Chapter 25: [Pertarungan Melawan Giant Golem]

87 10 10
                                    

Sepasang mata merah menyala itu menatap tajam Herobrine dan Crimson, seolah haus darah. Matahari semakin condong ke arah barat. Kabut yang menyelimuti hutan semakin tebal. Beruntung, Crimson memiliki skill 'Alastor no Hikari.'

"Ada apa, batu besar? Kau takut, ya?" Seperti biasa, si gegabah Crimson segera melesat menuju golem raksasa tersebut. Beruntung, Herobrine berhasil menahannya.

"Jangan gegabah, Crimson!!! Kita tidak tahu seberapa besar kekuatannya, dan di mana titik kelemahannya!!! Jika kau sembarangan menyerang, akibatnya bisa fatal!" peringat Herobrine.

"Baik. Maaf, Herobrine-sama," sahut Crimson dengan wajah tertunduk.

Mendadak, Giant Golem itu menghentakkan kakinya dengan keras, mengakibatkan tanah retak dan terbelah. Pohon-pohon yang berada di daerah retakan tumbang secara berurutan, jatuh ke dalam jurang yang diselimuti pekatnya kegelapan.

"Sial!!! Alastor no Tsubasa!!!"

Tepat setelah seruan itu terlontar dari mulut Crimson, sepasang sayap api yang membara muncul di punggung Herobrine dan Crimson. Kesigapan Crimson berhasil menyelamatkan mereka.

"Terima kasih, Crimson. Ternyata di balik kecerobohanmu ada kesigapan," ucap Herobrine sembari tersenyum.

Crimson turut tersenyum. "Bukan masalah besar," ujarnya.

Raungan nyaring yang memekakkan telinga kembali terdengar, menciptakan angin kencang yang nyaris mencabut pohon-pohon dari akarnya. Retakan di tanah semakin membesar. Dengan kecepatan yang menyamai angin, Giant Golem tersebut melancarkan tinjunya yang mematikan ke arah Herobrine dan Crimson.

"Gorgon!!!"

Tepat setelah seruan itu terlontar, sebuah barrier raksasa berwarna kehitaman muncul di hadapan Herobrine dan Crimson, menahan serangan mematikan tersebut. Namun, daya hancur tinju tersebut menyebabkan barrier itu retak hanya dalam selang waktu beberapa detik.

"Selama ini, kukira semua Golem itu lamban. Ternyata ada Golem yang memiliki kecepatan tinggi," ucap Crimson. "Sial, tubuh mortal ini menghambatku!!"

"Raijin no Shirudo (Raijin's Shield)!!!" Herobrine menambahkan sebuah perisai berwujud elang petir raksasa yang tengah membentangkan sayapnya lebar-lebar tanpa rasa takut sedikitpun. Elang tersebut berteriak dengan nyaring. Sepasang mata keemasannya yang tajam menatap Giant Golem dengan buas. Setelah beberapa detik berlalu, elang itu berhasil mementalkan tinju Sang Golem, membuatnya terpelanting ke belakang. Tubuh batu raksasa tersebut menimpa pohon-pohon dan menghancurkannya serta mengakibatkan guncangan yang hebat. Guncangan itu menimbulkan retakan-retakan baru dan menumbangkan pohon-pohon, bagaikan guncangan yang diakibatkan oleh sebuah gempa berkekuatan 5.0 Skala Richter.

(Readers: Kemarin matematika, sekarang geologi. Ada apa dengan si author -_-)

Retakan-retakan baru tersebut terus merambat bagaikan seekor ular, nyaris mencapai Desa Vreinka. Beruntung, retakan itu tak sampai menenggelamkan rumah-rumah penduduk ke dalam tanah. Para penduduk desa yang tadi panik kini dapat menghela nafas lega. Rasa penasaran menghampiri mereka.

"Hei, kira-kira suara apa itu, ya? Asalnya dari Hutan Terrabris," ucap salah seorang warga desa yang berprofesi sebagai petani.

"Entahlah, Raizen," sahut warga lainnya yang juga berprofesi sebagai petani.

"Ada dua kemungkinan," sahut Sang Kepala Desa yang mendadak muncul bersama seorang pria berzirah ungu terang, bagaikan kabut. Angin menerbangkan helai-helai rambut dan janggutnya yang telah memutih.

RE: HerobrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang