Chapter 17: [Perburuan Flame Wyvern]

165 11 0
                                    

Setelah keluar dari gedung guild, kami pun menuju gerbang kota. Sesampainya di gerbang kota, kami segera melewati gerbang itu. Namun, penjaga gerbang melontarkan sebuah pertanyaan, membuat langkah kami tertahan.

"Tunggu! Kalian akan keluar kota secara permanen atau sementara?"

"Hanya untuk sementara," jawab Herobrine.

"Apakah kalian ingin menjalankan quest?" Penjaga tersebut bertanya sekali lagi.

"Ya," sahut Crimson.

"Baiklah kalau begitu. Maaf mengganggu quest anda sekalian, tuan-tuan," ucap sang penjaga gerbang.

Setelah berhasil meyakinkan penjaga gerbang, kami pun meneruskan quest kami. Dengan bantuan peta, kami berteleportasi menuju sarang flame wyvern setelah memastikan kami sudah berada cukup jauh dari capital city. Menurut keterangan Herobrine, sihir teleport hanya dimiliki oleh para dewa sehingga akan menimbulkan kegemparan jika digunakan di depan umum.

Kini kami tengah berdiri di depan sebuah gua besar yang menjadi sarang kedua flame wyvern itu.

"Inikah tempatnya?" tanya Herobrine.

"Kelihatannya begitu," sahut Crimson, kemudian ia berucap: "Magic: Fire Element: Small Fireball."

Sebuah api seukuran bola pingpong muncul di hadapan kami, menerangi bagian dalam gua dengan cahayanya yang temaram. Kami memasuki gua yang gelap itu dengan bantuan cahaya yang dihasilkan oleh api tersebut. Tak lama setelah kami memasuki gua, terdengar suara geraman pelan, kemudian semburan api menerpa tubuh kami.

"Uagh!!"

"Magic: Passive: Fire Resistance!!"

Semburan api tersebut mereda. Tubuh kami tidak terbakar sedikitpun berkat sihir yang dikerahkan oleh Crimson.

"Magic: Lightning Element: Lightning Lantern."

Sebuah petir muncul di hadapan kami, menyinari bagian dalam gua ini. Dengan bantuan cahaya yang berasal dari petir tersebut, ruangan ini menjadi semakin terang sehingga kami dapat melihat wujud makhluk yang menyemburkan api ke arah kami. Herobrine tersenyum penuh kemenangan ketika melihat wujud makhluk tersebut.

Sepasang naga tengah berdiri dan melipat sayap mereka yang berwarna kemerahan dengan garis-garis kuning di beberapa tempat. Kedua pasang mata berwarna hitam dengan pupil berwarna kemerahan itu menatap tajam kepada kami.

"Itukah flame wyvern?" tanyaku kepada Herobrine melalui telepati.

"Ya," sahut Herobrine melalui telepati juga.

Kedua flame wyvern tersebut meraung, kemudian menyemburkan api sekali lagi. Kali ini, semburan api tersebut terasa sangat panas.

"Sial!! Mereka dapat melenyapkan passive magic milikku, ya?" gerutu Crimson. "Kalau begitu terpaksa aku melakukan ini!!"

Crimson melepaskan jubahnya, memperlihatkan tombak, tameng, dan armor miliknya.

"Sekarang, aku akan mulai serius!!" seru Crimson sembari melesat menuju salah satu flame wyvern. Kadal merah bersayap tersebut menyemburkan api ke arah Crimson, namun Crimson dapat dengan mudah membelah api tersebut menggunakan tombak miliknya.

Crimson terus melesat menuju flame wyvern itu dengan tombak teracung hingga akhirnya tombak miliknya sukses menancap di jantung flame wyvern tersebut. Kadal bersayap itu meraung, kemudian ia tumbang ke lantai gua. Crimson mencabut tombak miliknya dan luka sang flame wyvern segera terbuka. Darah mengalir deras, hingga membanjiri lantai gua.

Melihat pasangannya terbunuh, flame wyvern yang tersisa tak tinggal diam. Ia menyemburkan nafas api ke arah Crimson, tetapi Crimson dengan mudah menangkis nafas api tersebut dengan menggunakan tameng miliknya. Herobrine menyadari kelengahan sang flame wyvern dan segera melemparkan pedang miliknya ke arah flame wyvern itu. Pedang tersebut sukses menancap di leher flame wyvern itu. Naga merah tersebut segera tumbang dan menghabiskan sisa hidupnya dengan menggeliat di kubangan darahnya sendiri.

Herobrine menghampiri mayat flame wyvern itu dan mencabut pedangnya, kemudian Crimson menghampiri kami sembari menyeret mayat flame wyvern yang ia bunuh.

"Kita harus memotong mereka menjadi bongkahan-bongkahan daging terlebih dahulu," ucap Herobrine.

"Biar saya saja yang melakukannya," tawar Crimson.

"Tidak, biar aku saja," tolak Herobrine dengan halus.

"Baiklah, jika itu yang anda kehendaki."

Secara perlahan, petir menyelimuti tangan kiri kami.

"Magic: Lightning Element: Multiple Lightning Slice."

Dalam sekejap, petir yang menyelimuti tangan kiri kami menyebar dan memotong mayat kedua flame wyvern dalam potongan-potongan besar. Kami memasukkan potongan-potongan daging itu ke dalam dua buah karung besar, kemudian kami beranjak keluar dari dalam gua sembari menyeret karung berisi potongan-potongan daging flame wyvern.

to be continued



Bonus ilustrasi: Crimson




Bonus ilustrasi: Crimson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Original source: deviantart

Crimson (Awakening Mode)

Crimson (Awakening Mode)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Original source: Pinterest

RE: HerobrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang