The Stranger (Sequel) 18

2.7K 207 52
                                    

"Sepertinya dia menelponku," desis Younghyun sambil memperlihatkan layar ponsel pada Jaehyung. Ada sebaris nomor tak dikenal terdaftar pada panggilan tak terjawab ketika tadi ponsel tersebut masih mati.

"Dia menelpon tepat ketika kita baru pulang dari kantor. Berarti setidaknya ia sudah di sana hampir dua jam." Pemuda chubby men-dial nomor tak dikenal barusan dan suara denting piano mendadak mengalun dari dalam tas Wonpil di sebelah tempat Jaehyung duduk. Pemuda tinggi membuka resleuting tas lalu mengambil ponsel yang bergetar memperlihatkan nomor Younghyun.

"Benar ini dia." Pria chubby mengakhiri panggilan, menyimpan nomor Wonpil ke dalam kontak lalu menyodorkan ponsel pada Jaehyung. "Kau mau menyimpannya juga?"

Sang produser menerima smartphone dari tangan temannya kemudian mengeluarkan miliknya sendiri tanpa banyak bicara.

"Wonpil selalu bersama kita sampai-sampai aku tidak sadar tidak punya nomor telponnya sama sekali. Goblok sih. Kita sudah terlalu banyak merepotkannya." Younghyun menghela napas sementara Jaehyung tidak terdengar membalas, jari tangan mengusap layar dan mengetuk notif pesan yang masuk dari Bambam.

From: Bambam

"Wonpil menelponku tanya dimana rumahmu. Ada apa? Kalian bertengkar?"

Perlahan Jaehyung ikut menghela napas lalu meremas rambutnya sendiri. Younghyun yang melihat itu cuma menepuk-nepuk bahu sahabatnya.

"It's okay, it's good experience. At least now we know we don't live alone. Especially you. Kehidupanmu yang sekarang sudah berbeda dari yang dulu. Sekarang kau punya orang yang menunggumu di rumah, mencemaskanmu, dan mencarimu kalau tidak ada kabar. Kau sudah tak bisa seenaknya sendiri. It's good tho. Sudah waktunya kau berhenti egois dan mulai berbagi hidup dengan orang lain, dengan Wonpil," ujar Younghyun menghibur.

"I feel like a trash..." Desis Jaehyung.

Younghyun tersenyum pahit. "Sejujurnya, saat pertama bertemu Wonpil dan melihat dia gadis seperti apa, aku kasihan padanya. She deserves better. Dia terlalu baik untuk bajingan modelan dirimu. Terlebih semakin ke sini aku lihat, hanya dia yang perhatian. Kau? Minus negatif. Aku kasihan padanya, menyia-nyiakan perasaan untuk orang yang tak peduli. Tapi sekarang, agaknya usaha Wonpil itu tak terlalu percuma juga." Pemuda chubby memandang rekan di sampingnya.

"Sepanjang aku mengenalmu, baru kali ini aku melihatmu begitu panik dan mencemaskan orang selain Papa Tuan atau Mark. Wonpil sudah membawa pengaruh baik padamu dan aku tidak menyesalinya." Younghyun tersenyum, kembali menepuk pundak lebar Jaehyung. "Let's be better person, Bro."

"Wali dari Nona Kim Wonpil!" Panggilan seorang perawat menyela pembicaraan kedua lelaki tersebut. Bersamaan, Jaehyung dan Younghyun bangkit berdiri dari kursi di depan bilik pemeriksaan unit gawat darurat.

"Saya!" Jaehyung setengah berlari mendekat, Younghyun menyusul di belakang. "Bagaimana keadaannya?"

"Mari masuk, Dokter akan menjelaskan," ujar perawat seraya membuka tirai bilik pertolongan pertama.

Dada Jaehyung terasa mencelos melihat sosok Wonpil yang terbaring pucat di brankar. Pipa infus menggantung dari lengannya dan kedua hidung juga nampak dipasangi selang oksigen. Belum ada sebulan mereka bertemu lagi, namun sudah dua kali Jaehyung melihat keadaan tunangannya seperti ini dan semua itu disebabkan oleh dirinya.

"Kami sudah memberinya obat penurun demam dengan dosis standar jadi mungkin akan berefek agak lambat, kami tidak berani memberi obat macam-macam sebab dia sedang hamil," ujar dokter.

"Bagaimana dengan kandungannya? Mereka baik-baik saja 'kan?" Tanya Jaehyung.

"Pemeriksaan lebih lanjut baru bisa dilakukan setelah pasien sadar."

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang