Chapter 21: [Perburuan Ice Wyvern]

129 13 55
                                    

Lintasan cahaya keemasan muncul, membelah tubuh seekor ice wyvern secara horizontal. Wyvern tersebut memekik, meraung kesakitan sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya. Es yang dipijak oleh sang wyvern turut terbelah, meski tak terlalu dalam, menciptakan genangan air kecil.

"Hebat juga," ucap seorang pria bermata putih bersinar sembari menatap senjata kembar yang ia genggam, Tenebris Flash Slasher-X, pedang kembar yang mampu menambah kecepatan serang sang pengguna hingga berkali-kali lipat, serta memiliki damage yang sangat besar. Pria itu tersenyum sembari menatap gagang pedang kembar tersebut yang berwarna hitam kelam serta mata pedangnya yang berkilau keemasan.

"Herobrine-sama, kenapa anda memberi nama yang rumit begitu?" Sebuah suara terdengar di dalam benak pria tersebut.

"Kalau tidak begitu, tidak keren, 'kan?" Pria yang dipanggil Herobrine itu berujar menggunakan telepati.

Suara yang berada dalam benak pria itu tak terdengar lagi. Jika suara tersebut memiliki fisik, pasti saat ini ia sudah terdiam dengan bulir keringat di keningnya sembari berucap: 'Hei, hei!! Apa maksudmu dengan 'tidak keren kalau tidak begitu'?'

Raungan kesakitan lain terdengar. Sebuah tombak besar menembus tubuh seekor ice wyvern. Sang pemilik tombak menyeringai, meski senyumnya tersembunyi oleh ketopong kesatria yang ia kenakan.

"Quest kali ini tidak terlalu sulit," ucap pemilik tombak tersebut sembari mencabut tombaknya dari tubuh sang ice wyvern. Tubuh tak bernyawa itu terjatuh ke lantai es, terbujur kaku. Darah merembes keluar dari luka tusukan.

"Jangan terlalu meremehkan musuhmu, Crimson," ucap Herobrine sembari mengayunkan pedangnya secara vertikal, memenggal kepala tiga ice wyvern yang terakhir sekaligus. Raungan nyaring kembali terdengar. Nafas kehidupan terenggut dari tubuh ketiga wyvern itu. "Bisa saja, bahaya yang lebih besar akan segera datang menghampiri kita."

"Baik, Herobrine-sama," ucap pria yang dipanggil Crimson tersebut.

"Kurasa ice wyvern-nya sudah tak tersisa lagi," ucap Herobrine sembari menatap sekeliling. Stalagmit dan stalaktit tampak memenuhi gua tersebut. Lantai es membentang, dilumuri oleh darah merah. Bangkai-bangkai ice wyvern bertebaran. Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan yang tersisa.

"Tunggu. Lebih baik pastikan dulu, Herobrine-sama." Crimson memberi saran kepada Herobrine.

"Saranmu boleh juga," ucap Herobrine. Kedua mata putihnya bersinar semakin terang. "Clairvoyance!!!"

Herobrine menerawang, memperhatikan seluruh sudut gua serta lorong-lorong gua. Kedua matanya membelalak ketika mendapati sosok raksasa setinggi tiga meter, dengan kulit biru bagaikan batu turqoise dan sepasang mata tajam berwarna keemasan. Sebuah tanduk setajam belati tertanam di atas hidungnya. Gigi-gigi tajam milik sosok itu dipamerkan dengan buas. "I-Ini!!!"

Baru beberapa detik berselang, sosok itu menghampiri Herobrine dan Crimson. Sesosok ice wyvern raksasa dengan tinggi dua kali lipat dari ice wyvern pada umumnya. Gambaran lainnya sesuai dengan apa yang dilihat oleh Herobrine menggunakan skill 'Clairvoyance' miliknya. "Baru saja dibicarakan," ucap Herobrine sembari tersenyum. "Kau langsung muncul, Ice Wyvern Leader."

Ice Wyvern Leader mengaum dengan nyaring. Langit-langit gua bergetar. Batu-batu kecil berjatuhan dari atap gua, disusul oleh batu-batu besar.

"Yamino Aegis!!!" Herobrine menyerukan mantra yang seketika memunculkan perisai kegelapan raksasa, melindungi dirinya dan Crimson dari hujan batu tersebut, sementara Crimson menyeringai, seolah haus akan pertarungan. Seluruh tubuhnya mulai terbakar. "Kau musuh yang layak untukku, wyvern!!" serunya sembari melesat maju dengan tombak teracung. Ia telah memasuki Awakening Mode.

"He-Hei!!! Tunggu, Crimson!!!" Herobrine mencoba menghentikan Crimson. "Jangan gegabah!!!"

*trang!!!*

Tombak berapi milik Crimson terhalangi oleh dinding es yang diciptakan oleh sang Ice Wyvern Leader. Seringai yang terukir di wajahnya semakin melebar. "Jadi, kau memang kuat!!!"

Wyvern raksasa itu mengaum. Tanduk raksasa yang tertanam di atas hidungnya mendadak memanjang, mengejar Crimson dengan kecepatan yang luar biasa. Dengan sigap, Crimson menghindar dari kejaran tanduk mematikan tersebut.

"Hebat, aku tak tahu kalau dia memiliki kemampuan ini!!" Crimson semakin bersemangat. Berkali-kali ia hampir terkena serangan tanduk tersebut. Ia terus bergerak, menghindar, menangkis, menahan, berusaha menghindar dari kematian.

Mendadak, Ice Wyvern Leader tersebut menyemburkan nafas beku. Crimson yang tengah menghindari serangan tanduk pun terkejut. Beruntung, ia berhasil menghindari serangan itu.

"Kecepatan itu ... dan kekuatan yang besar itu ...." Crimson tersenyum puas. Kobaran yang menyelimuti tubuhnya semakin membesar. Api semangat yang membara menyelimuti hatinya. "Seperti yang aku harapkan dari monster kelas S."

Mendadak, selintas cahaya keemasan melesat, membelah tanduk yang mengejar Crimson. Ice Wyvern Leader meraung kesakitan. Sepasang laser kembar ditembakkan dari matanya yang berwarna keemasan.

"Yamino Aegis!!!"

Dengan sigap, sosok tersebut menciptakan perisai kegelapan yang segera menepis laser kembar tersebut. Pemimpin ice wyvern itu pun semakin naik darah. Ia menyemburkan nafas beku ke arah sosok yang melaju secepat kilat itu. Namun, lagi-lagi sosok itu berhasil menepis serangannya.

"Tenebris Mega."

Mendadak, pedang yang berada di genggaman sosok tersebut membesar hingga seukuran raksasa. Naga raksasa tersebut tak sempat menghindar. Pedang itu pun menancap di antara kedua matanya. Raungan kesakitan kembali terdengar. Sosok raksasa itu ambruk. Cahaya kehidupan sirna dari matanya yang keemasan. Nafas kehidupan telah direnggut darinya. Darah merah mengalir, membasahi lantai es.

"Tenebris Flash Slasher, model pertama dari Tenebris Flash Slasher-X, ternyata kekuatannya sehebat ini. Senjata ini akan sangat berguna." Sosok itu tersenyum sembari menatap pedang emas bergagang hitam yang ia genggam. Sepasang mata putih bersinarnya menambah terang gua es yang remang-remang itu. Kini, sosoknya tampak dengan jelas. Sosok tersebut adalah Herobrine.

"Hebat, hebat!!" Crimson berucap sembari terkagum-kagum. "Hebat sekali, Herobrine-sama!"

"Kunci dari kekuatan hanyalah tiga, Crimson," ucap Herobrine sembari melompat turun dari bangkai Ice Wyvern Leader itu, "Kunci tersebut adalah kesiagaan, kepantangmenyerahan, dan latihan. Dan ingat, jangan pernah sekali-kali meremehkan musuhmu."

"Hah .... Dia malah ceramah ...." Suara tadi kembali terdengar di dalam benak Herobrine.

"Tak boleh, ya, Shiro?" Herobrine menyahuti suara itu melalui telepati.

"Ah, tidak. Bukan begitu maksudku, Herobrine-sama." Suara yang dipanggil Shiro itu berucap sembari salah tingkah. Tampaknya, tubuh Herobrine terdiri dari dua roh, yaitu Herobrine dan Shiro.

"Baik, nasihat anda akan selalu kuingat, Herobrine-sama," ucap Crimson sembari meletakkan kepalan tangan di dada. Sebuah bentuk penghormatan kepada atasan.

Herobrine mengangguk pelan sembari tersenyum. "Bagus."

"Sekarang, kita hanya perlu memotong bangkai-bangkai ice wyvern ini menjadi potongan-potongan besar," ujar Crimson. "Masalahnya adalah bagaimana cara kita membawa potongan daging Ice Wyvern Leader ini? Jika kita menggunakan inventory, tentu identitas asli kita akan dicurigai. Sebaliknya, jika kita membawanya secara manual, akan sangat merepotkan."

"Ah, soal itu, ya ...." Herobrine mulai memasang pose berpikir.







To be continued ....

RE: HerobrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang