Chapter 23: [Quest Ketiga]

100 9 8
                                    

Warna hitam yang kelam perlahan digantikan oleh warna kemerahan. Fajar telah menyingsing. Waktu Sang Rembulan dan para bintang untuk menguasai langit Capital City telah habis. Sang Surya mulai terbangun dari tidur panjangnya, perlahan mengintip dari balik cakrawala, memancarkan cahayanya. Semakin lama, ia semakin bergerak naik. Cahaya Rembulan dan bintang-bintang meredup, tak berdaya melawan cahaya matahari yang terang. Angin malam yang dingin menusuk perlahan digantikan oleh udara pagi yang segar dan hangat.

Jalan-jalan yang tadinya sepi bagaikan pemakaman mulai ramai oleh pejalan kaki dan kereta kuda. Orang-orang telah memulai aktivitas masing-masing. Begitupun para petualang yang mulai memenuhi gedung guild untuk mencari quest. Hiruk pikuk khas kota pusat semakin terasa ketika memasuki gedung guild yang sesak dan ramai. Meski bersuasana sesak, sebagian petualang yang berada di dalam gedung guild tersebut masih menunjukkan ketertiban. Salah satu contohnya adalah belasan petualang yang tengah mengantri dengan tertib di hadapan quest board, yakni papan yang merupakan daftar quest. Quest-quest beraneka reward, syarat, dan tingkat kesulitan tertempel dan tersusun dengan rapi di papan tersebut.

Di antara belasan petualang yang berbaris rapi tersebut, tampak seorang petualang yang mengenakan jubah kecoklatan beserta seorang petualang berpostur tubuh kekar yang mengenakan jubah berwarna serupa tengah memilih quest yang akan mereka laksanakan.

"Semua quest terlihat mudah," ucap sang petualang berpostur tubuh kekar. Sepasang matanya meneliti, berusaha mencari quest yang menarik.

Tak lama kemudian, petualang itu akhirnya menemukan quest yang menarik baginya.

"Ah, ini dia," ucapnya sembari menggenggam sebuah kertas quest. "Desa Vreinka yang terletak tak jauh dari Capital City dan memiliki hubungan baik dengan ibukota ini seringkali mengalami kerusakan dikarenakan serangan Giant Golem. Tenaga Pertahanan dan Keamanan Desa telah dikerahkan. Namun, tak ada hasilnya sama sekali. Barangsiapa berhasil menghabisi Giant Golem tersebut, akan mendapat imbalan sebesar 30.000 MM. Hanya diperbolehkan untuk petualang kelas Adamantite. Sarang golem tersebut adalah Hutan Terrabris yang berada di sebelah barat desa. Bagaimana?"

"Kurasa tidak terlalu sulit, tapi cukup menantang .... Giant Golem itu adalah monster tingkat berapa?" Sang petualang berjubah coklat balik bertanya.

"Tingkat SS," sahut sang petualang berpostur tubuh kekar.

"Baiklah, sudah diputuskan," ucap sang petualang berjubah coklat. "Kita akan mengambil misi ini."

Setelah kesepakatan dicapai, mereka berdua pun meninggalkan quest board.

"Wah, mengambil misi yang sulit begitu .... Petualang kelas Adamantite memang luar biasa," ucap petualang yang berada di belakang pria kekar tadi.







————————————————————





"Monster tingkat SS, ya. Kurasa tak jauh berbeda dengan Ice Wyvern Leader yang kita lawan kemarin. Hanya berbeda 1 tingkat." Sang petualang berpostur tubuh kekar berucap dengan nada penuh kesombongan sembari menyusuri jalan setapak menuju Desa Vreinka.

"Meski begitu, kita tak boleh lengah, Crimson," ucap sang rekan. "Perbedaan satu tingkat bisa saja merupakan perbedaan kekuatan yang besar."

"Baik, Herobrine-sama," ucap petualang yang dipanggil Crimson tersebut.

Perjalanan pun terus berlanjut selama sekitar dua jam. Sang Surya semakin bergerak naik. Udara pagi yang segar dan hangat mulai digantikan oleh panas terik. Herobrine dan Crimson telah tiba di pertigaan jalan setapak. Kedua petualang itu segera memilih jalan menuju Hutan Terrabris dan melanjutkan perjalanan mereka. Sebuah hutan lebat berselimutkan kabut mulai terlihat di kejauhan, semakin lama semakin jelas.

"Jadi ini hutannya, ya," ucap Crimson sembari menatap hutan lebat tersebut. Ia tersenyum penuh percaya diri. "Kita harus segera menghabisi golem raksasa itu selagi dia masih tertidur di sarangnya."

"Tetap berhati-hatilah. Giant Golem itu adalah monster tingkat SS," peringat Herobrine, "Dan juga, kau lihat?" lanjut Herobrine sembari menunjuk hutan tersebut. "Kabut menyelimuti hutan itu. Peluang monster itu untuk menang sangat besar. Ingat, sekuat apapun kita, saat ini kita sedang berada di dalam tubuh mortal yang memiliki batasan."

"Tentu saja aku akan berhati-hati, Herobrine-sama. Jangan terlalu khawatir," sahut Crimson dengan penuh percaya diri. Api semangat yang membara menyelimuti hatinya.

Herobrine hanya terdiam dengan butiran keringat mengalir turun di keningnya. "Kalau kau berkata begitu, aku malah jadi semakin khawatir."







To be continued ....

RE: HerobrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang