The Stranger (Sequel) 14

2.9K 217 57
                                    

Wonpil menggantung celemeknya usai mencuci bersih seluruh perkakas makan dan tak lupa mematikan lampu sebelum keluar dapur. Dia memastikan pintu depan telah dikunci dan baru berjalan menuju kamar sembari memadamkan tiap lampu ruangan yang ia lewati. Gadis itu membuka kamarnya, tersenyum melihat Jaehyung telah berbaring di tempat tidur memegang ponsel.

Sejak pesta tempo hari, pemuda tersebut jadi selalu menginap di rumah Wonpil. Alasannya karena rumahnya sendiri terlalu besar dan sepi. Dia bilang dia tidak suka tempat yang luas. Aneh memang.

Wonpil melepas baju yang dikenakan, menggantinya dengan piyama, baru kemudian beranjak mendekati ranjang dan berbaring di samping Jaehyung yang bergeming main game.

"Jae," desis Wonpil.

"Hm?" Balas pria berambut coklat singkat, begitu fokus pada layar ponselnya hingga kedua alis mengerut serius.

"Besok pagi aku berangkat kerja ya?" tanya Wonpil.

"Buat apa?" Jaehyung masih belum mengalihkan perhatian.

"Aku sudah dua hari tidak masuk kerja, kalau kelamaan absen nanti dapat SP," ujar gadis bermata bulat.

"Besok pagi kau ke tempat Bambam untuk mengukur baju."

"Sore saja sepulang kerja." Wonpil menawar.

"Sore aku ada meeting." Jaehyung ingin mengakhiri diskusi namun ternyata tunangannya masih belum menyerah.

"Ke tempat Bambam jam berapa? Aku berangkat dulu paginya, terus nanti ijin setengah hari."

Jaehyung menoleh, pandangan matanya datar. "Kalau nanti aku datang waktu pekerjaanmu belum selesai, aku tidak mau menunggu."

"Aku tidak mau menunggu" = "Aku akan marah kalau harus menunggumu menyelesaikan pekerjaan."

Garis bawah di kata MARAH.

Wonpil terdiam. Sementara Jaehyung mengembalikan perhatian pada ponselnya. Diskusi tersebut berakhir begitu saja.
.
.
Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan seperti biasa Wonpil sudah membuka mata, menggeliat, merenggangkan badannya sambil menguap lebar. Dengan pandangan blank dia bangkit duduk dan menoleh pada gorden jendela yang masih nampak gelap, belum memperlihatkan cahaya matahari sama sekali. Ditambah dengan adanya suara tetes air mengenai genteng.

"Lho, hujan?" desis Wonpil, tanpa sadar terdengar oleh orang yang berbaring di sampingnya membuat Jaehyung ikut terbangun. Pria tersebut menggeliatkan badan jangkung dan mengulurkan tangan untuk meraih ponsel yang sudah selesai charging.

"Jae, hujan." Wonpil melapor.

"Hm," seperti biasa Jaehyung hanya membalas seadanya.

"Jadi malas memasak." Gadis mungil mem-pout lucu.

"Tidak usah memasak."

Wonpil membelalakkan mata terkejut. "Jinjja?" dia seolah tidak percaya dengan pendengarannya. Jaehyung tidak keberatan dirinya tidak memasak sarapan!?

"Delivery saja," gumam pemuda tinggi, meletakkan ponsel kembali ke nakas dan menggeliat lagi sambil menguap. Dia menaikkan selimut menutupi badan, berbalik menghadap Wonpil yang masih duduk di kasur.

"Sini." Jaehyung menepuk spasi bantal di samping kepalanya, disambut penuh senyuman oleh Wonpil yang langsung menyusupkan tubuh mungil ke pelukan pria tersebut.

Pagi hari, hujan, dan pelukan hangat orang yang dicintai. Tak ada yang lebih sempurna dari itu.
.
.
Tok, tok, tok!

"Delivery!"

Jaehyung langsung melompat dari sofa ketika mendengar teriakan barusan. Masih memakai celana pendek, kaos putih polos, dan rambut berantakan, lelaki tersebut membuka pintu rumah Wonpil, menerima satu plastik berisi makanan lalu balik menyerahkan kartu kredit. Kurir memproses pembayaran dan mengembalikan kartu pada Jaehyung lantas beranjak pergi. Jaehyung membawa makanan ke dapur, menyodorkannya pada Wonpil yang sudah menata piring di meja.

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang