang telah ditekuk-tekuk asal hingga terlihat mirip seperti habis dikepal-kepal sebab sangat berantakan.

"Ah, kau sudah melipatnya untuk Mama? Kamsahabnida~" sambil tersenyum Wonpil menerima pakaian yang jadi lebih kusut dari sebelumnya. Dengan gemas ia mengusap sepasang pipi gembul membuat bayi tersebut terkekeh senang.

"Dan ini baju untukmu. Terima kasih karena sudah mempercayai Mama untuk melipatnya lagi. Kamsahabnida~" Wonpil menyerahkan baju pada bayi satunya, tak lupa juga mengusap kedua pipi sehingga ia tersenyum senang dan tidak merasa dibedakan.

Pip, mendadak terdengar suara pintu beranda apartemen dibuka dari luar.

"Wonpil-ah!" Suara Jaehyung segera menggema.

"Ne~" jawab istrinya. "Papa sudah pulang. Papa pulang~" Wonpil bicara pada kedua bayi yang nyaris bersamaan langsung merangkak meninggalkan sang ibu untuk menuju pintu ruang tengah. Mereka berhenti di dekat lorong seolah sedang menunggu ayahnya lewat.

"Hello," Jaehyung melambaikan tangan kecil pada dua pasang mata yang mendongakkan kepala maksimal untuk menatap wajahnya.

"Ehe~" salah satu dari dua bayi beranjak merangkak mengikuti langkah Jaehyung di lorong rumah kemudian saudaranya menyusul. Wonpil yang mengawasi cuma tersenyum dan melanjutkan melipat baju.

"No no no, don't follow me. I am gonna change my clothes first," ujar Jaehyung sembari menjauhkan kedua anaknya sebelum menutup pintu kamar supaya mereka tidak terjepit.

"Aaa!" Dua bayi memanggil sang ayah.

"Wait a minute!" Jaehyung menyahut, melepas kemeja dan celana panjang untuk ditukar dengan kaos serta celana pendek.

"Kenapa kalian jadi mengikuti Papa? Main sama Mama saja," ujar pemuda tinggi heran begitu keluar kamar dan menemukan kedua buah hatinya masih setia duduk di lantai menunggu.

"Ehehe~" dua bayi menolak untuk digendong dan lebih memilih merangkak di belakang Jaehyung. Wonpil tergelak melihatnya.

"Mereka seperti anak ayam mengikuti induknya," komentar gadis itu.

"Kau induknya!" Tuding Jaehyung. "Sudah memasak?"

Wonpil kaget ditanya begitu. "Belum eh. Kau lapar? Tunggu sebentar, biar aku buat sesuatu dulu."

"Aniya," Jaehyung menahan gerakan istrinya yang hendak beranjak. "Kalau kau belum masak, itu bagus. Ayo pesan makanan, aku ingin pizza."

Wonpil tersenyum. "Ne."

"Aaa~" salah satu bayi memegang kaki panjang Jaehyung dan mencoba berdiri. "Uuwaa~" ia mengulurkan tangan ke atas, meraih ujung celana ayahnya lantas menarik ke bawah hingga terlihat sempak pria itu.

"Yah!" Jaehyung berseru kaget sedangkan Wonpil langsung menutupkan tangan ke mata.

"Omo!"

"Ehehe~" si bayi terkekeh. Tingkahnya diikuti oleh bayi satunya. Mereka bergantian menarik celana sang ayah seolah itu adalah mainan.

"Kalian ini usil sekali--" Jaehyung gregetan. Ia menaikkan celananya, menggendong dua bayi sekaligus di kedua lengan lalu membawa mereka ke dalam kamar tidur dan menutup pintu pagar untuk menghalanginya keluar.

"Aaa!" Dua bayi protes, berdiri mengulurkan tangan pada ayahnya yang sudah sibuk memegang ponsel.

"Sebentar, Papa pesan pizza dulu. Kalian di situ dulu. Ini penting. Perlu konsentrasi penuh," ujar Jaehyung mengerutkan kening, sedang serius memilih toping pizza yang ia mau.

 Perlu konsentrasi penuh," ujar Jaehyung mengerutkan kening, sedang serius memilih toping pizza yang ia mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, kita dicuekin Papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak, kita dicuekin Papa. Nanti ompolin ya waktu digendong."

"Oke."

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang